17. Bahasa isyarat

1.8K 113 16
                                    


Setelah pulang sekolah entah kenapa Sagam ingin sekali segera pulang, padahal di rumahnya itu tidak ada apa-apa bahkan tidak ada yang membuat Sagam tertarik dengan suatu hal. Malah jika Sagam terus berada di rumah ini Sagam terus tertekan dan tersiksa. Padahal Sagam juga manusia dia butuh ketenangan.

Saat sampai di depan rumahnya Sagam sedikit heran karena ada mobil asing yang terparkir di halaman rumahnya, Sagam berfikir mungkin saja ada tamu yang berkunjung ke rumahnya atau anggota keluarganya yang membeli mobil baru Sagam tidak peduli karena Sagam tidak tertarik dengan mobil karena Sagam lebih tertarik ke motor.

Sagam berjalan lesu ke rumahnya, tepat di ambang pintu Sagam berhenti melangkah karena ternyata ada seorang wanita yang tengah menangis di pelukan Ina, Sagam tidak tau itu siapa mungkin saja itu adalah teman Ina jadi Sagam tidak peduli, dia melanjutkan berjalannya ke arah tangga, namun langkahnya kembali terhenti karena ada seseorang yang menarik kasar tangannya hingga mundur beberapa langkah.

Sagam menatap dia dengan tajam, ada apa dengan nya? Kenapa dia menarik tangan Sagam begitu saja, Sagam Rasa dia tidak membuat masalah hari ini.

"KAMU! KAMU!" Wanita itu memukul dada Sagam beberapa kali hingga berbunyi, tapi Sagam hanya diam saja karena bingung apa yang sudah terjadi dengan wanita ini.

Karena wanita itu tidak berhenti memukul dada Sagam akhirnya Sagam memegang ke dua tangan wanita itu. Wajah Sagam seolah meminta penjelasan yang sebenarnya kenapa dia melakukan ini semua.

"SAYA TAU SAYA TAU KAMU WAKTU ITU ADA SAMA ANAK SAYA!" teriak wanita itu sembari menangis, Sagam hanya diam saja menatap bingung wanita itu, apa? Siapa? Sungguh Sagam tidak tau siapa orang yang di maksud wanita ini, dan kenapa bertanya kepadanya.

"SEKARANG DI MANA ANAK SAYA!!"

"JAWAB DI MANA ANAK SAYAAA! KENAPA KAMU HANYA DIAM SAJAA"

Sagam hanya menggelengkan kepalanya, sungguh dia tidak tau apa yang terjadi, kenapa wanita ini menanyakan anaknya kepada Sagam, dan siapa anaknya.

"DI MANA ANAK SAYAAA!! TOLONG BAWA ANAK SAYA KE SINI! BAWA ANAK SAYA KE SINIII!" Dia bersandar di dada bidang Sagam sembari menangis. Mungkin dia merasa lelah karena terus menangis dan memukul terus-menerus dada Sagam.

"Saya rindu dengan anak saya, tolong kasih tau di mana anak saya? Kamu, kamu pasti tau kan di mana anak saya?" Ucap wanita itu.

"Saya janji, Saya janji akan bayar uang tebusannya berapapun, berapapun akan saya lunasi asalkan kamu bisa mengembalikan anak saya, saya mohon tolong kembalikan anak saya."

"Saya sungguh menyesal, saya sungguh menyesal karena waktu itu, saya, tidak membelikan mainan yang dia inginkan karena saya tidak punya uang, seandainya dulu saya membongkar celengan saya untuk membelikan mainan itu, pasti anak saya masih ada bersama saya kan?"

"Kalo kamu ketemu sama mereka, tolong. Tolong sekali. Kembalikan anak saya dan saya berjanji akan membayar tebusannya berapapun akan saya bayar, saya janji." Ucap wanita itu sembari menangis meraung di hadapan Sagam.

"APA?! KAMU BERANI MENCULIK ANAK KECIL?!" Ina mendekat ke arah Sagam. Sepertinya dia sedang di Landa emosi.

"SIAPA SAJA KOMPLOTAN KAMU HAH?! DAN KAMU JUAL KEMANA ANAK IBU INI?!"

"KENAPA KAMU SE KEJI INI HAH?! SIAPA YANG UDAH MENGAJAK KAMU MASUK KE DUNIA HITAM?! JAWAB SAGAM! KENAPA KAMU HANYA DIAM SAJA?"

"Oh, kamu gak mau jawab ya? Baik saya akan telpon polisi supaya kamu mempertanggungjawabkan kelakuan kamu yang bejat ini, karena demi tuhan saya sangat malu memiliki anak seperti kamu!" Ucap Ina di hadapan Sagam. Wanita tadi pun menjadi diam ketika Ina berbicara.

Ina mengambil hp miliknya dan menekan nomor polisi, namun baru saja Ina akan berbicara dengan cepat Sagam merampas paksa hp Ina dan melemparkannya ke tembok hingga benda pipih itu ini telah hancur tidak berbentuk lagi.

"Kenapa kamu melakukan ini hah?! Kamu mau ngancam saya supaya tidak melaporkan kamu ke polisi? Saya tidak takut dengan bocah ingusan seperti kamu!" Ucap Ina sembari menunjuk Sagam.

"Apa kamu gak mikir bagaimana sedihnya seorang ibu kehilangan anaknya? Apa kamu pernah berfikir jika seorang ibu hampir kehilangan akal sehatnya karena kehilangan seorang anak!" Lanjut Ina.

"Seharusnya kamu tau seberapa berat seorang ibu merindukan anaknya, ibu mana yang rela kehilangan anaknya, seharusnya kamu bawa anak saya ke sini, seharusnya kamu bawa anak saya," ucap Wanita itu menambahkan ucapan Ina tadi.

Sagam membiarkan wanita itu menangis di pelukannya. Ina yang melihat itu hanya terbengong di tempatnya. Kenapa Ina malah merasakan jika Ina tidak percaya Sagam berani melakukan  hal di luar nalar.

"Benar kan nak waktu itu kamu sama anak saya?" Tanya wanita itu kepada Sagam.

Sagam hanya menghela nafasnya pasrah, dia bingung harus menjelaskannya dengan cara apa.

"Jawab!"

"Benar kah dia memang bisu?"

Akhirnya setelah melamun sebentar, Sagam mengangkat tangannya dan mulai menjelaskan Dangan bahasa isyarat.

Hati Ina seperti tertusuk belati tumpul, dia tidak pernah mengira ini akan terjadi, matanya yang mulai berkaca-kaca melihat Sagam yang berbicara menggunakan bahasa isyarat. Selama ini Ina benar-benar berfikir jika Sagam itu memang jarang bicara ketika di rumah dan di luar berbicara seperti biasa tapi ternyata dugaannya salah besar.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia memakai bahasa isyarat?"

"Ka---kamu?" Wanita yang ada di hadapan Sagam pun menutup mulutnya tidak percaya. Wajah yang rupawan, kulit putih bersih seperti susu, dan tubuhnya yang sedikit tinggi itu ternyata mempunyai kekurangan. Ternyata benar setiap orang punya kekurangan pasti ada kelebihan dan itu terbukti di hadapannya sendiri.

"Sebentar," ucap wanita itu menahan tangan Sagam yang tengah memperagakan ucapannya.

"Bu saya tidak mengerti dengan bahasa isyarat, bisa ibu membantu saya menerjemahkannya?" Tanyanya. Ina hanya mampu menunduk dan menggelengkan kepalanya.

Setelah mendapat gelengan kepala dari Ina, wanita itu menatap Sagam dan memeluk Sagam dengan erat.

"Nanti, kalo kamu udah bisa bicara, tolong kasih tau Tante ya, di mana anak tente, Tante sungguh rindu dengan nya," bisik wanita itu di pelukan Sagam, dan Sagampun hanya mampu membalas pelukan wanita itu dan mengangguk.

"Maafkan Tante ya, Tante ijin pulang dulu."

"Bu maafkan saya karena telah membuat kekacauan," ucapnya.

"I--iya tidak apa-apa, lain kali kalo mau ke sini boleh kok," ucap Ina.

"Saya permisi."

"Mari saya antar," Ina berjalan berdampingan dengan wanita tadi. Setelah mengantarkannya Ina kembali ke dalam rumah dengan perasaan yang campur aduk setelah melihat kejadian yang tidak pernah dia bayangkan terjadi di depan mata kepalanya sendiri.

"Kemana dia?" Batin Ina karena tidak melihat batang hidung Sagam di ruang tamu.













PERTAMA DAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang