Aku akan pergi dari sini , terlalu banyak kenangan disini hingga membuat ku sesak
~cantika~Hari ini Gibran mengantarkan kepergian Cantika , gadis itu yang sudah dia anggap seperti adik nya sendiri kini memilih untuk meninggalkan kota ini.
Walaupun berat , tentu saja Gibran tidak bisa berbuat apa apa. Ini sudah menjadi keputusan gadis itu dia tidak bisa menahan nya.
"Lo yakin mau pergi?" Untuk kesekian kali nya Gibran menanyakan ini kepada Cantika , gadis itu pun memutar bola mata nya jengah.
"Iya Gibran ganteng kaya monkey yang udah kek Abang gue sendiri" balas Cantikan dengan senyum paksaan nya , his nih anak satu bikin mood nya rusak aja.
"Aelah gada lo mah ga seru ntar gue sekolah nya , disini aja ya bareng gue? Ntar gue kasih lo tiket konser bias lo yang lagi tour di indo deh gimana? " ucap Gibran sambil bernegosiasi kepada gadis itu agar mau tetap berada di kota ini...
Tiket konser?! Duh tawaran yang menggiurkan namun dia tetap dengan keputusan nya jadi mending tolak aja deh walaupun sayang.
"Ga deh , lain kali aja gue ketemu ayang ayang gue itu. Gue tetep mau pergi" ujar Cantika dengan nada sombong nya.
Gibran pun memutarkan bola mata nya malas , idih sok sok an gamau di tawarin awas aja kalau nanti nangis karena ga bisa ikut nonton kaya waktu itu pikir Gibran.
"Gini mending lo aja yang ikut gue , kebetulan orang tua gue lagi pada mencar nih kek tim sar. Gue sendirian mendingkan kalau ada lo bisa jadi bodyguard gue" usul Cantika dengan senyum lebar nya.
Gibran tau senyum itu bukan senyum asli , itu hanya senyum tipuan saja agar dia tidak khawatir.
" Sabar ya , kata lo selagi duit lo lancar lo gapapa" ujar Gibran menyemangati , Cantika pun mengangguk setuju. Biar lah orang tua nya mencar kaya gitu dia masih bisa membahagiakan diri nya sendiri dengan uang.
Mereka terus mengobrol hingga pesawat tumpangan Cantika tiba , Cantika pun berbalik untuk pamit ke Gibran.
"Gue---" perkataan nya terpaksa terhenti kala Gibran sudah menyela Lebih dulu.
" Lo beneran tetep mau pergi?" Tanya Gibran sekali lagi dengan tatapan sendu nya , dia tidak bisa kehilangan seseorang lagi yang berada didekat nya.
Dengan tatapan sendu milik Cantika dan senyum manis nya dia menjawab.
" Gue harus tetep pergi Gib , disini terlalu banyak kenangan kita. Gue ga bisa terus disini gue bisa terpuruk karena belum bisa kehilangan mereka.
" Lo bisa main ke gue kapan kapan , bahkan kalau lo butuh sebuah rumah untuk tempat lo berpulang lo bisa Dateng ke gue. Rumah gue selalu terbuka lebar buat lo yang udah kaya Abang gue sendiri" jelas Cantika dengan mata berkaca kaca nya ,
Jujur dia tidak bisa meninggalkan Gibran seorang diri , apalagi sosok itu kini hanya sebatang kara.
Namun dia juga tidak bis tetap tinggal berada disini , kenangan mereka kecil hingga tumbuh besar bersama masih membekas di ingatan nya.
Mereka yang gadis itu anggap sebagai saudara kini memilih berpulang tanpa mengajak diri nya.
"Gue juga terpuruk , tik" gumam Gibran sambil menunduk kan kepala nya , dia merasa tidak adil akan kehidupan nya sendiri.
Setelah memberi pelukan terakhir kepada Gibran , gadis itu pun langsung berbalik pergi dengan air mata yang mengalir. Duh kenapa jadi sad gini sih? Nih juga air mata kenapa baperan banget?! Perasaan waktu dia di pukuli , di caci maki sama orang tua nya dia ga semewek ini dah.
Gibran terus menatap kepergian Cantika dengan sendu nya,
" Pada akhir nya gue sendirian juga , mereka semua meninggalkan gue disini sendirian" gumam Gibran serasa berbalik untuk pulang , batin nya terlalu lelah dengan semua kehilangan ini.
Mengapa? Mengapa semua nya pergi? Apa tuhan membenci nya sehingga semua orang di dekat nya pergi? Atau dia memang pembawa sial karena semua nya selalu pergi dari sisi nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/345796019-288-k106542.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia GIBRAN RENALDY [ End ]
Teen Fiction[ karya asli pemikiran sendiri!! ] Mungkin saja aku berusaha keras untuk sesuatu yang aku inginkan bisa tercapai berkat kerja kerasku sendiri , kecuali untuk bersama mu kembali adalah hal yang tak mungkin , yang aku semogakan. Karena sekeras apapun...