9.7K 1.3K 374
                                    

Five: Avril Lavigne - Here's To Never Growing Up


Jam menunjukkan angka 8:15 malam, dimana menit-menit terakhir restoran akan segera tutup. Pamela dan Luke sama-sama sedang sibuk dengan buku masing-masing ketika Mrs. Ramsey datang, tersenyum menatap keduanya.

"Hey guys," wanita itu bersandar pada meja kasir Luke. "What are you doing?"

Luke dan Pamela sama-sama meletakkan bukunya di meja, membuat senyum Mrs. Ramsey semakin merekah.

"Reading book, obviously," ujar Luke sebelum akhirnya saling pandang dengan Pamela.

Sial. Pamela salah tingkah.

"Well... Walmart just gave me these," Mrs. Ramsey mengeluarkan tiga buah kupon nonton film gratis, yang membuat Luke dan Pamela menganga. "You know, I'm too old for this movie, so if you guys wanna use it, just use it."

"Why are there 3 coupons?" tanya Luke heran.

"Oh, yeah, give it to Riddick," Mrs. Ramsey melirik ke arah dapur yang tertutup, tempat Riddick-si koki muda Pizza Crunch-berada. "You know, it's due today. Use it tonight or not at all."

"Tonight?" Pamela membelalak. "I was going to use one tomorrow."

"Come on, you guys can watch the movie together," Mrs. Ramsey terkekeh santai, sama sekali tidak menyadari Pamela yang langsung berdebar-debar.

Nonton dengan Luke merupakan kesempatan bagus, namun Pamela gugup setengah mati.

"Uh, but, thank you so much," kata Luke sambil tersenyum dan mengambil 3 kupon itu. Pamela pun mengangguk setuju dengan ucapan terimakasih Luke.

"No problem, I'll be in my room, yeah?" Mrs. Ramsey tersenyum lalu berjalan menuju ruangan manajer.

Pamela terdiam, tak tahu harus berkata apa. Untung saja ada 3 kupon disana. Untung.

"Um, I'll ask Riddick," kata Luke canggung lalu cowok itu menghilang ke dapur.

Pamela menghela nafas lega lalu berpikir alasan apa yang akan ia buat pada kakaknya karena ia akan pulang malam. Dia tidak mau melewatkan kesempatan ini. Maksudnya, ayolah, siapa yang tidak mau nonton dengan Luke dengan semua mata memandang ke arah mereka; berpikir bahwa Pamela adalah pacarnya?

Apalagi kalau ia bertemu dengan gadis-gadis dari sekolahnya. Pasti Pamela langsung jadi pembicaraan hangat besok pagi, dan semua orang berpikir Pamela adalah cewek paling beruntung di dunia.

Oh, jangan banyak mimpi.

"Um, Pam," sebuah suara mengagetkan gadis yang sedang bengong itu. "Do you mind if we go to the cinema, but only the both of us?"

Pamela melirik Luke dengan ekspresi pucat. Gadis itu berusaha mengontrol detak jantungnya, lalu mengangguk. Orang ini mau membuat Pamela gila.

"Yeah, why not?" Pamela mencoba tersenyum sambil mengendikkan bahu. "Well, why can't Riddick come?"

"He's got a lot to do," kata Luke tersenyum tipis, lalu membereskan uang di dalam kasirnya. "Let me just finish this and we'll go."

"O-okay," Pamela meneguk ludahnya lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

Dan maksudnya 'bersiap-siap' adalah; menyisir rambutnya, memakai hand-body dan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya. Well, dia tidak ingin membuat siapapun terkagum. Hanya saja tampil sedikit lebih menarik tidak ada salahnya.

Beberapa menit kemudian, Pamela dan Luke sudah berdiri mengantri untuk menukarkan tiket. Mereka tidak banyak bicara saat itu, seolah mereka baru saja kenal. Padahal di hari-hari sebelumnya, Pamela dan Luke sempat saling bercanda satu sama lain.

Pamela sedang memikirkan topik pembicaraan ketika Luke tiba-tiba diajak ngobrol oleh seseorang.

"Hey mate, tell your sister to do her shoelaces," ujar orang asing itu sambil melirik Pamela. Gadis itu langsung melirik tali sepatunya yang lepas.

"Thank you," kata Pamela tersenyum, lalu menunduk untuk mengikatnya.

Tiba-tiba Luke tertawa, yang membuat Pamela meliriknya bingung.

"What?" tanya Pamela, menahan dirinya agar tidak ikut tertawa bersama Luke.

"Sister," gumam Luke lalu terkikik geli. Bibir Pamela langsung membentuk senyuman lebar.

"Sister," ulang Pamela lalu Luke kembali tertawa geli sampai-sampai ia harus menutup mulutnya.

Pamela ikut tertawa, meskipun dia sedikit kesal karena orang tadi mengira ia adalah adik Luke. Kalau orang asing saja mengira begitu, bagaimana dengan gadis-gadis seumurannya? Mereka juga pasti akan mengira Luke adalah kakaknya. Menyebalkan.

"So, Pamela," Luke memulai lagi, mencoba mencari topik. "What makes you feel like working in Pizza Crunch?"

"Because it's near my school," ujar Pamela, lalu menambahkan sedikit kata-kata di dalam pikirannya; And because you're there.

"Or it is because me," kata Luke sambil nyengir jahil, yang berhasil membuat wajah Pamela merah padam.

Luke sadar. Luke sadar reaksi-reaksi kecil Pamela setiap kali ia mengatakan sesuatu yang menjurus ke arah menggoda. Luke bermaksud bercanda, tapi Pamela mengartikannya lain.

Pamela tidak menjawab, membuat Luke menatap ke sekililingnya dengan canggung. Tiba-tiba saja matanya menangkap seseorang. Dia tidak yakin, tapi sepertinya ia pernah melihat orang itu bersama Pamela. Oh, cowok yang pernah mengantar gadis itu.

"Isn't that your cute friend, Calum?" Luke bertanya dengan sedikit candaan di dalamnya, mengarahkan dagunya ke arah cowok yang sedang berdiri di kejauhan itu.

Pamela mengikuti arah yang ditunjuk Luke, menyipitkan matanya lalu melihat sosok Calum sedang membeli popcorn dengan seorang gadis. Dengan siapa dia? Bagaimanapun, dia yakin itu bukan kakak perempuannya.

Tunggu, kenapa juga Pamela harus peduli?

"Oh my God," gumam Pamela saat gadis yang bersama Calum itu berbalik, menampakkan wajahnya.

"What?" tanya Luke, sementara Pamela kini berbalik menghadapnya, membelakangi Calum.

Pamela terdiam seolah kehabisan kata-kata. Gadis itu sempat menatap Luke dengan tatapan kosong, membuat cowok itu semakin kebingungan.

"What happened?" tanya Luke lagi, mengguncang bahu Pamela pelan, lalu kembali menatap ke arah Calum. "That's your friend, right?"

"Yeah," ujar Pamela pelan.

"Oh man, he has a girlfriend," kata Luke dengan suara yang dibuat-buat sedih.

Pamela mendongak menatap Luke, mencoba menelan sesuatu yang sedaritadi mengganjal di tenggorokannya.

"That's not his girlfriend, Luke," Pamela mendesah pelan. "That's Mary, my bestfriend."




>>>

#yha

fifteen | luke robert hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang