Ina berlarian di jalan yang sepi, dia tau betul saat ini dia berada di mana, dan jalan sini itu tidak pernah ada kendaraan yang melintas kecuali keluarga besar Yunan.Sepanjang jalan Ina terus menangis dia terpaksa meninggalkan Sagam di sana sendirian karena Ina tidak sanggup untuk membawa tubuh Sagam yang sudah lemas. Yunan juga mengancam Ina jika dia tidak mau pergi dia akan akan membawa Sagan dan mengembalikan Sagam.
Ina semakin bimbang, hingga akhirnya Ina memilih untuk pergi saja meninggalkan Sagam, dia berjanji akan kembali lagi membawa pertolongan untuk Sagam. Ya Ina lebih takut jika kehilangan Sagan karena dari dulu Sagan yang selalu ada untuknya, Sagan yang menjadi anak kesayangannya.
Namun sayang sepertinya Ina sangat terlambat, karena Yunan dan Erik tidak sebodoh yang dia kira, setelah Ina keluar dari rumahnya Yunan dan Erik langsung bergegas membawa Sagam ke tempat persembunyiannya tanpa ada satu orangpun yang tau tempat itu.
Sagam yang sudah lemah pun hanya bisa pasrah saja, dia menyerahkan seluruh takdirnya kepada Tuhan, dan berdoa semoga apapun yang terjadi nanti Sagam bisa ikhlas.
Selama ini Sagam belum bisa membuat Ibu dan ayahnya bahagia bukan? Dan saat ini semoga dengan kepergian Sagam mereka benar-benar bahagia. Dari dulu Sagam pun sadar diri jika dirinya bukan siapa-siapa tapi dengan tidak tahu malunya dulu setelah berhasil kabur dari anak buah Yunan Sagam malah kembali lagi ke tempat yang tidak menerimanya sama sekali.
"Sepertinya kamu pasrah sekali," ucap Yunan berjongkok di hadapan Sagam.
"Apakah kamu siap mati?" Tanpa di sangka Sagam menjawabnya dengan anggukan lemah. Sebenarnya Yunan sedikit marah karena Sagam sama sekali tidak membuka matanya untuk melihat ke arah Yunan yang tengah berbaik hati.
"Benarkah?" Tanya Yunan mencoba meyakinkan anggukan Sagam barusan. Dia kira Sagam akan memberontak seperti dulu padahal Yunan sudah menyiapkan semua antisipasinya bila Sagam memberontak.
"Jangan tangisi dia, dia saja menyerahkan kamu sama saya," ucap Yunan mengusap air mata Sagam yang keluar.
"Apakah orang seperti itu bisa di sebut sebagai ibu? Mungkin jika aku jadi kamu, aku sudah membunuh seluruh keluarga itu, dan kamu bisa menikmati semua harta Baim."
Mungkin jika Yunan akan seperti itu, tapi tidak dengan Sagam, bagaimanapun juga Sagam masih butuh kedua orang tuanya Sagam masih belum sanggup jika mereka meninggal di tangah Sagam lebih baik Sagam sendiri yang mati di tangan mereka.
Selama ini jika Yunan datang ke rumahnya Sagam selalu bersembunyi di manapun yang menurutnya aman supaya Yunan dan Erik tentunya tidak menemukan Sagam, karena jika itu terjadi Sagam sudah tau apa yang akan terjadi kedepannya dan sekarang dugaan Sagam benar, Yunan membawa Sagam kembali.
Bukan kematian yang Sagam takutkan, tapi Sagam takut jika Baim benar-benar menikah lagi dengan wanita lain meninggalkan Ina. Lalu setelah itu Ina akan tinggal bersama siapa? Sagam takut jika Ina merasa sendirian di usianya yang mulai menua, tanpa suami dan anak kesayangannya Sagan sang kembaran.
"Sebelum kamu mati apa ada pesan yang mau kamu sampaikan sama mereka?" Ucap Yunan menginjak kaki Sagam.
"Benarkah tidak ada?" Tanya Yunan karena Sagam tidak kunjung berbicara.
"Berteriak lah seperti dulu Sagam."
"Saya ingin mendengar suara indah mu itu, cepat sebelum saya benar-benar putuskan pita suaramu."
Plakk
"Berhentilah berharap Baim bisa menemukanmu di sini!" Ucap Yunan dengan nada yang sedikit tinggi.
Benar kata Yunan barusan, Sagam harus bisa berhenti berharap Baim bisa menamukan Sagam dengan tubuh yang bernyawa, bahkan untuk sekedar berharap mencari Sagam saja itu rasanya sangat mustahil sekali untuk seorang Baim.
Yunan sudah tidak bisa menahan emosinya lagi, dia menarik tubuh Sagam yang sudah tidak bertenaga itu melepas semua ikatan yang ada di tubuh Sagam. Sagam masih bisa berdiri tegap di hadapan Yunan tapi Sagam tidak melawan sama sekali ketika Yunan terus memukuli wajahnya habis-habisan.
Sagam benar-benar pasrah menahan rasa sakitnya karena pukulan keras Yunan. Tubuhnya sudah terasa sangat remuk sekali. Sagam tidak melawan apalagi memberontak.
"Kamu itu lebih mending mati dari pada di dunia tapi tidak ada yang menerima kamu!"
"Kamu tau gara-gara kamu kabur, semua anak-anak yang saya kumpulkan di bawa sama polisi, anak buah saya semuanya masuk jeruji besi dan gara-gara kamu juga istri saya terkena gangguan mental hingga gila! Dan saya mau kamu harus bertanggung jawab atas semuanya."
"Ucapkan selamat tinggal kepada dunia indah mu itu!"
____________Ina membuka matanya pelan, terakhir yang dia ingat itu Ina masih berlarian di tengah jalan lalu sekarang dia seperti berada di rumah sakit, siapa yang sudah berbaik hati menolongnya?
Karena penasaran Ina pun bangkit dari tidurnya, dia menatap ke sekeliling tidak ada siapapun di sini hanya ada dirinya sendiri. Apakah Baim belum berhasil menemukannya, atau benar perkataan Yunan waktu itu Baim sudah menikah lagi dengan wanita lain.
Entah harus bagaimana dan akan se hancur apa Ina nantinya ketika semua itu terjadi. Baim sudah mengkhianatinya, Ina itu di culik tapi Baim malah menikah lagi dengan wanita lain.
"Maaf anda mau kemana Bu?" Ucap salah satu suster yang kebetulan baru masuk ke dalam ruangan Ina untuk memeriksa Ina apakah sudah sadar atau belum.
"Sus siapa yang sudah membawa saya ke sini?" Ucap Ina.
"Suami ibu dan seorang perempuan Bu," ucap suster.
"Hah perempuan? Siapa dia sus? Dan di mana suami saya sekarang?!" Mata Ina sudah berlinang air mata.
"Suami ibu ada di kantin, dia menitipkan ibu kepada saya."
"Antar saya ke sana sus cepat," ucap Ina. Suster yang melihat Ina menangis seperti inipun tidak tega, dia mengantarkan Ina ke kantin.
"MAS BAIM!!" Teriak Ina ketika berhasil menemukan Baim yang tengah duduk bersama seorang wanita yang Ina saja tidak tau siapa dia.
PLAKK
Satu tamparan keras berhasil mengenai wajah Baim hingga memerah. Semua orang pun tak ada yang tidak melihat aksi mereka.
"OH TERNYATA BENAR YA APA KATA YUNAN KEMARIN!! KAMU ITU SUDAH MENIKAH LAGI SAMA DIA DI SAAT AKU DI CULIK?!!"
"Apa apaan kamu Ina, kalo kamu mau bicara, bicaralah dengan benar! Tidak usah berteriak seperti ini di depan umum apalagi menampar aku apa kamu tidak malu?!" Ucap Baim.
"PERSETANAN AKU MAS! AKU KECEWA SAMA KAMU! KENAPA KAMU SELINGKUH HAH?! KAMU UDAH GAK SAYANG LAGI SAMA AKU?! KURANG AKU APA SI MAS?!"
"Ikut aku Ina," Baim sudah terlanjur malu, dia menggenggam tangan Ina dan membawanya pergi, ya minimal ke tempat yang sepi lah biar Baim tidak malu.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN