"KENAPA KAMU PUKUL SAGAN HAH?!""MAMAH UDAH BILANG RATUSAN KALI SAMA KAMU! KAMU HARUS JAGAIN SAGAN BUKAN MALAH MELUKAINYA SAGAM!"
Terlihat dua orang pria dan wanita yang tengah berdiri memarahi anaknya. Baru saja mereka pulang kerja, merasa lelah berniat untuk istirahat, tapi dia melihat anak kesayangannya mengadu jika bibirnya bengkak karena di pukul Sagam.
Mereka berdua langsung naik pitam, apalagi tadi Sagam yang tertidur susah untuk di bangunkan, mereka menjadi tambah marah. Dan sekarang di sini lah Sagam berdiri dengan kepala menunduk di hadapan kedua orang tuanya.
"Udah lah mah, dia tuh gak bakalan masuk kalo cuma di omongin doang!" Ucap Sagan, dan langsung di hadiahi tatapan tajam dari Sagam.
"Apa alasan kamu mukul Sagan hah?" Ucap Ina dengan nada yang rendah tapi penuh penekanan, dia mencoba untuk tenang.
"Apa menurut kamu dengan bisa bela diri itu keren? Bisa mukul orang sembarangan hah?"
"Kamu liat Sagan! Kamu liat dia! Dia pintar, cerdas, bikin kita bangga, setiap bulan selalu membawa pulang piala olimpiade! Sedangkan kamu apa? Kamu cuma bisa bikin kita malu! Kamu gak bisa apa-apa! Kapan kamu jadi kaya Sagan hah?"
"Kamu gak bisu, sekarang jawab pertanyaan mamah!"
"JAWAB SAGAM! KAPAN KAMU MAU JADI KAYA SAGAN!" Ina memukul kepala Sagam beberapa kali.
Sagam memundurkan langkahnya dan berjalan ke arah tangga, lebih baik Sagam menghindar saja dari pada dia harus mendapatkan cacian dari mereka.
Apa mereka tidak melihat wajah Sagam? Apa mereka tidak merasa khawatir, Sagan hanya mendapatkan robekan kecil di bibirnya itu pun karena ulah dia sendiri, sedangkan Sagam dia mendapatkan luka yang dalam di keningnya karena Sagan, tapi kenapa mereka malah lebih membela Sagan.
Sagam anak mereka juga kan, kembaran Sagan Bakan wajahnya saja sangat mirip sekali tidak ada perbedaan dari segi wajah, jika tubuh mungkin ada, Sagan itu tubuhnya berisi dan Sagam memiliki tubuh yang kurus. Mungkin jika Sagam tidak belajar bela diri sekali tendang udah terbang sangking kurusnya dia.
Brakk
Brakk
Brakkk
"BUKA PINTUNYA SAGAM!"
Mereka terus menggedor pintu Sagam, tapi Sagam memilih untuk diam di dalam kamarnya, mengambil rokok dan mengisapnya.
Toh jika mereka capek pun mereka akan berhenti sendiri dan pergi.
Trekk
Brakk
Pintu kamar Sagam terbuka lebar dengan menampakan Baim dengan wajah yang marah.
Baim merebut rokok yang tengah Sagam isap itu, membuangnya ke lantai dan menginjak injak hingga tak berbentuk. Sagam dia hanya melihat saja apa yang di lakukan dia.
Bughh
"Berani sekali kamu merokok di rumah saya!" Baim berhasil memukul wajah Sagam.
Brakk
Pintu di tutup dengan keras oleh Sagan, di luar Sagan memegang pintu kamar Sagam, dia tidak akan membiarkan Sagam kabur lagi seperti kemarin.
Di dalam kamar Sagam, dia sudah terlihat pasrah dengan apa yang akan dia alami malam ini.
Baim menarik baru Sagam untuk berdiri, lalu dihempaskan ke dinding kamar Sagam.
"Sudah berani kamu merokok di hadapan saya hah?" Baim mencengkram kuat dagu Sagam.
"Saya suruh kamu jagain Sagan di sekolah kamu gak becus! Kamu bikin saya malu dengan merokok seperti itu!"
"Kamu itu gak pernah bikin saya bangga! Kamu itu anak bodoh gak bisa apa-apa! Kenapa saya punya anak seperti kamu! Kenapa Sagan punya kembaran biadab seperti kamu!" Ucap Baim dengan penuh penekanan.
"Sagan itu anak baik, dia selalu ada buat kamu tapi kenapa kamu gak pernah ada buat kembaran kamu Sagam!"
Sagam hanya terdiam, dia sudah muak dengan semuanya, yang mereka ingat itu hanya Sagan tidak ada Sagam.
"Mulai sekarang saya tidak mau tau, kamu harus seperti Sagan, kamu harus bisa menyaingi Sagan di sekolah! Jika kamu tidak berhasil saya bersumpah saya tidak akan mengakui kamu sebagai anak saya! Saya tidak akan memaafkan kamu sampai kamu mati pun!"
"Kamu sanggup?" Tanya Baim. Dan tidak ada jawab sama sekali dari Sagam, dia hanya menatap Baim dengan wajah datar.
Bughhh
Pukulan yang lebih keras di layangkan oleh Baim kepada Sagam. Pukulan, tamparan bahkan tendangan terus Baim layangkan kepada tubuh Sagam, bahkan Baim tega membenturkan kepala Sagam ke tembok, sakit tentu saja kepalanya pusing sekali, tapi Sagam tidak bisa berbuat apa-apa dia hanya pasrah.
Bughh
"KAMU ITU HARUS SEPERTI SAGAN!"
"LIAT DIA! DIA TIDAK PERNAH MEMBANTAH APA YANG SAYA UCAPKAN! TIDAK SEPERTI KAMU BERANDALAN!"
Ctass
Sagam di cambuk habis-habisan oleh Baim, baju yang dia kenakan sudah robek tak berbentuk, darah yang terus bercucuran dari punggung maupun anggota tubuh lainnya, mungkin karena ruangan ini yang minim cahaya jadi Baim tidak melihat seberapa parah luka Sagam.
Bahkan Sagam sudah tidak sanggup untuk menggerakkan tubuhnya, dia hanya bisa tengkurap dengan Baim yang terus mencambuk dan menendang tubuh Sagam.
"Kamu harus bisa seperti Sagan!" Setelah mengucapkan itu akhirnya Baim pergi juga. Di dalam hati Sagam dia bersyukur karena Baim telah pergi. Karena sudah tidak sanggup untuk Bagun, Sagam memutuskan untuk terdiam di tempatnya hingga esok.
Baim memang kejam memperlakukan anaknya seperti ini, itu karena kejadian masa lalu yang membuat mereka menjadi membenci Sagam. Terutama Sagan kembaran Sagam sendiri yang membenci Sagam, gak jarang Sagan mengajak Sagam untuk berkelahi, dan berujung Sagan yang di pukuli habis-habisan oleh Baim dan di caci maki oleh Ina.
Jika bisa Sagam ingin kabur dari rumah ini dan memulai kehidupan baru di luaran sana mungkin akan jauh lebih baik dari pada dia harus tinggal di rumah ini dengan tuntutan Sagam yang harus menjaga Sagan ketika di sekolah, tidak ada yang boleh menyentuh Sagan sedikit pun jika ada yang menyentuh Sagan maka Sagam akan di hukum, di tuntut untuk sempurna melebihi Sagan yang ambis di bidang akademik.
Padahal Sagam itu lemah di akademik, se fokus apapun dia ketika guru menerangkan materi, tatap saja materi yang di sampaikan oleh guru tidak akan masuk ke otaknya. Apalagi Sagam harus seperti Sagan.
------------------------------¥----------------------------
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN