23.Mulai membaik

1.3K 92 4
                                    


Malam pun tiba, semua keluarga Ozie dan Shaka sudah ada di rumah sakit karena mendapatkan telpon dari rumah sakit jika mereka masuk rumah sakit secara bersamaan.

Orang tua Ozie dan Shaka bingung siapa yang melakukan ini semua kepada anak-anaknya, siapa dalang dari semuanya. Sagam tidak ada di sana sehingga mereka terpaksa harus menunggu salah satu dari anak mereka sadar untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas.

"Yah cari si Sagam, kita harus cari siapa pelakunya," ucap salah satu wanita yang ternyata itu adalah ibu dari Shaka.

"Yang percuma kita cari si Sagam, dia kan gak bisa bicara, satu satunya cara ya kita tunggu anak kita sadar," ucap sang suami, dia tau jika istrinya sedang panik.

"Tapi aku takut kalo nanti mereka keburu kabur duluan, aku gak ikhlas kalo mereka berhasil kabur setelah melukai anak kita!"

Clekk

"Gimana kondisi Shaka?" Tanya seorang pria yang baru saja datang ke ruangan Shaka sembari menggendong anak kecil yang sepertinya baru berusia dua tahun.

" Udah mulai membaik tapi masih belum sadar, kalo si Ozie gimana lukanya parah juga?"

"Alhamdulillah Ozie udah baikan juga lukanya gak terlalu parah tapi dia belum sadar juga, padahal ibunya udah nangis dari tadi," ucap pria itu.

"Mas kamu tau gak di mana si Sagam?" Tanya ibu Shaka.

"Saya gak tau, cuma mereka berdua yang tau di mana si Sagam sekarang," ucapnya.

Mereka semuanya bingung harus melakukan apa lagi, jika saja Sagam ada di sana mungkin mereka tidak akan kesusahan seperti ini meskipun harus mendesak Sagam supaya menceritakan apa yang sudah terjadi dan siapa pelaku sebenarnya.

"Ya sudah kalo Shaka udah sadar kabari saya, saya mau ke kamar Ozie dulu," ucapnya.

"Kalo si Ozie udah sadar kabari kita juga," ucap Ayah Shaka.

"Pasti."
_________

Tepat setelah ayah Ozie masuk kedalam ruangan, Ozie mulai membuka matanya meskipun kepala dan tubuhnya masih terasa sakit.

"Kamu udah sadar sayang," ibunda Ozie mencium kening Ozie dengan lembut, dia bersyukur sekali akhirnya Ozie bisa sadar kembali, padahal dia takut jika nanti Ozie pergi meninggalkannya sama seperti anak sulungnya dulu ketika pulang sekolah dia ijin untuk tidur sebentar dan meminta supaya nanti pas makan malam di bangunkan tapi ketika ibunda membangunkannya dia tidak bangun-bangun juga, sampai di bawa ke rumah sakit teryata dia sudah tidak ada, awalnya seluruh keluarga tidak percaya dengan kepergiannya karena selama itu dia tidak memiliki riwayat penyakit apapun tapi yang namanya umur semua orang tidak pernah tau kapan dia akan pergi. dia pergi meninggalkan keluarganya di usianya yang baru menginjak lima belas tahun, sakit tentu saja ibu mana yang tidak sakit saat di tinggalkan anaknya secara tiba-tiba.

"Kenapa kamu seperti ini Hem? Siapa yang udah bikin kamu seperti ini? Bilang sama ibu sayang," ucap ibu Ozie dengan mata yang masih menangis.

"Bu, Ozie gak papa, jangan nangis," Ozie mengusap air mata ibunya dengan lembut.

"Jawab pertanyaan ibu kenapa kamu seperti ini? Kamu tau ibu panik pas rumah sakit ngabarin kalo kamu ada di rumah sakit sama Shaka!"

"Maaf Bu, Ozie gak maksud buat bikin ibu sama ayah panik tapi waktu itu Ozie mau ngebantuin Sagam yang di keroyok padahal tangannya lagi cidera---"

"Bu Sagam di mana?" Raut wajah Ozie berubah menjadi panik ketika dia tidak melihat Sagam di dekatnya, pergi kemana dia.

"Kamu kok nanya ibu, pas ibu sama ayah ke sini Sama udah gak ada, kirain kamu tau sagam di mana," ucapnya.

"Sudah kamu jangan memikirkan Sagam dulu, lebih baik kamu istirahat aja biar nanti ayah yang cari Sagam," ucap sang ayah.

"Gak bisa yah, Ozie harus cari Sagam."

"OZIE! dengerin ibu dulu, ibu tau kamu khawatir sama Sagam tapi kamu harus tau kondisi kamu sendiri! Kamu boleh cari Sagam kamu bawa Sagam ke sini tapi nanti setelah kamu pulih okey," wanita yang berstatus sebagai Ibu dari Ozie pun membuat sang anak diam bungkam, sebenarnya dia juga tidak tega melihat Ozie yang seperti ini dia juga sangat khawatir dengan Ozie tapi ini juga demi kebaikan Ozie sendiri tidak mungkin dia membiarkan Ozie pergi padahal dia baru saja sadar.

"Shaka gimana Bu?" Tanya Ozie.

"Shaka masih pingsan, tapi papa ke ruangannya," ucap sang papa.

"Lukanya parah?"

"Lebih parah dari kamu," jawab nya.

"Udah sekarang kamu istirahat dulu ya," ucap ibunya.

"Bu, nanti kalo si Shaka udah sadar bangunin Ozie, Ozie mau liat si Shaka," ucap Ozie.

"Iya nanti ibu bangunkan," jawabnya.
__________

Di tempat lain lebih tepatnya di ruangan Shaka terdengar suara tangis anak kecil yang memenuhi ruangan ini tapi seseorang yang asik berbaring itu masih enggan untuk membuka matanya.

"Diem dulu dong dek, kamu mau apa?" Tanya sang ibu kepada anaknya yang menangis.

"Bang kamu beliin makanan sana, siapa tau dia diem."

"Makanan apa buna?"

"Apa aja deh terserah kamu, cepat bang."

"Sini sama baba."

"Ndandanda.."

"Ba gimana dong, si Abang juga Buna suruh tunggu di rumah malah di bawa ke sini."

"Si Abang mana bisa urusin adeknya Bun."

"Ya udah nih sama baba dulu, Buna urusin si kakak."

Taufik sebagai kepala keluarga pun mengambil alih tubuh anak bungsunya yang tengah menangis, pasalnya dia tidak tega melihat wajah khawatir sang istri melihat Shaka yang masih belum bangun juga dan di tambah anak bungsunya yang rewel.

"Shak bangun dong, jangan bikin Buna khawatir sama kamu," Tika mengelus rambut Surai sang anak.

"Sabar Bund kita berdoa saja supaya Kakak bisa cepat bangun,"

"Oh iya ba, Ozie gimana? Dia udah sadar belum?" Tanya Tika.

"Kata papahnya sih udah bangun, dia juga bilang kalo pas bangun Ozie langsung kekeh mau cari si Sagam."

"Semoga aja tidak terjadi hal buruk sama Sagam ya ba."

"Aminnn."

















____________________________________

Yok berdoa bareng-bareng biar si Sagam gak kenapa-kenapa.

Sehat aman sentosa biar bisa menghibur kalian terus ya

PERTAMA DAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang