Sagan menepati ucapannya tadi malam, ketika ayam belum berkokok, matahari masih belum menampakan dirinya menyinari bumi. Baim sudah menggedor pintu kamar Sagam dengan brutal.Dia memukul bahkan menendang pintu kamar Sagam hingga pintu yang awalnya mulus kini mulai terlihat lecet.
"Dobrak aja sih pah," ucap Sagan.
Baim sudah bersiap-siap untuk mendobrak pintu kamar sagam, namun sangat di sesali sekali tiba-tiba pintu kamar Sagam di buka oleh si pemilik, sehingga mau tak mau tubuh Baim yang berisi dan kekar itu menubruk tubuh Sagam hingga mereka berdua terjatuh. Baim yang terlihat sangat syok sekali seketika berdiri dan menatap Sagam yang masih tergeletak ah sepertinya Sagam pingsan.
"Pah, gak papa kan?" Sagan memang tangan Baim, dia juga panik ketika melihat dengan jelas tubuh Baim bertubrukan dengan badan kurus kerempeng milik Sagam, pantas saja Sekarang dia malah pingsan.
"Pah dia?" Sagan menunjuk Sagam.
"Bantu papa angkat dia ke kasur," ucap Baim.
Sagan yang mengangkat bagian kaki Sagam, dan Baim yang mengangkat bagian atas Sagam. Baim menarik kembali tangannya setelah meletakan tubuh Sagam di atas kasur, namun telapak tangannya itu berubah menjadi merah pekat dan bau anyir, apakah dia terluka?
"Pah! Papah luka, kita ke rumah sakit Sekarang pah," Sagan menarik tangan Baim, tapi Baim sepertinya masih enggan untuk beranjak, dia menatap tangannya dengan tatapan yang tidak percaya.
"Panggil dokter saja Gan," ucap lirih Baim.
Baim yang masih fokus dengan tangannya tiba-tiba fokusnya teralihkan menatap cairan yang menetes hingga mengotori lantai.
_________"Sagam!"
"Gak ada Bu."
"Loh kemana? Ozie, Sidik kemana Sagam?" Tanya guru mata pelajaran Fisika.
"Gak tau Bu, dari tadi kita udah telponin Sagam tapi gak di angkat."
"Anak itu benar-benar."
Ozie dan Shaka mereka terlihat sangat cemas sekali ketika Sagam yang tidak masuk sekolah tanpa ijin kepada mereka, biasanya jika Sagam tidak masuk sekolah setidaknya dia mengirimkan pesan.
"Gak bisa di biarin nih, kita harus tanyain sama si babi itu," Ozie menggebrak meja pelan.
"Gue setuju Zie, abis pelajaran Fisika kita temui si anak babi," Shaka pun sama dengan Ozie yang kesal dan cemas.
Setelah pelajaran Fisika selesai Ozie dan Shaka kini nekat menemui Sagan di kelasnya, sebenernya mereka bingung mau ijin apa ke guru mata pelajaran supaya dia bisa berbicara dengan Sagan.
Sepertinya dunia pun mendukung mereka berdua karena ternyata Sagan dan teman-teman kini berada di kantin.
"Woy, anjing!" Ozie menggebrak meja mereka semua sehingga salah satu gelas terjatuh dan pecah.
"APAAN LO HAH?!" Oka yang notabene nya si pemarah langsung menghadap ke mereka berdua.
"Diem Lo bangsat! Gue gak punya urusan sama Lo! Gue cuma punya urusan sama dia!" Ozie menunjuk Sagan yang masih asik dengan makanannya.
"Lo punya urusan sama dia, itu berarti Lo punya urusan sama gue, mau apa Lo!" Oka menarik kerah seragam Ozie.
"Di man si Sagam hah?!" Ujar Shaka.
"Hahaha anjing, ternyata kalian nyerahin diri kalian ke kita cuma mau nanyain si cacat itu! Punya nyawa berapa Lo!" Roma tertawa terbahak-bahak.
"Kita serius ya bangsat! Gue tau dia yang udah menyembunyikan Sagam kan?!" Ozie menepis kasar tangan Oka.
"Dia di rumah, maybe udah mati kali, mending kalian siapin pemakamannya entar kalo udah siap gue anterin jenazah nya ke rumah kalian," ucap datar Sagan.
"Jaga omongan Lo ya anjing! Sadar anjing! Sagam itu kembaran Lo! Bisa-bisa Lo ngomong gitu sama saudara Lo sendiri, kalo dia beneran meninggal gue doa in Lo kena azab hukum bukti!"
"Gue gak peduli, dan Lo mending diem aja kalo gak tau apa-apa tentang gue dan Sagam."
"Stop! Kalian puas kan? Silahkan pergi," Roby menatap Ozie dan Shaka secara bergantian.
"Awas aja Lo anjing!" Ozie menunjuk Sagan. Sungguh demi apapun Ozie sangat kesal dengan kelakuan Sagan, sikapnya dari dulu tidak pernah berubah sedikitpun.
________Sedangkan di rumah Sagam baru bangun dari pingsannya, kepalanya yang masih terasa pusing dia paksa untuk menengok bangun. Pasalnya dia baru ingat jika tadi ada Baim yang mendobrak pintu kamarnya tapi setelah itu Sagam tidak tau apa yang terjadi setelahnya.
Tangan Sagam meraba lehernya yang di kenakan penyangga membuat dia tidak nyaman untuk menengok ke kiri dan ke kanan. Dan jangan lupakan juga dadanya yang masih terasa sesak, ah rasanya Sagam jadi penasaran apa yang terjadi kepadanya kenapa bisa dia seperti ini.
Sagam nekat membuka penyangga di lehernya meskipun masih terasa sakit dan kepalanya yang pusing, setelah berhasil dia lepas, Sagam berusaha mengambil makanan dari dalam lemari kecil di bagian bawahnya, Sagam mengambil satu bungkus roti, dan juga mie untuk dia makan.
Sagam menghela nafasnya pasrah ketika dia harus kembali memakan mie instan itu karena Sagam sangat malas harus keluar rumah untuk membeli sebungkus nasi goreng langganannya.
Dia berjalan perlahan ke luar sembari memijat lehernya yang masih terasa sakit. Sagam baru ingat sekarang, tadi tubuhnya di tindih oleh Baim ah pantas saja badannya terasa remuk semua, tubuh Baim itu lima belas kali lipat di banding dengan tubuhnya yang kurus kerempeng tapi jangan salah meskipun kurus kerempeng tenaga Sagam itu bisa saja sebening dengan Baim.
Saat Sagam memasak mie, dia melirik pintu masuk ke dapur menggunakan ujung matanya, dia tau ada seseorang yang memperhatikan Sagam, tapi dia tidak peduli, dia melanjutkan masaknya hingga mie buatannya itu matang, dan saatnya di makan.
Brakk
"Makan!"
Sagam menegakan badannya, melihat semangkuk bubur yang sudah tersimpan di samping mangkuk mie miliknya.
Malas berpikir lagi, Sagam memakan bubur itu dengan mie, tidak buruk rasanya saat kedua makanan itu masuk ke dalam mulutnya.
••••••••••••••••••••••••••••¥••••••••••••••••••••••••••••••
Hyyy semuanyaa
Bantu vote dan komen dong cerita ini, biar nambah semangat buat ngelanjutinnya ya
Semangat buat kita semua
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN