Pagi hari sekali Sagam sudah siap dengan seragam sekolahnya, seperti biasa sebelum pergi Sagam duduk dulu di atas kasurnya melamun sebentar.Raganya memang tengah duduk di kasur tapi jiwanya entah pergi kemana atau bahkan telah hilang.
Sagam melirik jam dinding kamarnya, ternyata sudah memasuki jam enam pas, Sagam berdiri mengambil tasnya dan berjalan keluar kamar, suasana rumah masih nampak sepi sekali Sagam tau jika mereka masih tertidur pulas di kamarnya masing-masing.
Karena perutnya yang terasa lapar sekali bahkan ulu hatinya terasa sakit akhirnya Sagam memutuskan untuk pergi ke dapur terlebih dahulu, dia mencari makanan yang bisa di makan namun setelah mengobrak-abrik se isi dapur Sagam tidak menemukan apapun, bahkan satu bungkus mie instan saja tidak ada.
Sagam menghela nafasnya kasar, sepertinya pagi ini dia tidak akan sarapan di rumah.
Saat dia akan pergi dari dapur, tak sengaja Sagam malah berpapasan dengan Ina, sepertinya Ina baru saja bangun tidur. Ina kalah giat oleh Sagam di pagi hari sekali Sagam sudah berpakaian sekolah, sedangkan dia baru saja bangun tidur.
"Pergi sekolah sepagi ini, emang gerbangnya sudah di buka?" Tanya Ina tapi hanya balasan anggukan kecil setelah itu pergi dari rumahnya.
"Kalo mau makan beli aja di luar, saya malas masak," ucap Ina dengan raut wajah yang datar, wajahnya itu menunjukan seolah dia sedang bicara dengan orang asing.
Sagam tidak menggubris ucapan Ina, dia langsung saja nyelonong keluar dari rumahnya dan pergi ke sekolah menggunakan motor kesayangannya itu. Sagam mengendarai motor dengan kecepatan pelan sekali, sesekali dia melirik ke kanan dan ke kiri untuk mencari makanan yang dia inginkan, semuanya nampak sama saja tidak ada yang membuat dirinya berselera untuk makan.
Hingga Sagam sampai di sekolahnya Sagam tidak langsung ke kelas melainkan ke kantin, dia melihat semua dagangan yang berjejer di kantin dari mulai cimol hingga bakso semuanya ada di sana. Sagam berjalan mendekat ke sebelah barat dia melihat semua menu makanan yang ada di warung satu tidak ada yang dia sukai, ke dua, ke tiga, dan warung ke empat Sagam berhenti berjalan dia menatap menu makanan di sana masih tidak ada yang Sagam sukai, di warung ke lima Sagam menemukan makanan yang dia inginkan.
"Eh na Sagan tumben banget datang sepagi ini?" Sapa menjaga Kangin lima, sepetinya beliau mengira jika itu Sagan tapi nyatanya bukan dia adalah Sagam.
"Mau pesan seperti biasa? Biar saya siap---" ucapan orang itu pun terhenti ketika orang yang ada di depannya itu menggelengkan kepalanya.
"Terus nak Sagan mau pesan apa?" Ucap ibu kantin.
"Teman-teman kamu belum ke sini?" Tanyanya lagi karena dia begitu aneh dengan salah satu murid di sekolah ini.
"Duh jangan-jangan ini hantu sekolah lagi, dari tadi di tanya gak nyaut."
"Kalo nak Sagan mau pesan makanan bilang aja sama saya, kalo belum bisa duduk dulu sambil memikirkan makanan apa yang mau nak Sagan pesan."
Baru saja Sagan membayangkan anakan makan enak, tapi ibu kantinnya itu bawel dan mengira jika dia itu Sagan padahal dia itu Sagam. Karena kesal Sagam pun pergi lagi dia mencari makanan yang dia inginkan tapi sepertinya tidak ada yang membuat Sagam berselera.
Hingga di warung terakhir, sagam melihat menu makanan di sana, tepat sekali inilah yang Sagam inginkan dari tadi, ah rasanya kesal sekali kenapa tidak dari awal saja Sagam langsung melihat ini dari pada harus berkeliling dulu mencari makanan yang dia inginkan.
"Kamu mau pesan apa? Dari tadi saya perhatiin kamu hanya berkeliling saja?" Ucap ibu kantin itu dengan senyuman lembut dan manis.
"Nak? Coba kamu bilang sama ibu siapa tau di kantin ibu ada makanan yang kamu inginkan?" Ucap ibu kantin itu berusaha sabar dengan ulah Sagam.
"Kalo nak Sagam gak mau bicara tulis saja di sini ya nanti ibu bikin dan anterin makanan kamu."
"Maaf ya soalnya ibu tidak mengerti apa yang nak Sagam inginkan, kan biasanya nak Sagam selalu sama Sidik dan Ozie," ucap ibu kantin itu setelah menyerahkan kertas dan bolpoin.
Sagam dengan senang hati menuliskan makana yang dia inginkan di kertas setelah itu memberikan kertas pesanan bersama uang berwarna merah itu kepada ibu Kantin.
"Ibu bikinin dulu ya, kamu mau duduk di mana?" Tanya ibu kantin itu, tapi rasanya beliau salah karena bertanya kepada Sagam, mau sampai mulutnya berbusa pun Sagam tidak akan pernah bicara.
Sagam tidak menjawab dia malah duduk di meja depan kantin itu, ya Sagam sepertinya sengaja duduk di sana karena takut jika ibu kantin baik hati itu mencari Sagam.
Tak berselang lama akhirnya makanan yang dia pesan sudah datang. Sagam melahap semua makanan miliknya hingga tandas. Area sekolah pun sudah mulai ramai dengan murid yang lainnya. tidak sedikit dari murid di sekolah ini yang mengganggu Sagam yang tengah sarapan itu, entah yang menyapa hingga mengejek Sagam karena tidak ada Sidik dan Ozie, tapi Sagam tidak peduli dia mengabaikan mereka semua.
Sagam bangkit dari duduknya, baru saja dua langkah pergi dari meja tiba-tiba ibu kantin tadi memanggilnya lagi.
"Ini kembaliannya," ibu kantin itu menyodorkan uang kembalian, tapi Sagam hanya melihatnya saja tanpa ada niatan untuk mengambilnya.
"Ini ambil kembaliannya," ibu kantin tersebut menarik tangan Sagam dan memberikan paksa uang kembalian. Tapi Sagam malah kembali memberikan uang tersebut kepada ibu kantin, dan pergi begitu saja.
"SAGAM!"
"Abis dari mana Lo?"
"Kantin?" Tanyanya lagi.
"Kelas yok si sidik udah nungguin di kelas," Ozie berjalan di samping Sagam.
"Sagam ada job nih," ucap Shaka degan antusias memperlihatkan layar hpnya kepada Sagam.
"Dimana?" Tanya Ozie.
"Katanya entar dia kabarin lagi, entar malem siap-siap ya Gam."
"Jam berapa anjir?" Ozie menoyor kepala Shaka.
"Jam sebelasan ah elah maen kekerasan Mulu Lo," Ucap Shaka kesal.
"Ya Lo kalo ngasih tau jangan setengah-setengah."
"Ya biarin Napa sih, lagian yang mau main si Sagam dan gue juga yang dapet informasi nya Napa Lo yang repot."
"Ya karena gue temen kalian, gue wajib tau."
"Sejak kapan Lo jadi temen gue?bukannya selama ini Lo jadi babu gue sama si Sagam ya?" Dengan entengnya Shaka mengejak Ozie seperti itu.
"Anjing Lo Zie!"
"Gue manusia babi."
"Gue juga manusia goblok!"
"Gam gam gam liat noh kelakuan babu Lo, nantangin gelud Mulu," ih cap Ozie berlindung di punggung Sagam, Ozie berharap sekali Sagam membela dirinya tapi ternyata dugaannya salah, Sagam malah duduk di bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN