Hari ini Sagam tidak keluar dari kamarnya sama sekali, masalah tubuhnya Sagam sudah merasa lebih baik tapi ini masalah hati dan mentalnya yang mungkin sebentar lagi akan terguncang karena kehadiran kakak dan ayah Baim.Sagam sangat menghindari mereka karena mereka yang sangat jahat kepada Sagam bahkan lebih dari sikap Baim dan Ina.
Tubuh Sagam menegang di tempat ketika mendengar suara mobil yang masuk ke pekarangan rumahnya. Terdengar juga suara berisik mereka yang saling melepas rindu bersama keluarga.
Sagam tidak berani bergerak sedikitpun dari atas kasur ketika mendengar suara-suara mereka memenuhi telinganya. Mati-matian Sagam menahan rasa takutnya sendirian di kamar yang sangat gelap gulita itu, tidak ada yang menemani Sagam di sini dia benar-benar sendirian.
Semakin berisik mereka maka semakin bergetar juga tubuh Sagam, dia kalang kabut ketika mendengar akan ada yang naik ke lantai dua. Dia mendorong nakas samping tempat tidurnya ke depan pintu maksudnya supaya mereka tidak bisa mendobrak pintu kamar Sagam dan mereka tidak bisa masuk ke dalam kamar Sagam. Bukan cuma nakas, Sagam juga berusaha untuk menggeser meja belajarnya namun sialnya suara gelak tawa mereka semakin kencang, dan Sagam segera masuk ke dalam lemari, bersembunyi di sana meskipun enap Sagam kuat, kuat demi ketakutannya.
"Sialan temenin gue main!"
Sagam menutup mulutnya sendiri dengan erat supaya dia tidak mengeluarkan suara biar tidak ketahuan oleh mereka, peluh pun membasahi tubuhnya.
"Buka anjing!!"
Sedangkan di luar Ina menyusul anak dari kakaknya Baim ke lantai dua setelah mendengar keributan. Di sana dia melihat keponakannya itu terus menggedor pintu kamar Sagam yang tertutup Rapat. Ina tidak asing dengan semuanya karena setiap dia mampir ke rumahnya pasti yang dia cari itu Sagam, katanya buat di ajak main tapi mainnya bukan sembarangan main, dia mengajak Sagam main itu ke tempat-tempat yang mengancam nyawa, contohnya bulan kemarin dia kesini sendirian menyeret tubuh Sagam yang sudah tidak sadarkan diri ke kandang anjing liar peliharaan Baim tidak banyak hanya tiga ekor anjing pemangsa daging, untungnya saat itu semua anjing Baim sudah di beri makan sehingga anjing itu tidak menerkam Sagam.
"Tante apa Tante mengeluarkannya?" Tanyanya kepada Ina.
"Tidak Tante melarang dia untuk keluar," ucap Ina.
"Kalo gitu berikan kunci kamarnya aku ingin bermain," ucapnya dengan wajah yang memohon.
"Tante cepat atau aku panggil Ayah!"
Dengan ragu Ina memberikan kunci kamar Sagam kepadanya. Ina tidak tau jika di dalam lemari Sagam terus bergetar ketakutan dia berdoa supaya Ina tidak memberikan kunci kamarnya.
Di tengah ketakutannya Sagam merasakan dadanya bergetar, tenggorokannya panas seperti akan ada sesuatu yang akan keluar, dan ternyata benar Sagam kembali muntah mengotori semua baju miliknya yang tergantung rapih. Jujur Sagam tidak tau apa yang terjadi kepadanya tapi Sagam merasakan hal yang sama beberapa hari ini secara berturut-turut, setelah dadanya bergetar Sagam akan muntah darah, padahal Sagam tidak merasakan sakit apapun.
"Halo anjing manis, di mana? Liat tuan mu datang," ucapnya, dia berhasil masuk setelah mendobrak pintu.
Ina dari belakang merasa aneh sekali, kenapa Sagam menghadang pintu kamarnya menggunakan nakas? Apa dia takut keponakannya itu menemukan Sagam. Ina ikut masuk ke dalam dia menatap sekeliling kamar itu masih gelap gulita hanya sebagian lantai yang tersinari lampu dari luar yang Ina lihat selebihnya Ina tidak melihat apapun lagi.
"Ketemu."
Lamunan Ina buyar ketika keponakannya itu seperti membuka lemari. Dan setelah mendekat ternyata benar dia membuka lemari yang di dalamnya ada Sagam yang bergetar ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN