Jam ke tiga pembelajaran di kelas Sagam sudah di mulai tapi anak-anak kelas mereka belum juga ada yang duduk di bangkunya."Gam anjir lah sehari gak ada Lo, badan gue kerasa remuk tau di jadiin babu sama manusia Dajjal di sebelah lo!" Ucap Shaka.
"Babu apaan babi, gue cuma nyuruh Lo buat ambilin pensil gue yang jatuh,"
"Tapi Lo malah sengaja mukul punggung gue ya, sakit anjir! Gak mikir Lo!" Ucap Shaka sinis.
"Alah cowok bukan sih Lo! Gitu aja lebay!"
"Gak usah banyak bacot Lo, kalo berani lawan gue sini!" Shaka melipat ke dua baju lengan seragamnya.
"Emang gue takut, alah sama manusia kaya Lo mah sekali sentil juga gepeng," ucap Ozie.
"Anjing banget Lo!" Ucap Shaka.
"Dah lah sebagai tanda maaf dari Lo, Lo traktir gue bakso lima porsi."
"Tu perut terbuat dari apa sih? Karet?"
"Oh gue tau pasti dari coran ya, kan bapak Lo kuli bangunan," ucap lanjut Ozie meledek ayah Shaka.
"Gue tampol juga tuh mulut Lo, bapak gue arsitek bangsat! Rumah Lo juga yang bikinin bapak gue!"
Sangking asiknya bercanda, mereka semua bahkan tidak menyadari jika ada seseorang di belakang mereka yang salah satunya sudah memegang balok kayu yang dia bawa entah dari mana.
"Sini Lo anjing!"
Bughhh
Brakk
Semua murid di kelas seketika berteriak dan diam di tempat.
Ozie dan Shaka saling memandang satu sama lain, mereka menatap tubuh Sagam yang sudah tak berdaya di atas meja. Otak mereka yang hanya setengah terus mencoba mencerna apa yang terjadi. Hingga Ozie melihat ke samping, ternyata itu adalah Sagan yang tertawa dengan teman-teman.
Brukk
Ozie memukul keras wajah Sagan, tapi sepertinya anak itu tidak merasakannya, dia malah tersenyum sinis seolah meledek pukulan keras dari Ozie.
Tangan Ozie sudah melayang dan siap memukul wajah Sagan kembali, tapi di tahan oleh Sidik.
"Zie, sekali lagi Lo pukul dia, nyawa teman Lo melayang," ucap Shaka. Dia sudah menggendong tubuh Sagam di punggungnya.
Terpaksa, Ozie menahan amarahnya, untunglah Shaka mengingatkan Ozie.
Sebelum melangkah pergi menyusul Shaka yang membawa Sagam dia mengambil satu botol minuman milik teman sekelasnya, dan tanpa berpikir panjang, Ozie langsung menumpahkannya ke wajah Roby.
Byurr
"Bisa gak sih Lo jangan siksa kembaran Lo terus hah?!," ucap Shaka sinis.
"Gak bisa."
"Anak setan Lo anjing!"
"Anjing baju gue basah," ucap Roby.
__________Shaka dan Ozie, mereka berlari ke arah parkiran. Mereka harus segera membawa Sagam ke rumah sakit karena pintu UKS masih di kunci, dan kata guru lain kunci UKS nya di bawa oleh guru yang piket. Dari pada mereka harus menunggu mencari di mana guru piket itu lebih baik Ozie dan Shaka membawa Sagam ke rumah sakit.
"Ka tisu," Ozie merentangkan tangannya.
"Kok bisa mimisan sih?!" Shaka melihat Ozie di belakang tengah membersihkan bawah hidung Sagam.
Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan mereka. Shaka dan Ozie kini duduk di ruang tunggu dengan perasaan khawatir.
"Zie tenang, Sagam pasti baik-baik aja," shaka menepuk pelan pundak Ozie mencoba untuk menenangkan nya.
"Gue gak bisa tenang Ka,"
"Gue masih Gedeg sama tuh anak setan, gue gak terima tiba-tiba si Sagam di pukul pake balok kayu sampai kaya gini," lanjut Ozie.
"Sama zie, gue juga gak terima si Sagam di gituin sama dia, tapi Lo masih inget kan?" Ucap Shaka, dan di angguki oleh Ozie.
"Kalo Lo masih inget, Lo harus bisa nahan emosi Lo, inget tugas kita cuma ngebantu, selebihnya Sagam yang atur."
"Lo bener Ka, tapi kayaknya kita harus cari cara lain lagi biar dia tunduk sama kita, terutama Sagam, gue gak tega liat dia menderita terus, dia juga manusia dia juga punya hak atas kebahagiaanya sendiri." Ucap Ozie.
"Gimana caranya?"
"Kita culik dia, terus kita siksa, seperti dia menyiksa Sagam."
"Orang tua mereka lebih berkuasa Zie."
"Tapi gak ada cara lain lagi Ka, gue kasian sama si Sagam gue gak mau dia terus terusan kaya gini."
"Lo udah pikirin ke depannya bakalan kaya gimana hah? Kalo Lo culik dia, orang tua dia pasti laporin kita ke polisi, mikir dong zie, Lo juga harus mikirin Sagam kalo kita culik kembarannya pasti Sagam marah sama kita, benci sama kita, Lo mau di benci terus di jauhin sama si Sagam hah?!" Ucap Shaka dengan nada kesal.
"Terus kita bakal gimana lagi?"
"Kita tanyain sama si Sagam kalo dia udah bener-bener pulih."
"Ga---"
"Pikirin dulu kesehatannya," Sahaka memutarkan bola matanya.
"Dah lah Lo tungguin sampe tuh dokter keluar, gue mau urusin dulu administrasinya sama laporan dulu," ucap Ozie.
Shaka tersenyum tipis melihat tingkah laku Ozie si pemarah, tapi untunglah Ozie tidak keras kepala juga, hanya sedikit di nasehati pasti Ozie luluh dan tidak melakukan hal aneh-aneh.
Tapi jangan salah, Ozie memang pemarah dan tidak keras kepala, tapi lihat lah temannya yang bernama Sagam, dia memang penyabar, baik, dan juga ramah tapi sayang sekali Sagam itu keras kepala sekali, susah di bilangin. Kalo dia bilang mereka berdua sudah tidak bisa menganggu gugat lagi keputusannya sudah benar-benar bulat.
Tak lama setelah Ozie pergi, dokter yang menangani Sagam sudah keluar bersama satu suster di belakangnya.
"Gimana dok?"
"Alhamdulillah teman kamu baik-baik saja, tapi sepertinya teman kamu perlu diopname satu hari supaya kondisinya jauh lebih baik."
"Baik dok terimakasih," ucap Shaka.
"Kalo gitu saya permisi dulu."
Shaka masuk ke dalam ruang rawat Sagam, di dalam Shaka melihat Sagam yang masih memejamkan matanya, mungkin Sagam belum sadar.
"Ka."
"Gimana?"
"Pindahin aja gue udah urus semuanya," ucap Ozie, dan tak lama kemudian ada beberapa perawat yang masuk ke dalam.
"Bentar," Ozie menahan perawat itu sebentar, dan dia menutup seluruh tubuh Sagam menggunakan selimut yang Sagam gunakan.
"Yok."
____________________________________
Di malam akhir tahun ini aku gak bisa ngapa-ngapain lagi selam UP cerita ini, semoga kalian suka sama ceritanya dan g lupa sama alurnya sangking lamanya aku g up ya hehehe
Makasih sama kalian yg udah nungguin cerita ini okey
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN