46.

451 27 0
                                    


Baim dan Ina benar-benar melakukan apa yang sudah mereka rencanakan tentang Sagam. Pihak sekolah pun tidak masalah bahkan mendukung sekali karena mereka bilang Sagam itu seharusnya memang di sekolahkan di sekolah khusus.

Sagan sebagai saudara Sagam sepertinya merasa senang karena akhirnya dia bisa hidup dengan tenang bersama ke dua orang tuanya tanpa adanya drama yang membuatnya lelah.

Tapi berbeda lagi dengan Ozie dan Shaka, mereka berdua menangkal semua berita yang Baim sebar tentang Sagam yang di pindahkan ke luar negri karena bagaimanapun mereka tau jika sikap keluarga Sagam itu tidak seperti yang mereka kira. Mereka berdua hampir setiap hari uring-uringan, sering bolos sekolah untuk mencari Sagam kemanapun bahkan ke luar kota mereka sudah cari tapi hasilnya nihil mereka masih belum juga menemukan keberadaan Sagam.

"Apa kita susul ke luar negeri juga?" Tanya Ozie dengan nada yang datar. Saat ini Ozie dan Shaka sengaja bolos sekolah dan pergi ke atap sekolah.

"Minggu depan kita ujian, gak mungkin kalo kita susul Sekarang Zie."

"Terus mau Lo gimana? Tunggu sampe mereka ngirimin potongan tubuh si Sagam ke rumahnya hah? Mikir anjing."

"Lo pikir selama ini gue diem aja? Zie, gue juga sama takutnya sama Lo, tapi mau kemana lagi kita cari si Sagam, kalo kita gegabah langsung susul dia ke sana gimana kalo si Sagam gak ada di sana hah?! Itu cuma ngulur waktu kita buat nyelamatin si Sagam doang!!"

"Terserah Lo bangsat! Jangan ikutin gue Lo!" Ozie menunjuk Shaka, dia pergi dari sana meninggalkan Shaka yang tengah di Landa emosi.
_____________

Pang!!

Suara pecahan kaca terdengar begitu nyaring ketika Sagan yang tengah membawa semangkuk bakso itu terjatuh secara tiba-tiba, semua siswa-siswi di sana otomatis memalingkan atensi mereka kepada Sagan yang tengah menahan sakit sembari memegang tangan sebelah kirinya. Entah kenapa tangan Sagan terasa sangat sakit sekali seperti di sayat padahal di sana tida ada luka sama sekali.

Oka dan Roma pun ikut panik, mereka yang tengah duduk santai menikmati makanannya berlari menghampiri Sagan.

"Gan Lo gak papa kan?"

"Tangan gue sakit banget," mata Sagan terpejam erat karena merasakan tangannya yang terasa semakin sakit, Oka dan Roma yang panikpun membawa Sagan ke UKS untuk di periksa, untunglah di sana ada dokter yang bertugas.

"Tangan kamu gak papa Sagan, kenapa kamu kesakitan seperti ini?" Tanya sang dokter yang merasa sangat aneh sekali, padahal hasil pemeriksaannya barusan tidak ada tanda-tanda luka, patah ataupun keseleo semuanya nampak normal saja.

"Gak tau dokter, tapi ini sakit banget aakkkhh gak kuat tolong."

"Dok masa gak papa sampe kesakitan gini?"

"Kalo kalian tidak percaya kalian boleh bawa Sagan ke rumah sakit, surat ijin kalian biar ibu yang urus," ucap guru itu.

Oka dan Roma pun saling pandang dan mengangguk, mereka berdua membawa Sagan di gendongan Roma untuk dibawa ke rumah sakit. Jarak rumah sakit dan sekolah tidak lah jauh hanya di tempuh beberapa menit saja mereka sudah sampai.

"Ko gue berasa aneh ya," ucap Oka, mereka sudah mengantarkan Sagan ke rumah sakit dan kini Sagan tengah di periksa untuk yang kedua kalinya, ya dua kali karena tadi dokter juga mengatakan jika Sagan baik-baik saja tidak ada hal yang aneh, sehingga Roma memaksa sang dokter untuk memeriksa Sagan kembali.

"Aneh gimana maksud Lo?" Tanya Roma.

"Ya aneh aja, tadi dokter UKS bilang kalo Sagan gak kenapa-kenapa, terus Sekarang dokter rumah sakit juga bilang gak kenapa-napa tapi si Sagan ke kesakitan banget, apa jangan-jangan bener ya naluri anak kembar lebih kuat?" Ucap Oka.

PERTAMA DAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang