Satu Minggu setelah kejadian di mana rumah Baim di teror dan Sagam yang keracunan, kini mereka masih di landa gelisah karena hampir setiap hari mereka mendapatkan teror yang hampir serupa. Bahkan Baim selalu memperingatkan kepada Ina dan Sagan ketika di luar harus selalu waspada dan jangan pernah pergi sendirian bagaimanapun caranya.Seperti sekarang, Baim, Ina dan Sagan kini tengah berbelanja untuk kebutuhan mereka seperti pakaian dan yang lainnya juga. Mereka begitu bahagia seolah tidak sedang terjadi apa pun, tertawa ketika melihat hal lucu, Sagan yang dari tadi terus melontarkan kata-kata lucu yang menggelitik perut ke dua orang tuanya, orang-orang yang melihat mereka seketika merasa iri karena tidak seberuntung keluarga mereka. Setelah selesai berbelanja mereka bertiga langsung pulang ke rumah.
"Kamu mau makan apa?" Tanya Ina kepada Sagan.
"Apa aja deh mah," ucap Sagan.
Ina mengangguk dan beranjak ke dapur untuk memasak makan siang keluarga kecilnya.
"Ngapain kamu di sini?!" Ucap Ina.
Orang yang dari tadi duduk dan menundukan kepalanya seketika melihat ke arah sumber suara, dan tanpa mengucapkan apapun dia langsung pergi begitu saja.
"Dasar tidak sopan!" Dumel Ina kesal.
Ina mengeluarkan beberapa bahan masakan yang telah dia beli tadi untuk di olah menjadi makanan. Dengan lihainya Ina mencuci dan memotong semua sayuran yang akan dia masak. Tidak ada kata lelah untuk Ina demi keluarganya, ya demi keluarganya yaitu Baim dan Sagan tidak dengan Sagam yang notabenenya adalah anak kandungnya juga dan kembaran Sagan.
Karena merasa ada yang kurang Ina berjalan ke arah kulkas yang lumayan besar itu, tapi ketika pintu kulkas itu di buka tercium bau busuk yang sangat menyengat dan membuat Ina ingin muntah.
"MAS!" Ina menutup hidungnya.
"Ada apa?"
"Liat!"
Dan bomm, isi kulkas mereka kosong dan terlihat hati hewan yang busuk tergeletak di berbagai sudut kulkas itu, sepertinya ada orang yang sengaja melakukan ini semua.
"Sebenarnya ada apa ini? Kenapa kita selalu mendapatkan teror seperti ini!" Baim terlihat sangat marah sekali.
"Aku juga gak tau mas, apa jangan-jangan kamu punya masalah sama rekan bisnis kamu mas?"
"Jaga bicara kamu ya! Aku tidak punya masalah apapun dengan rekan bisnis ku!"
"Atau jangan-jangan juga ini semua ulah selingkuhan kamu?!" Baim menunjuk Ina yang terlihat syok dengan ucapannya.
"Ngomong apa kamu mas! Aku tidak pernah selingkuh!" Elak Ina mencoba untuk membela dirinya sendiri.
"Alah aku tidak percaya dengan omongan kamu! Beberapa hari ini sikap kamu itu berbeda Ina! Kamu tidak mau mengobrol dengan ku lagi, dan kemarin-kemarin juga kamu suka ngilang gitu aja, pas aku tanya kamu malah ngelak dengan alasan cape!"
"Mas-!"
"Apa mau ngomong apa lagi kamu hah?! Jangan anggap aku ini bodoh ya!" Baim menyela ucapan Ina karena dia kesal dengan istrinya yang mulai berubah.
"Mas! Asal kamu tau ya! Waktu itu aku pergi dari rumah itu karena kamu! Kamu yang udah siksa dia sampe sekarat! Dan kamu juga paksa dia buat minum sabun mandi kan? Aku cuma mencoba buat tanggung jawab atas apa yang sudah kamu perbuat! Aku tidak mau kamu masuk penjara dan kamu memiliki julukan pembunuh di mata orang-orang! Dan sekarang kamu malah memfitnah aku selingkuh?! Di mana otak kamu mas?!" Ina meneteskan air matanya sangking tidak tahan dengan rasa sakit hati ketika suaminya sendiri menuduh Ina yang tidak pernah Ina lakukan sama sekali. Selama ini Ina sudah berusaha bertahan dengan suaminya karena dia sayang dengan Baim, Ina sudah berusaha buat jadi ibu terbaik untuk anaknya. Berusaha menjaga dan merawat tubuhnya sendiri agar Baim tidak malu mempunyai istri seperti Ina.
Ketika Baim sakit Ina lah yang mengurus Baim hingga sembuh, mempersiapkan keperluan Baim ketika akan berangkat kerja, menyiapkan makanan yang enak-enak dan menu yang berbeda-beda supaya suaminya tidak bosan. Begitupun juga Sagan ketika sakit pun Ina selalu ada di sisi Sagan tapi ketika dirinya sakit Baim dan Sagan hanya mengantarkannya ke dokter dan sudah mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
"Seharusnya kamu sadar mas! Gak seharusnya kamu Langsung menuduh ku dengan hal yang gak aku lakuin!"
"Aku tau kamu ingin dia mati kan? Sama aku juga ingin dia mati! Sakit hatiku terlalu dalam untuk bisa memaafkannya, sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkannya! Anak cuma memiliki satu anak yaitu Sagan, dia anak ku satu-satunya tidak ada yang lain!"
"Maka dari itu, ayo bunuh dia perlahan jangan sampe tangan kita ternodai," lanjut Ina dengan suara yang menelan dan bahkan mungkin hanya Baim sendiri yang mendengar ucapannya.
Baim yang tidak menyangka istrinya berucap seperti itu pun menarik tangan sang istri dan mendekapnya dengan erat, mengelus rambut sang istri pelan.
"Maaf aku sudah marah kepada mu," ucap Baim.
"Minimal kalo mau romantis romantisan matiin dulu kompornya kenapa si," ucap Sagan sembari mematikan kompor yang sudah mengeluarkan asap banyak.
"Astaga maaf Mama lupa sayang," Ina dan Baim ikut panik melihat dapurnya yang kacau.
"Ya sudah kamu jangan masak aja, kita makan di luar yuk," Baim merangkul ke dua orang tersayangnya.
"Tapi gak papa mas?" Tanya Ina.
"Iya gak papa lah, udah yuk kita cari restoran yang enak," Ucap Baim.
Mereka bertiga kembali berjalan ke luar rumah tanpa memperdulikan satu orang lagi yang sendiri tadi diam di dalam toilet dapur. Dia kecewa dengan apa yang sudah dia dengar, mungkin jika di tanya penyesalan terbesar yang pernah di lakuin maka jawabannya Sagan menyesal karena sudah kembali lagi ke keluarganya.
Sepertinya memang Sagam lebih baik tidak pernah kembali lagi ke keluarganya atau tidak Sagam itu tidak bisa mendengar sama sekali dari pada mendengar omongan orang tuanya sendiri yang tega akan membunuh Sagam.
Dari dulu Sagam rela bertaruh nyawa hanya untuk bertahan hidup supaya dia bisa kembali lagi ke keluarganya karena dia pikir ke dua orang tuanya khawatir kepada Sagam, tapi ternyata setelah Sagam berhasil melewati maut dan kembali mereka malah justru menjauhinya, tidak menganggapnya ada, dan malah ingin membunuhnya.
Mungkin ini adalah pilihan yang salah tapi terlintas di alam otak Sagam jika dia ingin kembali ke mereka supaya mereka membunuh Sagam dan keluarganya senang karena mereka telah menjadi keluarga Cemara yang sesungguhnya.
____________________________________
Asli aku minta maaf banget baru up sekarang yaaaaa...
Biar kalian gak terlalu kecewa aku double part sekarang ya selamat membaca semoga kalian suka sama ceritanya jangan lupa VOTE DAN KOMEN yang banyak plisss heheheh...
Byby semapai ketemu di part selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN