8.7K 1.2K 191
                                    

Nine: The 1975 - Settle Down


Siang itu, Pamela dijebak. Ketika ia keluar dari kelas, jalannya dihalangi oleh seseorang yang, uhm, Pamela tidak ingin lihat selama beberapa minggu ke depan. Gadis itu mendengus lalu menatap lantai, tidak ingin menatap kedua mata itu.

"Pam," ujar orang itu memulai, namun Pamela mengangkat kedua tangannya.

"No. Don't," ujar gadis itu lalu mendongak, menatap wajah Calum yang tidak pernah gagal untuk membuatnya terkagum. "It's alright, okay? I'm just not in the mood to deal with anything right now."

Calum mendesah, sudah tahu reaksi Pamela akan seperti ini.

"I'm sorry, Pam. I know it's wrong to hangout with Mary," ujar Calum pelan. Entah bagaimana suaranya terdengar lembut setiap kali ia berbicara dengan gadis itu.

Pamela tertawa. Lucu bagaimana semua orang—Calum dan Mary—menganggapnya cemburu, namun kenyataannya tidak sama sekali. Pamela hanya kesal.

Tidak ada salahnya, kan, merasa kesal jika sahabatnya sendiri jalan berdua dengan seseorang yang pernah ia idam-idamkan?

"Actually, Mary asked me to hangout with her because she said you're too busy," kata Calum, sebelum melanjutkan, "but, in a friendly way."

"Um, kay," ujar Pamela sambil mengendikkan bahunya. Dia benar-benar tidak tertarik dengan pembicaraan mereka sekarang. Yang ia mau hanyalah pulang, pulang, dan pulang.

"Please, I'm sorry," ujar Calum merengek, memegang kedua bahu Pamela dengan erat.

"Okay," ucap Pamela sambil melepas kedua tangan Calum dari bahunya. "May I be excused now? I'm craving for my bed."

Calum terdiam, yang membuat Pamela kini menatap cowok itu. Calum terlihat gugup dari yang sebelumnya, sementara Pamela mengerutkan dahinya tak mengerti.

"What?" tanya Pamela ketika Calum menatapnya sedikit terlalu lama.

"I'm- you- do you..." Calum mengusap kedua tangannya perlahan, lalu menarik nafasnya. "Pam, do you still like me?"

Pamela terdiam, menatap Calum untuk beberapa saat sebelum tertawa kecil. Calum jelas punya tingkat percaya diri yang tinggi untuk bertanya seperti itu. Dan begitu Pamela hendak menjawab 'tidak', Calum memotong.

"Because I'd like to take you out on a date some time."


++


Luke mengelap keringat di dahinya sambil sesekali meringis kepanasan. Dia tidak pernah tahu bekerja di dapur bisa sesengsara ini. Diliriknya Riddick yang sedang mengelap meja dengan gesit, seolah hawa panas itu tidak mengganggunya sama sekali.

"How do you survive in this hot ass room?" gerutu Luke, yang sedang membantu meringankan pekerjaan Riddick dengan mencuci peralatan masak.

"The sweats are worth the pay," ujar Riddick sambil terkekeh.

Luke mengerang lagi, menyelesaikan cucian terakhirnya lalu menata segalanya di meja. Setelah selesai, cowok itu melepas kaosnya yang sedikit basah lalu kembali mengeluh.

"Damn, I'm gonna tell Mrs. Ramsey to set some air conditioners here," kata Luke sambil berdiri di depan kipas angin yang tidak begitu mempan baginya. Riddick hanya merespon dengan tertawa kecil.

Well, restoran masih buka setengah jam lagi, jadi Luke masih punya waktu untuk bersantai sebentar lalu mengganti kaos basahnya dengan yang baru. Setelah berdiri beberapa saat di hadapan kipas angin, Luke baru saja ingin memakai kausnya ketika pintu dapur terbuka, menampakkan Pamela yang masih berseragam datang dengan santainya.

"Woah!" Pamela berteriak saat melihat Luke berdiri disana tanpa kaus, lalu menutup mulut dan pintunya secara bersamaan. Gadis itu lalu berteriak lagi dari balik pintu, "I'm so sorry, Luke!"

Luke melirik Riddick, lalu mereka tertawa bersamaan. Luke bersumpah dia masih ingat wajah shock Pamela tadi, dan itu adalah pemandangan terlucu yang pernah ia lihat.

"It's okay!" Luke berteriak balik, lalu ia kembali tertawa bersama Riddick.

"Did you see the red color on her cheeks?" Riddick tertawa sambil memukul meja, menimbulkan suara dug pelan.

"Yeah, that was hilarious," Luke terkekeh kecil lalu memakai kaosnya. Cowok itu kembali berdiri di depan kipas angin untuk mengeringkan kaosnya yang masih basah karena keringat itu.

"But seriously, Luke. You do know that she likes you, right?" Riddick tertawa lagi, namun kali ini Luke tidak tertawa bersamanya. Jadi bukan Luke saja yang menyadarinya.

"What?" tanya Luke dengan alis berkerut, berusaha menyangkal ucapan cowok itu. Lagipula, ia tidak mau terlalu percaya diri.

Dan melihat ekspresi Luke yang datar, Riddick pun berhenti tertawa.

"Come on, don't act dumb," cowok berambut keriting itu memutar bola matanya. "Everyone here knows. Paige the chef, Joanna the janitor."

Luke tertawa kecil, tidak menganggap ucapan Riddick serius. Cowok itu memang sering bercanda.

"Why are you laughing? This is some serious shit," Riddick mencibir sambil mencuci lap kotor dan tangannya.

"I never thought she'd like me that way," gumam Luke sambil menambah kecepatan kipas anginnya karena udara semakin panas.

"But the way she listens whenever you talk says it all," kata Riddick sambil mengendikkan bahu. "It's like she's trying to process your voice carefully like it's the best thing she ever heard."

"Riddick that's too much," Luke menggeleng lalu tertawa konyol. "Do you think the cops will chase me if I take her out on date?"

"Are you willing to?" mata Riddick membulat lebar, menatap Luke dengan tatapan serius.

"Of course no, stupid," Luke tertawa. "I look more like his brother, or even his uncle."

Riddick tertawa kecil, meraih lap kering untuk mengeringkan tangannya yang basah lalu bersiul dengan sengaja.

"So what, Luke? Age doesn't matter."


>>>

tolong adek bang kenapa pada comment 'om luke' plis HAHAHAHAHAHHAHJSHJA W NGAKAK PARAH FHAHFKKJAS luke itu masih 20, seumuran sama harry kan? :( harry ga tua kok :( ga om om :( berarti luke juga ga om om disini :(

anjir gue jadi ngakak lagi kan

bye. salam dari om luke

fifteen | luke robert hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang