"Ah gara-gara si Jema nangis nih, gue jadi di suruh beli makanan kan, mana kantin rumah sakit penuh, ini juga langit ngapa mendung coba, gak bersahabat banget," gerutu seorang pemuda yang berjalan santai, padahal di dalam hatinya tidak santai dia kesal kepada adik bungsunya yang masih kecil itu terus menangis, gak di rumah Jema terus saja menangis padahal dia sudah membawa Jema kepada ibunya tapi dia masih saja menangis."Gue mau ke Alf*mart di ujung Sono noh, awas aja kalo turun hujan," ucap Agisna.
"Si Ozie udah sadar tapi tuh anak satu masih aja molor, bikin orang khawatir aja, udah tau di keroyok masih aja di hadepin menimal panggil gue kek sebagai abangnya, gak di hargai banget gue sebagai anak tertua di keluarga. Minimal juga nih ya dia itu telfon polisi kek biar setidaknya luka mereka gak parah-parah banget."
"Oh iya si Sagam juga kemana dah tuh anak nambah beban hidup gue dah, udah capek juga ngurusin hidup sendiri sekarang tuh anak hilang entah kemana udah kaya Kunti bogel."
Agisna dia cowok, tapi mulutnya itu melebihi kaum hawa, badannya aja yang tegap, kekar, jago bela diri, tapi sayang semuanya tertutupi oleh mulutnya yang kadang melebihi Tika selaku ibu kandungnya.
"Nah kan gue bilang juga apa! Sialan emang!" Agisna merasakan air yang menetes dari langit yang semakin lama air tetesan itu semakin banyak bahkan bisa membasahi bumi.
"Sial banget gue hari ini, udah mah gak bawa motor gara-gara bawa Kunti bogel si Jema, di suruh beli makanan lah buat si kunti bogel, sekarang gara-gara si kunti bogel lagi gue kehujanan, apes banget gue hari ini!" Ucap Agisna, dia meneduh di salah satu ruko yang tutup, bajunya sedikit basah karena terkena air hujan tadi tapi itu tidak masalah Agisna itu cowok, dan cowok gak takut basah.
Tidak ada siapapun di sini selain Agisna seorang, bahkan orang yang lewat pun sangat jarang bisa di bilang dengan hitungan jari, entah itu karena mereka terjebak hujan atau memang daerah ini sangat jarang di lewati manusia.
"Bungang bengong kaya bebek lahiran gue, tapi kalo pegang hp entar gue di sambar petir terus koit di tempat gue, ah gak bener ini mah."
"Mana suasananya sepi banget lagi anjir, bikin bulu kuduk gue berdiri, serem banget nih tempat," Agisna melihat ke kiri dan ke kanan dia berharap ada seseorang yang ikut berteduh juga di sini supaya Agisna bisa mengobrol setidaknya dengan orang itu.
Ctrak
Ctrak
CtrakAgisna semakin di buat merinding ketika mendengar suara orang berlari dari lorong gelap di sebelah ruko yang ia tempati untuk berteduh sekarang, jangan sampai dia bertemu dengan hantu ya meskipun masih bisa di bilang sore tapi bagaimana jika itu terjadi.
Ctrak
Ctrak
Ctrak
Ctrak"Anjing gue harus ngapain sekarang, hantu kalo di pukul tembus gak ya?" Agisna melihat tangannya sendiri yang mengepal, tapi jujur Agisna sangat takut sekali.
"Bismillah aja deh, semoga tangan gue bisa mukul tuh hantu," ucap Agisna kepada dirinya sendiri.
Agisna memejamkan matanya dengan erat, matanya terpejam dan tangannya yang sudah mengepal, dia sudah siap jika hantu itu datang menghampirinya dan Agisna siap untuk memukul hantu itu hingga mati untuk yang ke dua kalinya.
"Mana anjir lama banget tuh hantu, awas aja lu ya, lu Dateng gue sleding pala Lo!"
"Nah makin dekat tuh 1..... 2..................3"
Bughhh
"Anjing maaf maaf maaf Mbah maaf saya gak sengaja sumpah saya gak sengaja," Agisna berlutut di tempat sembari tangan yang di angkat di atas kepala.
Karena merasa ada yang aneh, Agisna mencoba untuk membuka matanya, dia sedikit terkejut ketika melihat seorang pemuda yang dia kenali tengah duduk di lantai sembari melihat ke belakang, tapi yang anehnya dia semakin mundur dan mengenai kaki Agisna.
"Lo nga----"
"Eh tungguin gue!" Agisna mengejar orang itu yang tiba-tiba saja lari.
Tin
Tin
TinBruk
"Anjing mati Lo!" Agisna diam di tempat ketika melihat orang tadi terserempet oleh mobil dan terpental ke pinggir jalan.
"Heh Lo kenapa?" Agisna membangunkan pemuda itu namun dia malah memberontak ingin kabur.
"Lo kenapa anjing!? Lo abis dari mana hah?!" Agisna mencengkram pundak pemuda itu dengan erat, tidak peduli jika dia kesakitan.
"Ikut gue kita pulang!" Agisna membawa pemuda itu untuk berdiri, namun dia malah mejatuhkan tubuhnya lagi, secara perlahan dia mundur dengan wajah yang seperti ketakutan, mungkin jika tidak hujan Agisna akan melihat air mata yang keluar dari matanya.
"SAGAM LO KENAPA SIH?! ADA APA?!"
Sagam hanya diam tidak menjawab, setiap tangan Agisna akan menyentuhnya dia tepis secara kasar. Matanya yang terus tertuju pada satu titik membuat Agisna semakin merinding.
"Lo liat apa?!"
Sagam mengangkat tangannya, dia menunjuk ke arah lorong gelap tadi, dan tanpa bicara apapun, Agisna menggendong tubuh Sagam dan berlari sekuat tenaga, melupakan membeli makanan untuk sang adik dia malah kembali ke rumah sakit sembari menggendong Sagam.
"Mas, itu adeknya kenapa?" Tanya salah satu dokter.
"Gak papa dok, emmm boleh pinjam kursi roda nya gak sok?" Tanya Agisna.
"Oh boleh," sang dokter itu mengambil kursi roda kepada Agisna, tapi ketika Agisna akan menurunkan Sagam dia malah semakin mengencangkan pegangannya.
"Turun dulu, pinggang gue sakit," ucap Agisna bohong, ya memang Agisna berbohong mengatakan itu faktanya dari tadi dia berlari itu seperti membawa dirinya sendiri.
"Gam, tenang okey, kita ke ruangan si Shaka, tapi Lo turun dulu," ucap Agisna.
"Sini mas saya ban--aakkkkkk" dokter itu nampak histeris ketika kepalanya di pukul begitu saja oleh Sagam.
"GAM LO APA-APAAN SIH!!" Agisna melepas paksa tangan Sagam yang melingkar di lehernya membuat Sagam terjatuh di lantai.
"BANG!"
"Lo apa-apaan sih bangsat!"
"Tanya sama temen Lo yang gila itu! Lo liat tuh dokter mau nolongin dia tapi dia malah mukul kepalanya!" Agisna menarik tangan Ozie hingga mundur beberapa langkah dari Sagam.
"Kecewa gue sama Lo bang!" Ucap Ozie, dia menghampiri Sagam yang tengah memeluk lututnya sendiri.
"Gam," panggil Ozie beberapa kali nama Sagam dengan lembut, biarkan dulu Sagam mengenali suara Ozie sebelum Ozie memegang Sagam. Mungkin karena ini jalan yang benar untuk menyikapi Sagam yang tengah ketakutan, jika Ozie langsung memegang Sagam yang ada nanti Sagam lah kabur lagi dan pergi entah kemana.
"Dok maaf, boleh gak ruangan ini di kosongkan sebentar saja saya mohon ya," ucap Ozie kepada dokter yang Sagam pukul tadi, untunglah dokter itu mengerti dan tidak banyak bertanya dia langsung menyuruh satpam untuk mengosongkan ruangan ini terlebih dahulu termasuk Agisna yang di suruh untuk pergi.
"Sagam, ini gue Ozie," Ozie belum meyerah juga memanggil Sagam sampai tak lama kemudian Sagam merespon suara Ozie, dia mengangkat kepalanya dan memeluk Ozie dengan erat.
"Tenang okey, gak ada siapapun di sini."
"Hati gue sakit gam kalo sering liat Lo kaya gini, cepet sembuh ya, dan lupakan mereka, mereka cuma halusinasi Lo doang."
"Gam."
"Sagam."
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Fiksi RemajaRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN