Sepulang sekolah Sagan mengajak temannya untuk bermain bersama, Roma dan Oka juga tidak menolak keinginan Sagan mereka bermain bersama tertawa bahagia karena sudah mengerjai anak kecil yang sedang main sendirian di taman bermain.Setelah membuat anak kecil itu menangis, mereka berjalan ke sebuah cafe yang lumayan sepi. Memesan makanan kesukaan mereka dan tidak lama kemudian makanan yang mereka pesan pun datang, tapi sepertinya rasa si makanan itu tidak sesuai dengan ekspektasi nya sehingga mereka marah, komplain ke manager cafe dan pergi begitu saja tanpa mau membayar makanan yang mereka pesan.
"Pantesan sepi anjing, orang makanannya kaya gini! Sampah!" Ujar Sagan sembari melemparkan piring makanan itu.
Semua karyawan pun hanya diam dan menundukan kepalanya, takut jika manager mereka marah dan memecat mereka.
Sedangkan di luar, Sagan, Roma dan Oka hanya tertawa puas saja setelah apa yang mereka perbuat.
"Kemana lagi kita?"
"Balapan lah bosen gue," jawab Sagan, dia melajukan motornya lebih dulu dari temannya.
Di jalan yang lumayan rame ini mereka bertiga saling salip menyalip, Sagan yang memimpin balapan tersebut terus melajukan motornya dengan kecepatan penuh bahkan dia berani menyalip truk-truk besar tanpa ada rasa takut kehilangan nyawanya sama sekali.
"CUPU LO BERDUA!" Teriak Sagan melihat ke dua temannya yang nampak kesusahan ketika ingin menyalip truk besar bermuatan penuh.
Tanpa memikirkan kedua temannya dan apa yang akan terjadi nanti, Sagan terus melaju dengan kecepatan penuh. Tanpa sadar dari belakang terlihat satu mobil hitam yang mengikuti Sagan.
Memasuki jalan yang mulai sepi, Oka dan Roma berhasil menyusul Sagan dan sekarang motor mereka bertiga berdampingan.
"Sagan ada mobil yang ikutin kita!"
Sagan melihat dari kaca spionnya dan ternyata benar, mobil itu seperti mengikutinya.
"Cabut!" Sagan menambah kecepatan motornya.
"Siapa sih anjing!"
Sagan melirik lagi mobil itu dari spion, dan yaahh Sagan melihat wajah orang itu, entah apa yang dirasakan Sagan saat ini ketika melihat wajah orang itu.
Sagan tidak tau itu siapa tapi rasanya ada yang aneh, wajahnya seperti tidak asing sama sekali tapi Sagan tidak tau itu siapa, dan Sagan juga sedikit merasa takut ketika orang itu tersenyum ke arahnya.
Tepat di persimpangan Sagan dan temanya langsung memasukan motor mereka ke sebuah pagar yang terbuka lebar.
"Siapa sih tuh orang!" Dumel Sagan.
"Kenapa?" Baim baru saja pulang dari kantor menghampiri anaknya, dia melihat Sagan dan temannya yang terlihat sangat panik.
"Ada yang ikutin kita om," ucap Roma.
"Siapa?"
"Tuh mobilnya!" Oka menunjuk mobil yang melaju pesat melewati rumah Sagan.
"Siapa dia? Kenapa kalian bisa di ikuti sama dia?"
"Gak tau pah."
"Ya udah kalian masuk gih, jangan terlalu di pikirkan selagi mereka gak macem-macem sama kalian yah," ucap Baim.
Sagan, Roma dan Oka berjalan masuk ke dalam rumah tapi ketika Baim akan berjalan masuk, dia malah melihat orang yang mirip sekali dengan Sagan beralan gontai ke arahnya, tatapan yang kosong, jalan sempoyongan persis seperti orang yang tidak memiliki gairah untuk hidup.
Srekk
Plakk
"Kemana aja kau hah?!" Baim seketika tersulut emosi karena dia langsung menyelonong masuk tanpa memperdulikan sopan santun.
Sagam tidak mau meladeni Baim, dia menepis tangan Baim dan kembali berjalan ke arah pintu.
"HARUS SEPERTI APA LAGI SAYA HARUS MENDIDIK KAMU HAH?! SAYA MUAK SAMA KAMU! KENAPA SAGAN HARUS MEMPUNYAI KEMBARAN SEPERTI KAMU HAH?!"
"Kamu tau? Penyesalan terbesar saya itu adalah mempunyai anak cacat seperti kamu!" Baim menoyor kepala Sagan dengan telunjuk tangannya.
"Dasar egois, tak mau membantu saudara sendiri! Dasar manusia biadab!"
"Seharusnya kamu itu tidak kembali sialan! Aku sengaja tidak menebus mu waktu itu karena aku tidak mau mempunyai anak bodoh seperti kamu! Tapi tanpa malunya kamu malah kembali sendiri!"
Baim terus mengata-ngatai Sagam dengan omongannya, sakit rasanya ketika ayah kandung sendiri mengatakan itu kepada anaknya sendiri, darah dagingnya dan dia yang sudah menghadirkan Sagam ke dunia tapi dia sendiri yang membenci Sagam tidak akan jauh sama seperti Baim membenci dirinya sendiri.
Sagam hanya diam menunduk, dia tidak melawan ketika di caci maki, Sagam tidak akan pernah membalas pukulan Baim karena Sagam masih sadar jika Baim masih orang tua kandungnya sendiri. Di tambah rasa takut itu membuat Sagam yakin tidak akan membalas Baim apapun perlakuannya kepada dirinya. Meskipun mentalnya telah hancur dan tidak mungkin untuk bisa di sembuhkan kembali.
"Aaaaaakkkkkkkkk!"
Baim terlihat panik ketika mendengar teriakan melengking sang istri dari dapur. Baim sebagai suami berlari menghampiri sang istri. Begitupun dengan Sagam dia ikut berlari dan melihat apa yang terjadi.
"Kenapa sayang?"
"Mas mas liat, itu ada yang lempar hati ayam busuk bau banget!" Ina menutup hidungnya karena tidak sanggup menghirup aroma tidak sedap dari hati ayam yang busuk itu.
Baim melihat ke arah jendela, tapi dia tidak melihat siapapun di sana, tidak ada orang sama sekali, tapi siapa yang sengaja melempar itu ke rumahnya.
"Ya udah kita ke kamar aja ya, biar dia yang beresin semuanya," ucap Baim, dia menatap Sagam dengan tajam.
Setelah Ina dan Baim pergi barulah Sagam mengambil sarung tangan plastik dan membuang hati ayam itu. Tapi ketika dia akan membuang ke tong sampah Sagam malah melihat secuil kertas yang di selipkan di antara bebusukan itu.
"Aku datang"
Begitulah bacaan huruf yang tertulis di kertas tersebut. Dengan cepat Sagam membuang hati busuk itu, dia juga mencuci kertas itu supaya tidak ada orang yang menemukan kertas itu lagi selain dirinya.
Sagam tau itu adalah sebuah ancaman, tapi Sagam tidak tau tulisan tersebut bertujuan untuk siapa dirinya atau anggota keluarga yang lain. Tapi bisa Sagam yakini jika itu ancaman yang tidak main-main. Sepertinya Sagam harus segera mencari siapa pelakunya.
Sagam kembali ke kamarnya sembari memikirkan siapa yang melakukan itu semua, dan apa tujuan dia, kenapa dia menganggu keluarganya.
Merenung sendirian di kamarnya dengan tatapan yang lurus ke depan. Sagam jadi kepikiran dengan cerita Ozie dan Shaka tadi. Apa mungkin ancaman itu tertuju kepada dirinya? Apa mungkin dia menemukan Sagam?
____________________________________
Masih menunggu Vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Roman pour AdolescentsRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN