4. Iri?

2.2K 141 2
                                    


"Yakin bisa sendiri?" Tanya Shaka kepada Sagam, pasalnya dia tidak yakin Sagam bisa mengendarai motornya dengan kondisi yang seperti itu.

"Ya udah kalo bisa, sorry banget gue gak bisa nganterin Lo pulang, di rumah ada kakek yang berkunjung dan gue di suruh cepet-cepet pulang," ucap Shaka.

Sagam melihat mata Shaka seolah dia merasa bersalah karena tidak bisa mengantarkannya pulang, padahal Shaka bisa sendiri dan masih kuat untuk mengendarai motor, karena luka yang parahnya itu di bagian punggung bukan tangan maupun kaki.

"Gue juga ya Gam, Sorry banget gue hari ini di jemput sama nyokap jadi gak bisa kabur dulu," ucap Ozie. Ya hari ini Ozie tidak membawa motornya karena sehabis di pake adiknya kecelakaan motor Ozie harus istirahat dulu di bengkel untuk beberapa saat hingga bener-bener bisa di gunakan lagi.

"Hati-hati," ucap Ozie dan Shaka ketika motor Sagam mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Sagam sangat bersyukur sekali mendapatkan teman yang seperti mereka, meskipun Sagam jarang berkomunikasi dengan mereka tapi mereka bisa memakluminya dan hingga saat ini mereka mau berteman dengan Sagam.

Mungkin jika orang yang tidak tau gimana Sagam akan mengira jika Sagam itu *Bisu* sangking jarangnya dia berbicara. Jika kalian bertanya gimana cara Sagam persentasi di kelas sedangkan Sagam jarang bicara apakah dia mengeluarkan suaranya, oh tentu tidak, Sagam akan mengerjakan semua soal yang harus di persentasi kan sendirian dan yang persentasi itu teman-temannya yang lain.

Mereka juga tidak keberatan toh jadi aman-aman saja jika Sagam melakukan itu.

Tak butuh waktu lama Sagam sudah sampai di pekarangan rumah kedua orang tuanya, menyimpan motor kesayangannya di garasi, berjalan santai ke kamarnya, mandi dan kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi menyamping.

Tidur sebentar sepertinya bukan hal yang buruk, Sagam juga manusia bukan dia butuh istirahat sebentar sebelum mereka pulang.
____________

"Mah, pengen baju dong," Sagan merengek di hadapan ke dua orang tuanya.

"Beli aja, sana liat-liat dulu nanti samperin mamah sama papah di sana ya," ucap Ina. Ina akan terlihat bersikap baik di hadapan suami dan Sagan layaknya seorang ibu dan istri yang baik. Tapi sikapnya akan jauh berbeda di hadapan Sagam anak sulungnya itu, di hadapan Sagam Ina akan menunjukan rasa tidak sukanya, memberikan lontaran lontaran yang membuat Sagam sakit hati mendengarnya.

Dulu Sagam dan Sagan itu anak kembar yang akrab sekali, mereka sering bermain bersama, makan harus satu piring berdua gelas pun harus satu untuk berdua makannya tidak heran jika yang satu terkena flu maka dua duanya juga akan terkena flu, dan melakukan aktifitas lainnya pun berdua. Ina dan Baim pun dulu menyayangi mereka berdua membagi rata kasih sayangnya tidak ada yang membeda-bedakan.

Suatu hari Ina dan Baim mengalami sedikit musibah yaitu di mana ayah dari Ina meninggal dunia, Baim yang berperan sebagai suami yang baik dan menantu yang baik juga Baim langsung membawa Ina meluncur ke rumah sang mertua. Sangking sedihnya Ina dia sampai lupa jika ke dua anaknya tengah bermain bersama anak tetangganya. Awalnya ini sedikit bernafas lega karena tetangganya itu mau di titipkan ke dua anak kembarnya tapi ketika malam hari mereka pulang, Ina dan Baim berniat akan menjemput si kembar namun naas nya dia bilang si kembar sudah pulang karena Baim dan Ina sudah pulang.

Ina dan Baim sudah mencari si kembar ke rumah, dan ke rumah teman-teman si kembar tapi mereka tidak menemukan si kembar.
_________

Tepat pukul sebelas malam, Baim, Ina dan Sagan pulang ke rumahnya dengan membawa banyak sekali paper bag.

Sekarang sudah akhir bulan, di mana setiap akhir bulan Baim selalu mengajak Ina dan Sagan untuk membeli barang-barang baru, dan barang yang menurut mereka sudah tidak terpakai akan di buang atau di bagikan kepada orang yang membutuhkan.

"Gimana masih ada yang kurang gak?" Tanya Baim.

"Apa mah?" Sagan menatap Iba dengan senyuman.

"KADO!" Ucap keduanya sembari menunjuk Baim.

"Sudah papah duga," Baim segera mengeluarkan barang spesial yang mereka sebut kado.

"Ini buat mama, dan..." Baim menyerahkan satu kotak perhiasan kepada Ina, lalu mengambil hpnya.

"Dan ini buat kamu," Baim menunjukan layar hpnya ke Sagan, di mana layar hp itu menunjukan bukti transfer ke rekening Sagan.

"Wah makasih papah ku sayang," Sagan dan ina mancium pipi Baim.

Tak tahu kah mereka jika di lantai dua ada Sagam yang melihat mereka semua, sakit tapi Sagam tidak akan melewatkan momen indah ini. Semoga saja dengan melihat ke harmonisan mereka rasa rindu yang terus tertimbun di hati Sagam akan berkurang.

Sagam ingin sekali suatu saat nanti dia akan berada di antara mereka bertiga, Tak apa jika Sagam tidak di belikan barang-barang setiap bulan sepeti Ina dan Sagan yang peting mereka melihat Sagam ada di sekitar mereka, memberikan kasih sayang yang melimpah.

Tapi itu hanya khayalan Sagam saja, Sagam yakin sampai ke titik akhir nanti mereka tidak akan melihat Sagam ada, Sagam itu manusia tapi keberadaannya lebih dari angin.

Asal kalian tau ada sebuah tragedi yang sangat mengerikan yang pernah Sagam alami ketika dia di culik dulu, yang juga membuat Sagam sangat irit bicara itu karena semenjak dirinya kembali ke rumah Sagam tidak pernah berinteraksi maupun mengobrol dengan keluarganya lebih tepatnya Sagam canggung untuk mengobrol dengan mereka, bukan Sagam yang memulai itu semua tapi merekalah yang tiba-tiba menganggap Sagam angin, setiap Sagam bersuara mereka seolah tidak mendengarkannya dan bersikap acuh dengan Sagam, hingga Sagam remaja pun mereka sangat jarang sekali mengobrol mereka akan berbicara ketika ingin mencaci maki Sagam saja. itu salah satunya yang membuat Sagam sangat enggan untuk berbicara dengan mereka.

Dan berujung Sagam yang dingin kepada siapapun terutama temannya hingga remaja.

"Iri ya Lo gak di beliin barang-barang branded sama papah?" Ucap Sagan di belakang Sagam.

Sagam hanya diam, dia melirik Sagam dengan ujung matanya saja setelah itu dia berlalu dari tempat itu, niatnya yang akan mengambil makana dia urungkan karena takut jika Sagam mengganggu mereka semua.

Sagam masuk ke dalam kamarnya yang sangat gelap, dia mengunci pintu kamarnya lalu terduduk di depan pintu dengan tubuh yang menyender di pintu, Sagam menunduk dalam, memejamkan matanya, menghilangkan rasa iri yang ada di dalam hatinya.












------------------------------¥---------------------------

PERTAMA DAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang