Twenty Five: Bea Miller - Force of Nature
* cum laude = gelar buat mahasiswa yang lulus lebih cepet dari yang seharusnya
Pamela tidak pernah percaya pada ulasan 'merasa sendirian di sekolah' sampai saat ini--sebelum akhirnya ia merasakan bahwa ia memang benar-benar merasa sendirian di sekolah.
Pamela memang memiliki banyak teman, tapi tanpa Mary, mereka bukan apa-apa. Yah, mereka memang belum juga berbaikan, yang mana mengundang gosip sana-sini di seantero sekolah. Mary sempat dijuluki gadis kelaparan karena seseorang menulis di lokernya, 'Saking laparnya, Mary Pierce sampai memakan temannya sendiri!'
Mary jadi bahan tertawaan selama seminggu. Meskipun Pamela merasa iba, namun dalam lubuk hatinya yang terdalam, Pamela merasa Mary pantas mendapatkannya. Gadis itupun masih belum bisa memaafkan Mary. Rasa sakit yang ada di hatinya masih belum sembuh, dan mungkin akan memakan waktu lama.
Dan tentang Calum... persetan dengan cowok itu. Pamela sudah menghindari kontak dengan cowok itu selama sebulan. Terkadang Calum main ke rumahnya untuk bermain video games dengan Justin, namun hal itu bukannya malah membuat keduanya semakin mudah untuk bertemu dan berbicara, tapi malah membuat Pamela semakin muak dan menjauhkan jaraknya dengan Calum.
Sementara di sisi lain...
Luke berjalan ke arah panggung besar yang terletak di pinggir aula itu dengan gugup. Tangannya berkeringat dan jantungnya berdegup dengan kencang. Ini dia saatnya.
"Ladies and gentlemen," suara MC yang menggema di seluruh ruangan itu terdengar, membuat Luke mendongak sambil terus berjalan. "Give it up for the star of our show today, Luke Hemmings!"
Tepuk tangan menggema begitu hebat di aula pagi itu. Luke hanya tersenyum tipis lalu mengusap tangannya yang berkeringat. Perlahan, Luke menaikki tangga panggung itu sambil merapikan jubahnya.
"WOOHOO, LUKE!" teriak Michael di deretan kedua dari depan. Di sebelahnya ada Ibunya dan Vanessa. Ibunya melambai pelan sambil tersenyum sementara Vanessa menatapnya gugup seolah gadis itu mengerti perasaan Luke. Cowok itu menatap mereka sambil tersenyum nervous.
Kini Luke berdiri di atas podium, menarik napasnya secara perlahan lalu membuangnya lewat mulut. Cowok itu berdeham, sebelum akhirnya meraih mic yang terpasang di atas meja podium itu.
"Uh, so..." Luke memulai, menatap seisi aula yang langsung berubah hening itu. "First of all, I want to congratulate all of you guys who made it through university like I did. We all deserve a big, big applause."
Suara sorak-sorai itu kembali terdengar, bahkan tak sedikit gadis-gadis yang bukan seangkatannya berteriak histeris. Luke terkekeh gugup lalu kembali berbicara.
"I want to thank my mum because she's my biggest supporter, and my bestfriends, Michael and Vanessa, the coolest people you'll ever meet," kata Luke lalu hadirin disana ikut terkekeh geli.
Luke menatap ke seluruhan isi aula lagi--yang kini menatapnya balik dengan tatapan berbinar-binar.
"Graduated with cum laude is such a blessing for me, even though I have to leave all of my friends who still have to survive for 1 more year," kata Luke lalu suara tawa kecil terdengar di seluruh penjuru ruangan. "I'm not good with words, so, I just want to say that I'm very grateful for today. Thank you, good luck everyone!"
Luke mengangkat diploma-nya tinggi-tinggi sambil tersenyum, lalu turun dari panggung dengan tepuk tangan yang meriah. Dadanya langsung terasa lega. Yah, hari ini memang hari yang ditunggu-tunggu oleh Luke sejak lama; hari kelulusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
fifteen | luke robert h
Fiksi Penggemar"i'm fifteen and he is... well, he is turning twenty one."