37. Terlalu menyakitkan

978 71 18
                                    


Brakk

Sagam menutup pintu kamarnya dengan sangat kasar, hari ini baru saja dia pulang ke rumah setelah beberapa hari menginap di rumah Shaka dan pindah ke apartemen Ozie sudah di suguhkan dengan amukan ke dua orang tuanya.

Kali ini mereka tidak bermain fisik kepada Sagam tapi mereka melukai hati Sagam dengan kata-kata yang di lontarkan orang mereka yang seharusnya tidak di ucapkan oleh orang tua.

Sagam mungkin tidak bisa berbicara tapi dia bisa menangis, bisa merasakan sakit, capek dengan dunianya sendiri dan Sagam juga manusia normal yang mengeratkan hasratnya untuk tidak mengakhiri hidupnya sebelum waktunya tiba.

Terkadang Sagam berpikir untuk menjauh dari keluarga ini tapi Sagam tidak memiliki keberanian sebesar itu setelah dia tau bagaimana kejam dan hitamnya dunia luar. Sagam bertahan hidup itu karena dia hanya ingin menemukan rumah yang sebenernya, rumah di mana Sagam di terima, Sagam tidak berharap lebih hingga di beri kasih sayang yang melimpah seperti keluarganya, cukup di perhatikan dan di anggap ada itu sudah cukup untuk Sagam.

Tapi hingga saat ini Sagam belum menemukannya, saat ini yang katanya keluarga masih belum bisa menerima Takdir Sagam yang tidak bisa di rubah itu. Karena pada dasarnya sekali kita di pandang buruk oleh seseorang hingga kita mati pun akan di pandang buruk juga. Jadi lebih Baik Sagam tidak berharap lebih dari mereka yang sudah memandang buruk Sagam.

Jangan terlalu berekspektasi jika mereka bisa menerima Sagam di rumahnya, dan menganggapnya keluarga.

Sagam berdiri dari duduknya dia berjalan ke arah tong sampah untuk membuang sesuatu, tapi dia sangat syok sekali dengan adanya gumpalan hati hewan yang sudah membusuk itu di atas kertas yang ada tulisannya.

*Aku kembalikan hatimu*

Sagam melempar kertas itu ke dalam tong sampah setelah itu di bawa tong sampah itu ke belakang rumah dan membuang sampah itu beserta tong sampahnya.

Tanpa di sadari ternyata di balik pohon yang besar itu ada seseorang yang memakai baju serba hitam tengah memperhatikan Sagam. Tatapan yang sangat sulit untuk di artikan.

Di rasa sudah selesai Sagam berjalan kembali masuk ke dalam, namun baru saja Sagam membuka pintu dan masuk ke dalam ada seseorang yang memakai Hoodie hitam berdiri di hadapan Sagam.

"Apa yang baru Lo buang?" Tanya Sagan karena penasaran Sagam membuang sampah beserta tong sampahnya sehingga dia tidak bisa melihat apa yang baru Sagam buang.

Brukk

"Jawab anjing!" Desis Sagan di telinga Sagam ketika dia berhasil mendorong Sagam hingga badannya bertubrukan dengan pintu yang kokoh itu.

"Kenapa sih Lo kembali lagi hah?!"

Sagan menunju wajah Sagam hingga kepala Sagam menoleh ke samping. Sagan tentu saja tidak mau kalah dengan Sagan, dia membalas pukulan Sagan dengan lebih keras hingga tubuh Sagan terjungkal ke samping.

"Kuat juga pukulan Lo!"

Sagan maju mendekat ke tubuh Sagam, dengan pergerakan cepat Sagan mencekik leher Sagam hingga kuku tangannya terlihat memutih, giginya menggertak saling adu sangking kuatnya Sagan mencekik Sagam.

Sagam mulai kehabisan nafas, tangannya terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Sagan dan tanpa berpikir sama sekali Sagam menendang selangkangan Sagan supaya tangan Sagan terlepas dari lehernya.

"Anjing Lo bangsat!" Sagan sepertinya tidak menyerah begitu saja, dia terus memukul Sagam tanpa ampun meskipun melenceng karena Sagam terus menangkis pergerakan Sagan.

"SAGAN SAGAM CUKUP!!"

Keduanya terdiam di tempat setelah mendengar teriakan suara Baim. Sagan menunduk takut sedangkan Sagam menatap Baim yang berjalan ke arah mereka.

"Ngapain kalian hah?! Berantem di rumah, merusak semua barang di ruangan ini, apa kalian pikir saya suka hah?! Kalo kalian mau berantem sama di luar!" Ucap Baim.

"Papah marahin aku?"

"Ya karena kamu merusak barang kesayangan papa, dan sebagai hukumannya kamu masuk ke kamar sekarang juga!" Ucap Baim dengan sedikit tegas, mungkin jika Sagan tidak merusak barang kesayangan Baim dia tidak akan dimarahi.

Sagan berjalan menuju kamarnya, dan sekarang hanya sisa Sagam dan Baim mereka saling berhadapan dan saling memandang satu sama lain.

"Saya sudah tidak tau harus mendidik kamu dengan cara apa lagi, saya sudah capek mengurus kamu, mulai sekarang terserah kamu mau ngapain juga mulai detik ini juga saya tidak peduli sama kamu lagi, kamu urus hidup kamu sendiri."

"Jika kamu ingin keluar dari rumah ini silahkan saya juga tidak akan mendapatkan kabar jika anak saya mati di jalanan karena kamu tidak terdaftar di kartu keluarga saya," ucap Baim.

Dan tanpa sadar Sagam meneteskan air matanya membasahi pipi mulusnya, tanpa berkedip atau berpaling sama sekali Sagam menatap Baim dengan mata yang memancarkan seolah banyak pertanyaan yang ingin dia pertanyakan.

"Tapi saya tau kamu tidak akan pergi dari rumah saya, jadi kalo kamu masih mau tinggal bersama keluarga saya kamu harus menjalankan operasi plastik supaya wajah kamu berbeda dari anak saya."

"Saya tidak akan meminta persetujuan kamu karena ini perintah, dan kamu harus mengikuti apa yang saya perintahkan, bulan depan kamu pergi sendiri ke Korea untuk merubah wajah mu," ucap Baim, setelah itu dia pergi dari hadapan Sagam yang masih meneteskan air matanya, apakah Sagam bisa meng-cap keluarganya keluarga memang jahat dan kejam.

Sangking tidak inginnya mereka malah ingin merusak wajah Sagam, padahal selama ini Sagam sangat suka dengan wajahnya karena begitu mirip dengan Ina.

Tapi Sagam bisa apa selain pasrah? Baim saja dengan teganya melakukan itu kepada Sagam apalagi orang lain yang tidak memiliki ikatan darah sama sekali dengan Sagam.













____________________________________
Halooo

Kaget banget, ternyata banyak banget yang nungguin cerita ini up, tapi sangat di sayangkan sekali ceritanya udah hampir mau selesai, antara sed ending dan happy ending kita lihat saja nanti okey.

PERTAMA DAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang