bab 33 : sebuah surat untuk Gibran

5 1 0
                                    

Teruslah bersinar , jangan biarkan sinarmu meredup , apalagi hingga padam , teruslah bersinar sesuai janjimu yang lalu
~Gheazora~


"Woy! Ran , Ran , liat nih cuy gue bawa apaan. Woi Ran! Mana sih nih bocah," Heboh Cantika sambil berlarian mencari Gibran , Gibran yang emang lagi enak enaknya tidur pun langsung tersentak.

Dengan raut wajah kesal nya pun Gibran keluar dari kamar , tak lupa juga ia membawa bantal ditangannya. Buat jaga jaga , siapa tau si Cantika cuman iseng kan bisalangsung ditimpuk.

Dengan wajah berbinar senang Cantika pun langsung menghampiri Gibran , bahkan senyumnya tak pernah luntur! Dapet apaan sih sampai sesenang itu? " Ran , nih surat buat lo , hehe gue udah baca tadi. Sorry ya? Tapi tenang aja gue ga baca semua kok!" Tutur Cantika sambil menyerahkan surat itu ketangan Gibran.

Gibran yang pada dasarnya baru saja bangun tidur pun hanya menatap bingung , dia bahkan tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Cantika. Otaknya masih setengah bekerja nih!

Cantika yang melihat Gibran hanya menatap surat ditangannya sendiri pun langsung memberenggut kesal , lantas ia pun langsung menatap kearah Gibran yang sedang menguap. Ah pantas saja Gibran hanya menatap bingung kearahnya , rupanya baru bangun tidur.

" Allahuakbar , Ran! Di baca bukan diliatin doang!" Seru Cantika yang langsung menyadarkan Gibran yang sudah akan terpejam lagi , dia ngantuk! Seakan tersadar sesuatu , Gibran pun langsung membelalakan matanya. " Heh! Nyebut Tik , lo bukan Islam , lo nonis. Dodol!" Ujar Gibran sambil menonyor kepala Cantika gemas.

Cantika pun hanya cengengesan tidak jelas yang di balas dengusan oleh Gibran , Gibran pun lantas berjalan menuju sofa ruang tamu. Jangan lupa dengan Cantika yang senantiasa mengikuti Gibran seperti Anaknya.

Setelah menduduki sofa , Gibran pun mulai membaca surat tersebut. Ekhem sebenarnya ada beberapa sih , Cantika sendiri malah mengigit kuku jari miliknya. Cantika jadi deg deg an , gimana ya perasaan Gibran? Apakah akan down?

Dengan fokus Gibran membaca surat tersebut , bahkan dia mengabaikan gumaman tidak jelas dari Cantika.
Awalnya Gibran senyum senyum sendiri saat membaca surat pertama , namun disurat surat yang lain dia dibuat cemberut. Hal itu semua tak luput dari pandangan Cantika.

Setelah selesai membaca semua surat surat tersebut Gibran pun lantas menatap kearah Cantika , tatapan penuh akan tanda tanya besar. Cantika yang paham pun langsung mengangguk anggukan kepalanya.

"Gue dapet dari tukang pos , tadi sewaktu gue lagi mainan sama anak kecil. Tiba tiba ada tukang pos Dateng , katanya ada titipan surat atas nama Gheazora buat Gibran , gue juga tadi sedikit kepo jadi buka surat yang pertama hehe. Pas gue baca suratnya lucu tentang Lo sama Ghea , jadi Gue buru buru datengin lo deh. Gitu ceritanya." Jelas Cantika sambil memakan snak yang entah sejak kapan ditangannya.

Sebenarnya Cantika sendiri was was akan perubahan sifat Gibran nantinya , namun melihat Gibran hanya mengangguk anggukan kepala nya membuat dirinya semakin gundah.

"Besok anterin gue ke makan Zora , gue mau kesana." Ujar Gibran dengan tatapan mata kosongnya , Cantika paham gimana rasanya ditinggal oleh orang tersayangnya. " Tenang aja , gue temenin deh sebagai temen yang baik." Balas Cantika sambil tersenyum tipis.

•oOo•

Keesokan nya , Gibran dan Cantika pun benar benar pergi ke makan Gheazora. Dengan sebuket bunga mawar putih ditangan Gibran , dengan mata memanasnya Gibran mencoba menegarkan dirinya.

"Gue selalu berharap ini senua hanya mimpi Ra , tapi kenyataannya lagi lagi yang ga bisa gue terima. Lo ninggalin gue secepet itu , lo bahkan ga kasih tau gue apapun tentang lo. Gue ngerasa jadi kayak pencundang." Tutur Gibran setelah sampai dimakan Gheazora , sambil meletakan bunga tersebut dia menunduk dimakan mantan sang kekasihnya.

Cantika pun menepuk bahu Gibran pelan , dia tau ini akan sulit. " Lo harus bisa Nerima kenyataan ini , Ran. Ikhlaskan Ghea dia udah bahagia diatas sana." Ujar Cantika memberi pengertian kearah Gibran yang hanya diangguki pelan.

Gibran tau dia harus ikhlas , dia tidak boleh egois kepada dirinya dengan mengatakan bahwa semuanya baik baik saja. Nyatanya tidak dunia nya hancur , hatinya hancur , semua orang tersayang nya meninggalkan nya sendirian.

"Gue tau Tik , gue juga lagi mencoba mengikhlaskan. Zora pasti udah tenang disana kan? Pasti udah ketemu ortu gue diatas sana kan? " Tanya Gibran entah kepada siapa , Cantika pun hanya mengangguk Pelan menyetujui perkataan Gibran. Cantika harap semuanya baik baik saja.

" Zora , dulu ia pernah janji sama gue , dia janji buat bersinar bak bintang bersama untuk selama lamanya. Tapi dia ingkar , dia malah jadi bintang itu sendirian Tik. " Ujar Gibran sambil menghela nafas gusar , Cantika pun hanya bisa mengelus punggung Gibran. Dia tidak tahu harus berbuat apa.

Merasa hari sudah semakin sore , Cantika pun mengajak Gibran untuk pulang. Awalnya Gibran menolak dia masih ingin bercerita banyak dimakan Gheazora , banyak waktu terlewat yang tidak mereka berdua habiskan.

Namun dengan semua bujuk an dari Cantika akhirnya Gibran mau di ajak pulang , walaupun dengan keadaan kacau. Cantika menghela nafas kasar , harusnya kemarin dia tidak mengiyakan permintaan dari Gibran bukan? Ah sudahlah.

Sesampainya dirumah , Gibran masih saja meracau tidak jelas. Kesambet nih anak? Pikir Cantika yang sudah pusing itu. "Ran , gue tau ini sulit buat lo terima , tapi jangan kek gini. Mereka orang tersayang lo ngelihat semua dari atas sana juga ikut sedih nantinya" celetuk Cantika memberikan nasihat , dia tidak suka Gibran yang pemurung. Dia lebih suka Gibran yang seperti dulu...

"Lo bener , Tik. Gue ga boleh kaya gini , gue harus bisa kaya dulu lagi." Ujar Gibran penuh tekad , Cantika pun tersenyum lebar. Akhirnya ceramah yang dia berikan sedari tadi didengar juga. " Nah! Gue bakal bantu lo deh , jadi jangan ngerasa sendirian ya? Inget lo masih punya gue. Kan kata lo gue adek yang paling lo sayang" tutur Cantika sambil mengedipkan matanya genit , dia akan berusaha mengembalikan senyum dari Gibran!

Gibran pun memutar matanya , sepertinya tingkat kepedean dari seorang Cantika harus dihilangkan. Jika tidak bagaimana nantinya dia menikah? Yang ada gabakalan ada yang mau sama orang kek Cantika ini.

Namun tak ayal dia tersenyum walaupun tipis , memang benar dia menganggap Cantika itu sebagai adik nya. Tidak hanya dia saja , dulu sejak kecil Gibran dan almarhum teman teman nya juga menganggap Cantika sebagai adik kecil mereka.

"Iyain aja deh ,takut nangis ntar" gumam Gibran yang dibalas pelototan oleh Cantika , sepertinya Gibran yang jahil sudah mulai kembali ya?  Tapi Cantika senang akhirnya Gibran mau terbuka kembali.

Dia GIBRAN RENALDY [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang