10.5K 1.2K 165
                                    

Seven: Labrinth - Beneath Your Beautiful


* freshman: sebutan untuk murid/mahasiswa baru (tingkat 1)


"That would be $49.00," ujar Luke sambil tersenyum pada wanita di depannya. Wanita itu mengeluarkan satu lembar $50 dan memberikannya kepada Luke.

"Hey, my daughter talks about you a lot," ujar wanita itu saat Luke sedang mencari kembalian di mesin kasir.

Luke mendongak, lalu terkekeh pelan. "Really?"

"Yeah, I think you're the reason why high-school girls dominate this place," canda wanita itu, membuat Luke tertawa.

"That's too much. Thank you," kata Luke sambil memberikan $1 pada wanita itu yang langsung pergi ke meja order. Di belakangnya, berdiri seorang gadis SMA dengan rambut pirang yang menurut Luke begitu familiar.

"Hey, Luke right?" gadis itu menatap Luke, lalu melirik ke sekelilingnya.

"I am, can I help you?" Luke mencoba tersenyum seramah mungkin, meskipun ia tak yakin kenapa gadis tadi menanyakan namanya.

"Look, I'm here for Pamela," ujar gadis itu dengan suara pelan. "Where is she?"

"Oh, she's in the bathroom," Luke menjawab dengan ragu. Dan tepat saat itu, Pamela keluar dari dapur (berhubung kamar mandinya ada di dalam dapur), lalu terdiam begitu melihat temannya itu.

Luke tidak mau ikut campur, tapi dia mencium bau-bau drama yang akan segera berlangsung.

"Mary, what are you doing here?" tanya Pamela, mengelap tangannya dengan tisu beberapa kali sebelum membuangnya ke tong sampah.

"Look, Mei, I'm sorry," gadis bernama Mary itu kini beralih ke meja order agar jaraknya lebih dekat dengan Pamela.

"Oh, s'okay," kata Pamela tersenyum tipis.

Luke berdiri dengan canggung di tempatnya, benar-benar tidak mau menguping. Tapi sayangnya, dua kupingnya berfungsi dengan sangat baik dan mau tidak mau dia harus mendengar percakapan mereka.

"No it's not okay, you've been avoiding me," Mary meraih lengan Pamela lalu memohon. "Please, I can explain, I just- we need to have a day for this conversation. Please, Mei."

"Mary," Pamela menggeleng lalu melepas tangan gadis itu. "I'm not avoiding you, okay. I just don't want to deal with anyone right now, please give me some time."

"Mei, I swear there's nothing happened between Calum and me," ujar Mary sambil menopang kepalanya dengan frustasi di meja. "Gosh, I'm sorry-"

"It's not about Calum, really," Pamela meyakinkan sahabatnya itu. "Just go home, Mary. Your mum's probably waiting."

Setelah beberapa saat meyakinkan Mary bahwa semuanya baik-baik saja, akhirnya Mary pulang dan Pamela menghela nafas lega.

Luke tidak ingin terlihat seperti habis menguping, jadi dia pura-pura sibuk dengan buku gambarnya (yang selalu ia bawa kemana-mana).

"I'm sorry you had to see that," ujar Pamela tiba-tiba, membuat Luke mendongak.

"It's okay," Luke menutup buku gambarnya lalu mengendikkan bahu. "Are you guys alright?"

"I don't know," Pamela mengusap dahinya lalu mengerang. "She went out with a boy that I used to like, how should I feel about that?"

Luke mengangkat satu alisnya, dan berpikir pasti gadis itu sedang membicarakan Calum.

fifteen | luke robert hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang