Ina mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, kedua tangannya bergetar dan ke dua matanya yang berkaca-kaca. Dia teringat dengan kejadian tadi, di mana Sagam menolongnya dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya, bahkan anak itu tadi sempat pingsan. Tapi mulut Ina berbicara sekejam itu.Seharusnya dia mengucapkan terimakasih karena jika tidak ada Sagam mungkin saat ini Ina sudah tidak ada meninggalkan suami dan anak-anak nya.
Saat Ina berbelok ke arah kanan entah kebetulan atau tidak Ina melihat motor yang sangat dia kenali sekali terparkir di pinggir jalan dan si pengendara yang masih menggunakan helm itu kini tergeletak di bawah motor. Sepertinya itu bukan kecelakaan di lihat dari motornya yang terparkir rapih di pinggir jalan.
"Sa---sagan."
Entah di sadari atau tidak, Ina menyebut nama Sagan kepada Sagam. Lagi dan lagi Ina menghancurkan harapan seorang Sagam kepada sang Ibu.
Dengan tangan yang semakin bergetar, Ina membuka helm yang Sagam gunakan dengan hati-hati, setelah berhasil terbuka barulah ini melihat wajah Sagam yang tengah meringis kesakitan. Ina berfikir jika Sagam terluka parah karena menolongnya, tapi Ina tidak tau di mana letak sakitnya karena tubuh Sagam tidak ada luka.
"Hey kamu kenapa?!" Ina menepuk pelan pipi Sagam, namun Sagam tidak merespon ucapan Ina.
"Mana yang sakit? Kita ke rumah sakit ya?" Ina mencoba membangunkan Sagam namun Sagam menolak dengan cara menepis tangan Ina yang hendak membantunya untuk berdiri.
"Kamu kenapa sih?! Saya sudah mau bertanggungjawab tapi kenapa kamu seperti ini hah?!"
"Seharusnya kamu bersyukur karena saya menemukan kamu di sini!"
"Bukannya berterimakasih kamu malah seperti ini! Tidak pernah menghargai orang lain! Dasar biadab!"
"Seharusnya tadi kamu tidak usah menolong saya, biarkan saya mati! Dari pada harus mempunyai anak cacat seperti kamu!!" Ucap Ina dengan lantang. Bahkan Ina tidak memperdulikan ada orang lain selain mereka. Malu tentu saja Sagam malu di marahi, di teriaki dan di caci habis-habisan di hadapan semua orang.
"Benar kata suami saya, kamu itu anak yang tidak tau terimakasih yang hanya memperdulikan diri sendiri dan tidak memikirkan orang lain! Dasar sialan!"
"Ibu, ibu tidak boleh sepeti itu, dia anak ibu loh! Kenapa ibu berbicara seperti itu?!" Ujar warga yang tidak sengaja mendengar ucapan Ina kepada Sagam.
"Anda tidak tau apa-apa lebih baik anda diam!" Ucap Ina.
"Bu, apakah ibu sadar dengan apa yang ibu ucapkan barusan?! Seorang anak itu anugrah yang Tuhan titipkan kepada kita bagaimana pun juga kita harus merawatnya. Kalo ibu tidak mau merawatnya berikan kepada saya! Biar saya yang merawat anak ibu!"
"Apa maksud kamu hah?!" Ina memegang pundak wanita yang kini tengah berbicara dengannya.
"Saya tidak bermaksud apa-apa, tapi saya tersinggung dengan ucapan ibu kepada anak ibu, coba ibu pikirkan nanti jika ibu sudah tua ibu mau di rawat sama siapa jika bukan sama anak-anak ibu, apakah ibu mau nanti ketika ibu sudah tua ibu hidup sendiri? Apakah ibu mau jika nanti ibu di hukum oleh tuhan karena sudah menelantarkan dan menghina anak sendiri?"
"Setidaknya ibu sadar jika yang melahirkan dia di dunia ini itu ibu dan suami ibu, semuanya itu karena perbuatan kalian, jika kalian belum siap untuk mempunyai anak lebih baik kalian jangan menikah di usia muda dari pada anak yang menjadi korbannya!"
Ina seketika terdiam, dia melepaskan tangannya di pundak ibu-ibu tadi, dan kini melirik Sagam yang masih meringis kesakitan.
"Ibu tunggu di sini dulu, saya mau panggil bapak-bapak buat bantu dia," ucap ibu itu.
Dan tak lama kemudian segerombolan warga datang ke arah Sagam dan membantu Sagam untuk menaiki taksi yang sudah di pesan oleh ibu tadi, tapi Ina menahannya dia meminta kepada warga supaya Sagam di bawa ke mobilnya. Tentu saja Sagam menolak jika dia bersama Ina yang ada nanti Sagam di buang lagi seperti yang sudah-sudah.
Dan pada akhirnya Sagam menaiki taksi, tapi Ina malah ikut bersamanya dia duduk di sebelah Sagam dan Sagam langsung menghindar, menjauhi Ina.
"Jalan pak," ucap Ina.
Di sepanjang jalan, Ina terus menatap Sagam, wajahnya yang sudah memerah dan keringat yang bercucuran membasahi wajahnya. Ada hal yang menjanggal di hati Sagam dia merasakan ada rasa takut ketika dia duduk bersebelahan dengan Ina. Padahal Ina tidak melakukan apapun tapi tetap saja Sagam merasakan takut.
Setelah menempuh beberapa menit taksi yang mereka tumpangi akhirnya sampai di halaman rumah, Sagam di bantu oleh supir taksi itu untuk masuk ke dalam rumah.
Ina masih di luar dia menunggu dokter yang sudah dia telpon tadi, katanya sebentar lagi dokter itu sampai jadi Ina menunggunya di luar.
"Dari mana saja kamu hah?"tanya Baim.
"Pa, kamu sudah pulang?" Ina nampak terkejut dengan kehadiran Baim yang tiba-tiba saja muncul dari belakangnya.
"Kamu tau sagan sudah menunggu kamu lama sekali,tapi ternyata kamu pulang bersama anak sialan itu?" Ucap Baim kesal.
"Maaf permisi Bu," terlihat salah seorang yang baru saja datang, rupanya itu adalah dokter yang tadi Ina panggil.
"Silah kan masuk ," insme gangarkan dokter tadi ke ruang tamu tempat di mana Sagam berada.
Sebagai seorang dokter yang sudah berpengalaman beliau mengobati Sagam dengan telaten.
___________Ke sekian hari nya, Sagan sudah siap dengan seragam rapih nya. Hari ini Sagan akan mengikuti lomba olimpiade di sekolahnya,padahal Sagan tidak belajar dengan sungguh sungguh tapi dia yakin jika Sagan akan menang.
Selesai sarapan Sagan di antar ke sekolah bersama ina dan Baim. mereka semua senang sekali ketika mengantarkan Sagan yang akan berlomba.
"Sagan papah yakin kamu pasti bisa ya, menang atau kalah papah akan terima yang penting kamu sudah berusaha," Baim menepuk pundak Sagan seolah memberi semangat untuk Sagan.
"Semangat ya sayang."
"Kalo Sagan kalah kalian jangan kecewa sama Sagan Ya mah pah,"ucap Sagan.
"Kita percaya sama kamu,semangat ya. Mamah sama papah pulang dulu, nanti kalo udah selesai kamu telpon kita ya sayang."
Dengan percaya diri sekali Sagan masuk kedalam ruangan kepala sekolah dulu karena itu instruksi yang diberikan oleh kepala sekolah.
_______"Gam,, katanya si anjing itu ikutan olimpiade ya?" Tanya Shaka kepada Sagam.
"Anjing anak kaya dia bisa bisanya ikutan olimpiade gue yakin dia pasti nya sabotase dan hasut tuh para juri biar dia menang." Ucap Ozie.
"Ibaratnya gini wir, lu punya uang, lu punya kuasa."
"Beh ketimbang uang orang tua aja bangga."
"Nih ya malah gue sumlain tuh anak jadimiskin biar sombongnya kagak tambah tinggi."
"Kaya Lo dong, manusia paling sombong se dunia kan Lo!"
"njing banget Lo setan."
"Gue bunuh Lo!"
"Emang berani?"
"Kalo si Sagam izinin gue bunuh Lo."
__________"Papah, mamah!!"Saggan berlari ke arah Ina dan Baim, sebelah tangannya yang memegang piala besar yang di bawahnya bertuliskan *juara II*
"Mah, pah, maaf banget Sagam juara dua, seharusnya dari kemarin Sagan itu belajar biar juara satu."
"Gak papah sayang, kita bangga ko sama kamu, makasih ya udah bikin kita bangga sama kamu."
"Kenapa kalian tidak marah? Kenapa kalian sebaik ini sih?"
"Kok kamu bicara seperti itu? Tentu saja karena kita sayang sama kamu, apapun hasilnya kita akan terima."
____________________________________
Haiii semuanyaa
Siapa nih yg kangen sama si Sagan
Maap ya up nya terlalu lamaSelamat membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN