bab 29 : kepergian

6 1 0
                                    

Maaf , bahkan aku mengingkari janjiku sendiri untuk tetap hidup. Sekarang kalian tidak perlu khawatir karena aku tidak akan merasakan sakit itu kembali!
~Gheazora~

Hari ini adalah hari yang menyedihkan untuk keluarga Gheazora , kepergian sang gadis kecil itu membuat semuanya bersedih. Kini mereka tengah menatap kearah gundukan tanah dengan air mata yang terus menerus keluar , kini gadis itu tidak akan merasakan sakit yang dia alami selama ini.

Setelah kemarin Gheazora dinyatakan kritis , keluarga nya tidak henti hentinya berdoa untuk keselamatan sang anak. Namun seperti nya takdir berkata lain dan juga Tuhan ternyata lebih sayang kepada gadis itu , sehingga gadis itu diajak pergi bersama Tuhannya.

Bahkan ucapan gadis itu masih terngiang jelas diingatan Evan! Sebuah permintaan yang Evan hanya anggap bualan semata , ternyata itu adalah permintaan terakhirnya! Sungguh Evan merasa menjadi Abang yang tidak berguna sekarang!

Sebuah permintaan kecil yang belum dia laksanakan , dan dia dulu dengan bodohnya memilih mengabaikan permintaan adiknya!

Pikiran nya menyelam dimana saat permintaan sang adik untuk terakhir kalinya.

" Bang Epan , nanti kasih kotak ini buat kak Gibran ya! Ini permintaan terakhir Zora deh , pokoknya bang Epan harus kasih ini ke kak Gibran oke?! " Ujar gadis itu dengan tatapan tajam nya , dia memperingati sang Abang! Namun hanya jawaban ketus yang dijawab oleh sang abangnya itu!

" Buat apa sih dek? Ngapain juga Abang kasih nih kotak buat dia? Ogah ah , Abang sibuk. Kamu kasih sendiri aja ke dia" tolak Evan mentah mentah. Dia tidak ada niatan menerima sodoran kotak yang dia yakini adalah kotak hadiah , huh dia iri tau kenapa hanya si Gibran yang di beri? Kenapa dia engga?

" Ish bang plis ya ya mau ya? Zora ga mungkin kasih ini ke dia , Zora gatau bisa ketemu lagi atau engga. Waktu Zora udah habis , bahkan Zora banyak mengingkari janji Zora buat kak Gibran! Hanya ini satu satu janji Zora yang masih bisa Zora tepati , tapi Zora ga bisa kasih ini langsung buat kak Gibran! Jadi bang Epan yang kasih ya?" Jelas Gadis itu dengan nada sendu nya , bahkan mata nya pun sudah berkaca kaca.

Mengingat waktu nya sudah tidak lama lagi membuat nya sesak , janji janji yang selalu ia lontarkan tapi tidak satupun yang dia tepati. Maka dari itu hanya kotak ini lah satu satu nya yang bisa dia tepati janjinya walaupun bukan dia yang memberikan nya langsung.

"Oke fine , Abang bakalan kasih kalau Abang ga sibuk oke? " Final Evan , dia tidak bisa melihat sang adik bersedih maka dari itu dia mengiyakan. Hal tersebut membuat adiknya langsung berbinar senang bahkan dia juga berhambur kepelukan Evan.

Tanpa sadar itu adalah pelukan terakhir dari sang adik sebelum adiknya pergi untuk selama lama nya.

Mengingat perjanjian nya bersama sang adik membuat dadanya sesak , permintaan kecil sang adik yang masih belum bisa dia lakukan. "Kenapa? Kenapa kamu pergi secepat ini dek? Kamu bahkan ingkar janji untuk terus hidup " tangis Evan seketika pecah kembali , mengingat semua kenangan kenangan bersama sang adik.

Kedua orang tuanya pun menghampiri Evan , mereka berniat meninggalkan kota ini. Sudah cukup mereka tidak ingin sedih terlalu lama , mereka juga harus bisa mengikhlaskan sang anak yang sudah berpulang.

Namun Evan menolak ajakan orang tua nya , masih ada satu urusan yang harus dia selesaikan disini dikota ini. Dia tidak akan pergi sebelum selesai , Evan pun mungkin akan membutuhkan beberapa hari jadi dia menyuruh orang tua nya untuk duluan.

Dia akan menemui seseorang untuk urusan nya yang belum selesai , orang yang paling berhak mengetahui semua nya setelah kesalahan pahaman ini.

Dia sebenarnya selalu berfikir tentangnya ,  Padahal dia selalu disakit terus menerus tapi dia selalu tegar menghadapi kejamnya dunia , bahkan jika Evan yang ada di posisinya mungkin dia sudah menyerah untuk hidupnya sendiri sejak lama.

Dia GIBRAN RENALDY [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang