bab 6 : Gibran dan langit malam

15 10 3
                                    

Suatu saat nanti gue pengen
Jadi salah satu bintang yang paling bersinar di atas sana
~Gheazora~


Hingga malam hari Gibran dan Zora masih bersama menikmati malam di luar , yah sambil memandang pemandangan langit malam yang indah. Mereka kini sedang rebahan di atas rerumputan taman memandang langit malam yang penuh dihiasi banyak bintang ,

"Bintang nya indah ya kak? " Ucap Zora sambil terus menatap bintang di atas langit malam , Gibran pun langsung memandang Zora.

"Iya indah banget , bahkan sampai gue rasa nya pengen jadi salah satu dari mereka " jawab Gibran dengan senyum tipis nya.

" Kak , nanti kalo Zora jadi bintang , Zora mau jadi yang paling bersinar di Antara bintang bintang di langit sana " ucap Zora dengan tersenyum manis menatap Gibran yang kini sedang menatap nya.

Gibran pun mengacak gemas rambut Zora , senyum manis nya tidak pernah luntur jika bersama nya , dan semua pembahasan random yang dia berikan terkadang membuat nya tidak habis fikir.

Karena hari sudah semakin larut Gibran pun memutuskan untuk mengajak Zora untuk pulang , di perjalanan pulang Zora tidak henti henti nya bercerita dan Gibran pun juga selalu membalas nya dengan jawaban random nya yang terkadang membuat Zora gadis itu kesal sendiri.

Setelah mengantarkan Zora pulang kerumahnya , Gibran pun langsung pulang kerumah nya. Sesampai nya di rumah dirinya malah di kaget kan dengan teman teman nya yang kini sudah asik makan camilan sembari bercanda ria dengan kedua orang tua nya , jadi berasa salah rumah si Gibran.

"Woah anak gue udah pulang , gimana? Lancar nembak cewe nya?" Seru sang ayah saat melihat sang anak yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Lah Gibran nembak cewe? Siapa? Kok kita ga di kasih tau si gib? " Tanya Kenzie dengan nada tidak terima nya , duh apa apa nih masa dia sebagai sahabat yang dari orok nya tidak di kasih tahu.

"Gue tau siapa , pasti adek kelas yang waktu pertama kali ikut MOS yang sekarang udah jadi siswi kelas X itu ya yang lo suka?" Tebak Viko dia juga salah satu teman dari Gibran , hanya saja si Viko ini lebih kalem dari Gibran dan Kenzie tentu nya.

Mereka bertiga itu sudah bersahabat sejak kecil , jadi jangan heran kalau Kenzie dan Viko bertamu ke rumah Gibran sudah seperti kerumah sendiri.

"Pasti anak ayah di tolak ya?" Tanya si Ayah dengan senyum mengejek nya , Gibran pun merasa kesal ayah nya nih emang bikin kesal terus. Kok bisa ya bunda nya dulu mau sama ayah nya? Jangan jangan di pelet lagi pikir Gibran.

"Ga usah aneh aneh mikir nya , ayah mah emang ganteng makanya bunda mu mau sama ayah" jawab sang ayah seakan mengetahui isi pikiran sang anak.

Gibran pun syok , apa ayah nya ini cenayang ya? Kok bisa tau isi fikiran nya? Tak hanya Gibran saja yang syok tapi teman teman nya pun sama syok nya.

Kedua sahabat Gibran yang kepo pun langsung bertanya kepada ayah Gibran , rentetan penuh pertanyaan terlempar untuk sang ayah.

Sedangkan Gibran sendiri memilih menghampiri sang bunda yang kini tengah santai di luar sambil menatap langit malam , sambil membawakan selimut Gibran langsung memakai kan nya kepada sang bunda.

Sang bunda pun awal nya kaget tapi saat melihat siapa yang memberikan nya selimut dia pun langsung tersenyum tipis , Gibran pun duduk di samping sang bunda menemani bunda nya yang sedang menikmati pemandangan langit malam.

" Kamu tau nak? Bunda itu suka banget sama langit malam , apalagi kalau lagi banyak bintang gitu " ucap bunda sambil menatap sang anak nya.

Gibran pun menatap balik sang bunda lalu dia menjawab nya dengan senyum tipis nya berkata.

" Bunda , pacar Gibran juga suka bintang kaya bunda , sifat nya juga sama kaya bunda , kalau sama dia tuh Gibran jadi berasa ada versi bunda dalam diri pacar nya Gibran" jujur Gibran dengan wajah polos nya , sang bunda pun terkekeh pelan dengan ucapan dari anak nya dia pun mengelus Surai rambut sang anak dengan sayang.

Terlahir sebagai anak tunggal terkadang sang bunda menjadi kasian dengan sang anak yang tidak memiliki teman kala dia sendiri an dirumah , walaupun dia selalu di rumah tapi tetap saja anak nya sudah besar tidak seperti anak kecil lagi walaupun bagi nya Gibran itu tetap pangeran kecil dihati nya.

"Wah keren dong , berarti ada yang bisa gantiin posisi bunda di hati ran " ucap sang bunda dengan senyum manis terbaik nya yang mendapat gelengan keras dari sang anak.

"Engga dong bunda , bunda tetap no satu di hati ran. Kan bunda cinta pertama nya ran" ucap Gibran di akhiri dengan godaan nya kepada sang bunda , sang bunda yang di goda pun mencubit pelan pinggang sang anak. Gibran sendiri hanya terkekeh pelan akan tingkah sang bunda yang menurut nya lucu.

"Oiya ran bunda lupa , besok kan sepupu kamu ada yang mau nikah bunda sama ayah harus Dateng. Kamu ikut ngga?" Tanya bunda pada Gibran.

"Engga deh Bun , ran kan besok sekolah " jawab Gibran menolak.

"Yaudah kamu di rumah hati hati ya? Mungkin bunda sama ayah bakalan nginep besok , jangan nakal di rumah" peringat sang bunda , pasal nya jika tidak di ingatkan Gibran akan mengacak acak rumah seperti anak kecil. Mainan tersebar dimana mana , bungkus makanan berhamburan , belum lagi bantal bantal kecil yang sudah berserakan di mana saja.

Tentu saja sang bunda tidak mau rumah nya nanti jadi kapal pecah seperti waktu itu.

"Siap ibu negara , perintah mu akan dilaksanakan" jawab Gibran dengan berpose ala prajurit dengan tangan hormat nya , Sang bunda pun hanya tersenyum manis seperti biasa nya.

Tidak anak nya tidak ayah nya mereka berdua sama saja , jika sudah di beri perintah akan selalu berpose layak nya prajurit perang. Sejak dulu selalu seperti itu jadi sang bunda pun tidak merasa aneh sama sekali.

Merasa angin malam semakin dingin mereka berdua pun memutuskan untuk kembali dalam rumah , saat di dalam sang bunda pun hanya menggeleng kan kepala nya pelan. Disana Viko dan Kenzie masih saja bertanya hal hal random kepada sang ayah , dan Gibran juga dia tiba tiba langsung ikut dalam perbincangan yang entah sedang membahas apa itu yang pasti pembahasan nya tidak jauh dari hal hal random di luar nalar seperti biasa nya. Sang bunda pun hanya tersenyum tipis melihat tingkah mereka.

Dia GIBRAN RENALDY [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang