Satu Minggu sudah Baim uring-uringan mencari Ina kemana-mana tapi Ina masih belum pulang juga ke rumah. Baim sudah menyuruh orang untuk mencari keberadaan Ina tapi mereka di anggap payah oleh Baim karena belum berhasil menanyakan istrinya.Baim juga di buat jengkel dengan tingkah Sagan yang terus merajuk ingin bertemu dengan ibunya, dia selalu mogok makan dan tidak mau bertemu dengan Baim karena Baim belum bisa menemukan Ina hingga saat ini.
Contohnya sekarang dia tidak mau keluar dari kamarnya meskipun temannya datang ke rumah untuk bermain bersama Sagam.
"Om, kita pulang dulu ya udah malem, besok kita ke sini lagi buat bujuk Sagan," ucap Oka.
"Iya, makasih ya kalian sudah mau ke sini buat membujuk Sagan," ucap Baim dengan lembut.
"Sama-sama om."
Setelah kepergian teman Sagan dari rumahnya Baim masuk ke dalam kamar, dia melihat satu persatu foto yang anak buahnya berikan beberapa hari lalu. Di dalam foto itu terlihat punggung sang istri yang tengah bergandengan tangan bersama seorang pria seumurannya di salah satu toko kue.
Hatinya terasa sangat hancur sekali melihat foto itu, dan entah harus seperti apa lagi Baim memberi tahu Sagan supaya anak itu bisa mengerti dengan situasi seperti ini.
"Kenapa kamu seperti ini Ina, selama ini aku sudah menaruh kepercayaan penuh kepadamu tapi kenapa kamu berkhianat dari aku Ina."
Baim mengusap foto punggung sang istri dengan perasaan campur aduk. Dia mengambil hp miliknya dan menelpon seseorang.
"Siapkan surat gugatan cerai." Ucap Baim setelah itu dia mematikan kembali sambungan telpon itu.
"Semoga ini hal terbaik, Sagan biarkan aku yang urus dan semoga kamu bahagia bersama pria pilihanmu itu."
__________"Sudah satu Minggu kita di sini, dan kamu masih belum bicara sama saya," ucap Ina, sebenarnya sudah ada sedikit perubahan dari orang itu karena sudah mau di dekati, tapi yang sedikit aneh itu dia masih belum mau berbicara sama sekali dengannya.
"Kamu tau, sebenarnya saya ke sini itu untuk menjemput anak saya pulang karena Erik dan Yunan membawanya pergi dari rumah."
"Malam itu saya merasa bersalah sekali karena saya sudah meminta dia untuk tidak keluar rumah karena akan ada adik dan orang tua suami saya datang ke rumah, saya tidak tau apa yang terjadi sama dia saat itu tapi sepertinya dia sangat ketakutan sekali sampai-sampai pintu kamarnya di hadang oleh nakas dan dia sembunyi di dalam lemari," Ina berhenti sejenak, dia menunduk dan menggenggam erat tangannya, perlahan air matanya yang di tahan meluncur juga membasahi wajahnya yang sudah kotor.
"Saya sangat merasa bersalah dan saya ingin meminta maaf sama dia, tapi saya malah terkurung di sini, dan saya tidak tau bagaimana kondisi dia sekarang," ucap Ina lirih.
Ina sangat tercengang sekali ketika merasa ada tangan yang menggenggam tangannya erat, mengelusnya Pengan pelan.
Entah Ina harus seperti apa tapi ada rasa bahagia ketika dia sudah berani berdekatan kepadanya. Rasanya usaha Ina selama ini tidak sia-sia.
"Makasih, makasih karena sudah menemani saya," ucap Ina.
Dengan tangan yang bergetar Ina membuka kepalan tangan itu, dan menggerakkan jari telunjuknya di sana, biarkan dia merasakan apa yang mau Ina bicarakan, karena Ina rasa dia seperti dia itu istimewa.
"Nama saya Ina."
Tangan Ina mengarahkan ke dua tangan dia ke telapak tangannya supaya dia juga menirukan apa yang Ina lakukan, awalnya Ina ragu dia akan mengikuti apa yang dia lakukan tapi ternyata dia melakukan hal yang sama dengan Ina, perlahan Ina merasakan apa yang anak itu gerakan di telapak tangannya.
"S" ujar Ina mencoba merasakan gerakan tangan itu.
"A"
"G"
"A"
"M"
"Sagam?" Ucap Ina gugup, air matanya keluar begitu deras. Ternyata tanpa di sangka selama ini orang yang menemani Ina di sini itu Sagam anaknya yang Ina cari.
Sial, Ina menyalahkan ruangan ini yang begitu gelap dan pengap sehingga Ina tidak tau siapa dia, seandainya ada sedikit cahaya saya supaya Ina melihat wajah dia.
"Sagam, Sagam."
Tanpa aba-aba Ina memeluk erat Sagam, tidak ada perlawanan kali ini Sagam hanya diam di tempat malahan dia membalas pelukan hangat Ina. Jadi selama ini mereka bersama tapi mereka tidak mengenal satu sama lain.
"Kenapa kamu--"
Ucapan Ina terpotong ketika ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan itu, Ina sebagai sang ibu mencoba untuk menghalangi orang itu yang berjalan ke arah Sagam yang ketakutan.
"Tenang, Sagam tenang, ada mamah di sini ya," meskipun percuma karena tubuh Sagam semakin bergetar hebat di dalam dekapannya setidaknya Ina sudah berusaha untuk melindungi Sagam.
"PERGI KAMU! JANGAN MENDEKAT!!" Teriak Ina.
"Minggirlan Ina aku ingin mengambil dia!" Ucap Yunan.
"GAK AKU TIDAK AKAN MENYERAHKAN DIA KEPADAMU!"
"UNTUK APA KAMU MEMPERTAHANKAN DIA SIALAN! DIA ITU UDAH SETENGAH MATI! DAN SEBENTAR LAGI DIA AKAN MATI! SESUAI DENGAN KEINGINANMU BUKAN?" Ucap Yunan dengan lantang.
"JAGA UCAPANMU YUNAN! KELUARKAN AKU DAN SAGAM DARI SINI!!"
"AHAHAHA PERCUMA KAMU KELUAR DARI SINI, BAIM SUDAH MENIKAH LAGI DENGAN SEORANG WANITA CANTIK, LEBIH CANTIK DARI KAMU!! JADI LEBIH BAIK KAMU MENYAKSIKAN KEMATIAN ANAKMU YANG SUDAH KAU BUANG ITU DENGAN CARAKU" Yunan menarik tangan Ina dan menjambak rambut Ina.
"GAK! GAK MUNGKIN! AKU TAU BAIM TIDAK AKAN MELAKUKAN ITU!" teriak Ina, dia mencoba untuk membela dirinya dan menangkal berita yang tidak masuk akal ini. Entah apa yang direncakan Yunan yang pasti saat ini Ina di jebak.
"Ina, saya masih berbaik hati kepadamu untuk menyaksikan pernikahan Baim bersama wanita yang dia cintai hari ini. Tapi kamu harus berjanji lagi kepadaku kembali lagi ke sini untuk merayakan pesta kematian anakmu yang bernama SAGAM!" Ucap Yunan menghempaskan tubuh Ina ke belakang.
Ina sudah tidak tau harus berbuat apa lagi, dia sekarang ada di antara dua pilihan yang berat, jika dia menggagalkan pernikahan Baim dan mempertahankan keluarganya bagaimana dengan nasib Sagam? Apakah nantinya dia akan ikhlas dengan kepergian Sagam seperti janjinya dulu? Tapi jika dia tidak ke sana keluarganya pasti akan hancur, tanpa Baim dia itu bukan siapa-siapa.
"Pergilah Ina dari pada kamu menyaksikan anakmu melewati sakaratul mautnya ."
____________________________________
Haloooo semuanyaaaaaa
Maaf ya bikin kalian nunggu lama banget,
Hari aku up ya selamat membacaaaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN