Apa kalian melihat keadaan ku yang menyedihkan dari atas sana?
~Gibran Renaldy~Dimalam yang gelap dengan beberapa bintang yang menghiasi langit , Gibran duduk di teras rumah nya sambil terus menatap langit malam itu. Persis seperti yang dia lakukan dulu saat bersama bunda nya. Walaupun tak jarang juga keluarga kecil nya yang dulu juga memandang bintang bintang di atas sana ,
Dengan segala lelucon yang selalu ayah nya lontar kan , segala hal hal random yang selalu ia dan ayah nya perlihatkan kepada sang bunda. Bahkan terkadang mereka juga saling menggoda sang bunda hingga kesal , hal yang membuat Gibran rindu momen momen itu semua.
Memori memori lama kini terputar kembali dalam ingatan Gibran , bahkan dia merasa ingin memutar kan waktu kembali. Sungguh tidak mudah untuk diri menjalani kehidupan yang menyusahkan ini.
Jatuh bangun , susah senang dia lalui sendiri. Walaupun terkadang teman nya akan menolong nya namun tetap saja hati nya merasa kosong dan hampa.
Lama menatap kerlap kerlip bintang hingga tak sadar air mata nya pun ikut meluruh , sosok rapuh dari lelaki itu terlihat , sosok yang menyedihkan.
Kehilangan orang tersayang nya membuat Gibran seperti tidak punya semangat untuk hidup , dia sudah tidak punya tujuan lagi dihidup nya. Kini cahaya nya telah pergi jauh dari sisi nya bahkan sangat sulit untuk di gapai kembali.
"Ayah~ bunda~ kalian liat ran kan dari atas? Ran menyedihkan ya? Padahal ran cowo tapi ran malah nangis kaya gini" dialog Gibran pada diri nya sendiri , dia sedang meratapi hidup nya yang menyedih kan.
" Apa ayah sama bunda tau? Ran kehilangan cahaya satu satu nya yang tersisa , bahkan untuk sekedar berjuang kembali pun sudah sangat mustahil. Ran harus bagaimana?" Tanya nya entah pada siapa , dikegelapan malam itu menjadi saksi sisi rapuh seorang Gibran Renaldy sosok laki laki yang ceria , receh , dan selalu tertawa/ tersenyum kini hanya menampilkan wajah sedih nya.
Bahkan semua pertanyaan yang terlontar dari mulut nya dapat membuat hati ikut merasakan sesak nya , apa kah semederita itu? Bisakah dia hidup bahagia tanpa kesulitan? Bisa kah dia senang walaupun hanya sesaat?
Bahkan seperti nya langit pun ikut dengan kesedihan nya itu , terlihat dari malam yang cerah dengan beribu ribu bintang menjadi gelap gulita dengan hujan yang mulai turun dan membuat bintang bintang itu bersembunyi.
Tapi hal tersebut tak membuat Gibran masuk kedalam dalam rumah begitu saja , dia masih setia memandang langit yang kini sudah turun hujan dengan deras di sertai beberapa kilat petir.
"Lihat? Bahkan langit pun ikut menangis bersama ku , apa segitu menyedihkan nya diri ku hingga langit pun ikut menangis? " Gumam nya sambil menunduk dengan Isak tangis pelan nya. Dia merasa bahwa langit ikut bersedih setelah mendengarkan cerita nya ,
Merasa cuaca semakin dingin Gibran pun memutuskan untuk masuk kedalam rumah , meskipun dia masih belum puas memandangi bintang bintang yang kini sudah menghilang itu.
" Ran janji ini untuk yang terakhir ran menangis didepan kalian , ran bakalan jadi anak kuat seperti ayah dan bunda bilang " gumam nya seraya memasuki rumah sederhana nya itu , meskipun rumah nya sederhana namun rumah itu cukup luas untuk ukuran Gibran yang seorang diri.
Meskipun dia bukan dari golongan orang kaya , tapi dia bersyukur karena dia masih mempunyai tempat tinggal untuk meneduh.
Dia bertekad besok akan mengunjungi makam kedua orang tua nya , untuk melepaskan rindu nya kepada orang tua dia akan mengunjungi makam mereka. Tak lupa juga mendoakan mereka agar selalu bahagia di atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia GIBRAN RENALDY [ End ]
Ficção Adolescente[ karya asli pemikiran sendiri!! ] Mungkin saja aku berusaha keras untuk sesuatu yang aku inginkan bisa tercapai berkat kerja kerasku sendiri , kecuali untuk bersama mu kembali adalah hal yang tak mungkin , yang aku semogakan. Karena sekeras apapun...