"Zie bangun, sekolah!" Di pagi hari Shaka sudah frustasi denhan Ozie yang sudah untuk di bangunkan, dan Sagam yang keras kepala dia terus ngotot ingin mandi dan sekolah, padahal lukanya jangan dulu terkena air tapi anak itu malah menendang tulang keringnya sehingga Shaka tidak bisa menahannya lagi."Ozie kalo Lo gak bangun sekarang, gue pukul Lo! Satu..... Dua....."
"Iya bawel, orang masih ngantuk juga!" Berhasil Shaka berhasil membuat Ozie terbangun ah ralat bukan terbangun tapi hanya duduk saja karena matanya yang masih tertutup.
"Tunggu dulu di kamar mandi masih ada si Sagam."
"Kalo gitu kenapa Lo bangunin gue anjir! Bangke Lo!" Ozie berbaring kembali di atas kasur tapi Shaka berhasil menariknya kembali hingga dia duduk.
"Tuh si Sagam udah, cepet sana!" Shaka mendorong tubuh Ozie masuk ke dalam kamar mandi.
"Lo juga sini gue ganti perbannya."
Shaka benar-benar sudah seperti ayah dua anak yang lagi aktif-aktif nya, yang satu keras kepala yang satu sangat bandel sekali, untunglah Shaka tidak memiliki riwayat darah tinggi ataupun jantung, jika itu terjadi Shaka sudah tidak tau dia bisa bertahan dengan mereka atau tidak.
"Sakit gak?" Tanya Shaka.
"Assalamualaikum bujang bujang lapuk ku."
"Astaghfirullah kak ko bisa masuk?" Shaka melonjak kaget kedatangan tamu yang sudah lama tidak bertemu. Dia seorang perempuan yang baik hati dan juga cantik dengan rambut yang selalu terurai.
"Pintunya di bukain sama bibi, terus di suruh masuk ke sini."
"Sagam sakit kan?" Tanyanya sembari menarik tangan Sagam yang luka, meniup luka Sagam supaya tidak terasa perih saat di obati.
"Maaf ya."
_____________"Aakkhh anjing lah kemana sih tuh manusia, udah beberapa hari ini dia gak masuk!"
"Sabar Gan, Lo jangan emosi kaya gini, kan Lo bisa bully anak lain, kenapa harus dia terus?" Ucap Oka.
Sudah beberapa hari ini Sagam tidak masuk sekolah, membuat Sagan sangat uring-uringan sekali, bukan karena Khawatir tapi karena dia jadi tidak bisa membuat masalah kepada Sagam. Sagan itu terlalu pengecut karena hanya berani kepada Sagam tidak kepada murid yang lain.
"Lo gak ngerti apapun, jadi Lo diem goblok!" Sanggah Sagan, sepertinya dia tidak mau menerima ucapan Oka barusan.
"Udah! Gak usah pake acara berantem segala," Roma mencoba untuk memenangkan mereka berdua supaya tidak terjadi perkelahian di antara mereka.
"Gan mending Lo pulang aja, orang tua Lo dari tadi udah telpon ke hp kita."
"Gue gak mau pulang sebelum ketemu sama dia!" Kekeh Sagan.
"Terserah Lo, tapi kita gak ikutan kalo Lo dimarahin."
Dengan kesal dan perasaan yang sangat dongkal Sagan pergi dari hadapan ke dua temannya itu, dia mengendarai motornya dengan kecepatan penuh menyalip semua kendaraan yang melaju di jalan, telinganya seolah tuli dengan suara sorakan dan klakson mobil dan motor.
Hingga tak lama kemudian Sagan sudah sampai di rumahnya, yang nampak sangat sepi itu.
"Astaga Sagan kamu baru pulang? Mamah udah telpon dari tadi kamu gak ang---"
"NGAPAIN SIH MAMAH TELPON AKU TERUS HAH?! AKU ITU LAGI MAIN, TAPI MAMAH TERUS TELPON AKU!"
"Sagan mamah khawatir sama kamu, kamu baru aja sembuh--"
"AKU UDAH BESAR MAH! AKU BISA JAGA DIRI AKU SENDIRI, AKU TAU TENTANG KONDISI AKU JADI MAMAH GAK USAH PROTEKTIF KAYA GINI! AKU TUH MALU SAMA TEMEN-TEMEN AKU! KALO MEREKA BILANG AKU ANAK MANJA GIMANA HAH?! MAU DI TARUH DI MANA MUKA AKU MAH?!"
"Astaga Sagan kamu kenapa sih? Mamah cuma khawatir sama kamu, kenapa kamu malah berlebihan kaya gini?! Biasanya juga kamu gak gini loh?!" Ina memegang pundak Sagan mencoba untuk menenangkan Sagan, Ina berfikir mungkin Sagan sedang kelelahan makannya emosinya membeludak seperti ini, dan biasanya Ina cukup sedikit merayu Sagan supaya dia tersenyum kembali dan melupakan semua masalahnya.
"IYA AKU DULU EMANG GAK KAYA GINI! AKU KAYA GINI KARENA AKU CAPEK MAH AKU MALU SAMA TEMEN-TEMEN AKU PUNYA KEMBARAN CACAT KAYA DIA!! AKU MALU SAMA MEREKA MAH! MANAH JUGA SEBAGAI IBU GAK BISA BERBUAT APA-APA BUAT AKU! PAPAH JUGA SAMA, APA KALIAN EMANG SENENG LIAT AKU MERASA MALU DI HADAPAN TEMEN AKU!! KALIAN UDAH GAK SAYANG SAMA AKU! KALIAN UDAH BERUBAH!!"
"COBA AJA KALO WAKTU ITU KALIAN GAK MENEBUS ANAK ITU DARI PARA PENCULIK MUNGKIN KELUARGA KITA UDAH BAHAGIA MAH! AKU JUGA GAK BAKALAN MALU PUNYA SAUDARA KAYA DIA!"
"SAGAN CUKUP!! Mamah tau kamu benci sama dia karena cacat, apalagi mamah Sagan, mamah sangat benci dan menyesal karena dia terlahir dari rahim mamah! Seharusnya kamu mengerti dong Sagan mamah juga malu sama tetangga karena dia! Tapi mamah gak bisa apa-apa lagi mau sekuat apapun mamah bilang kalo dia bukan anak mamah pun percuma Sagan karena wajah kalian tuh sama persis," entah secara sadar atau tidak mulut Ina mengatakan itu semua kepada anaknya sendiri, meluapkan semua unek-unek yang terus terpendam dari dulu Ina simpan.
Sagan tidak kaget dengan ucapan Ina karena ini lah yang dia inginkan, membunuh saudaranya sendiri demi menjadi seorang Raja yang abadi. Sagan tidak mau kasih sayang ke dua orang tuanya yang melimpah itu terbagi dengan saudara kembar nya sendiri, dan bagaimanapun caranya Sagan akan mempertahankan mereka hingga akhir hayat nanti.
"Ya udah aku mau operasi plastik aja biar muka aku gak mirip sama dia!" Ucap Sagan mencetuskan apa yang terlintas di otaknya.
"Gak, mamah gak ijinin," tentu saja Ina menolak keinginan Sagan barusan, bagaimana bisa dia membiarkan anaknya sendiri merubah wajahnya hanya karena mirip dengan orang yang dia benci. Terlalu mustahil bagi Ina dan keluarga untuk mewujudkan.
"Ya udah berarti dia yang harus operasi plastik biar muka dia gak sama kaya aku, kalo perlu bilang sama dokternya supaya operasinya di gagalkan biar mukanya hancur sekalian!" Ucap Sagan.
"Itu bisa di bicarakan boy, sekarang kamu masuk ke kamar ya, tenangkan diri kamu, kalo udah tenang temui papah okey," ucap Baim, dia baru saja pulang dari kantor tapi sudah mendengar perdebatan anak dan istrinya.
"Ada apa lagi?" Baim merangkul Ina dan mendekapnya dengan erat.
"Mas aku harus apa?" Tanya Ina. Sebagai Ibu Ina sangat bingung untuk mengambil keputusan yang besar. Ina dan Baim tidak mempermasalahkan Biaya tapi mereka harus bertindak tegas sebagai orang tua untuk mendidik anaknya.
"Kita bicara nanti setelah Sagan tenang, sekarang kita ke kamar ya, mas capek."
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN