8. Mengikhlaskan

2K 134 0
                                    


"Gam, Gam bangun, mau sekolah gak?" Ozie menggoyangkan tubuh Sagam yang masih terbalut selimut tebal milik Ozie.

Semalam, setelah Ina membawa Sagam ke rumah sakit Ina memaksa dokter supaya dia ikut menyaksikan pemeriksaan kepada Sagam, mungkin sangking tidak percayanya Ina kepada Sagam dia sampai seperti itu.

Tapi ketika di tengah-tengah pemeriksaan tiba-tiba Ina pergi begitu saja meninggalkan Sagam sendirian, dan hingga dokter akan memberikan hasil pemeriksaannya pun Ina tidak kunjung kembali.

Kecewa sangat kecewa, bahkan Sagam tidak tau harus mengekspresikan rasa kecewanya kepada Ina itu seperti apa. Dia yang membawa Sagam ke rumah sakit dan memaksa Sagam untuk melakukan pemeriksaan tapi dia malah pergi dan tidak kembali.

Untunglah saat itu Sagam membawa handphone nya sehingga dia bisa mengabati Ozie untuk menjemputnya di rumah sakit.

"Gam, sekolah gak? Kalo gak gue berangkat sendiri."

"Ya udah gue berangkat sendiri,kalo mau makan minta aja sama bibi nanti gue bilangin sama mereka," ucap Ozie.

Ozie berangkat sendirian ke sekolah, hanya berangkatnya saja, tapi saat sudah di sekolah banyak sekali murid yang menyapa Ozie. Ozie itu tidak terkenal tapi banyak orang yang mengenalnya.

"Ozie nungguin si Sagam apa langsung ke kelas aja nih?" Tanya Shaka yang tiba-tiba merangkul Ozie dari belakang.

"Langsung aja, lagian dia gak masuk hari ini," ucap Ozie.

"Loh kenapa? Kok Lo tau sih? Kok gue gak tau? Wah kacau nih, ini namanya ada kerajaan di dalam kerajaan, gak nyangka gue kalo kalian ternyata se munafik gini, kecewa gue," ucap Shaka asal.

"Dia di rumah gue pup babi! Semalam dia minta gue buat jemput dia terus dia nginep di rumah gue makannya hari ini dia gak masuk" ucap Ozie.

"Kok gue gak di ajak?"

"Emang Lo mau ke rumah gue sendirian?" Tanya Ozie balik, Shaka hanya cengengesan saja.

"Wih bosnya gak ada ya? Kasian yang sabar ya, mungkin dia udah tenang di alam sana karena di terkam sama hewan buas hahaha," Sagan tertawa sembari bertepuk tangan.

"Tolong di jaga omongan Lo ya!" Shaka menunjuk Sagan. Meskipun Sagan itu kembaran Sagam bahkan wajahnya yang sangat mirip dengan Sagam mereka sangat membenci Sagan.

"Loh kenapa itukan fakta ya gak? Nih Lo liat wajah gue babak belur kaya gini tuh gara-gara dia, and gue yakin bokap gak bakalan lepasin si bangsat itu hidup tenang, jadi sebaiknya kalian segera mengucapkan selamat tinggal sama dia sebelum terlambat, okey," Sagan langsung melengos pergi bersama temannya.

"Songong banget tuh anak!" Shaka mengepalkan tangannya kepada Sagan dan temannya yang sudah pergi.

"Udah lah gak penting ngurusin tuh anak, mending kita ke kelas aja," ucap Ozie.

"Untung ada Lo Zie."
___________

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam den."

"Si Sagam udah makan belum bi?" Tanya Ozie.

"Sudah den, tapi selesai makan dia langsung pergi pake motor Aden, gak tau mau kemana," ujar Bibi.

"Kemana lagi tuh anak?" Shaka menatap Ozie.

"Mana gue tau, yang pasti sih gak mungkin dia pulang," ucap Shaka.

Ozie dan Sidik kebingungan kemana perginya Sagam, di telpon pun tidak di angkat, lantas kemana mereka harus mencari Sagam.
_________

Saat ini, di bawah sinar matahari sore hari terlihat pemuda yang tengah berjongkok menghadap ke arah batu nisan, tangannya yang kekar itu mengusap batu nisan yang sudah berlumut, mungkin karena tidak ada yang ke sini makannya makan ini terlihat sangat kotor sekali tidak seperti makam-makam yang lainnya.

Sagam sangat rindu sekali ketika dia ada di dekatnya dulu, meskipun pertemuannya yang sangat singkat dan menyakitkan tapi rasanya Sagam merasa aman ada di sisinya.

Mungkin jika Tuhan mengijinkan Sagam ingin kembali lagi ke mana itu, tapi dengan kondisi yang berbeda jauh dari saat mereka bertemu dulu. Sagam ingin sekali memeluk dia kembali meskipun hanya untuk yang terakhir kalinya.

Namun sangat di sayangkan, hidup di dunia itu hanya satu kali, dan waktu tidak bisa di putar kembali.

Sagam mencium batu nisan itu sedikit lama, tak terasa oleh sang empu matanya yang mengeluarkan air mata menetes ke batu nisan itu.

Sagam rindu sekali dengan sosok dia, tapi sayang sekali dia tidak mungkin hidup kembali dengan sosok yang sama, dengan sikap yang sama, dan juga tidak mungkin dia mengingatnya. Lebih baik Sagam mengikhlaskan kepergian dia, tidak ada hal selain Ikhlas dan menerimanya dengan lapang dada.

Sagam berdiri, dia berjalan menjauh dari makam itu dengan seribu penyesalan yang terus menyakiti hatinya selama ini. Hal seperti ini yang membuat Sagam jarang mengunjungi rumahnya itu, Sagam selalu teringat masa lalunya dulu yang sangat menyeramkan.

Sagam melajukan motornya dengan kecepatan sedang mengelilingi kota Bandung yang sangat indah ini, pikirannya yang masih belum tenang membuat Sagam memilih untuk berjalan-jalan sebentar, sepertinya itu lebih baik.

Bandung adalah tempat favorit Sagam, dari banyaknya kota di Indonesia sepertinya Bandung nomor satu yang paling Sagam sukai, karena di kota Bandung ini Sagam dilahirkan, begitu banyak sekali kenangan masa lalu Sagam di kota ini. Baik suka dan duka yang pernah Sagam alami.

Dulu saat Sagam kecil bermain bersama teman-temannya Sagam selalu ke tempat wisata air panas, Sagam tau betul tempat itu jadi ketika dia ingin bermain ke wisata air panas itu tapi dia tidak punya uang, hal yang di lakukan Sagam dan temannya itu yaitu lewat jalan belakang, meskipun harus menaiki tembok dulu tapi demi bermain mereka melakukan itu semua.

Seperti itulah cerita kecil seorang Sagam yang dulunya seorang anak ceria dan hiperaktif kini telah tumbuh menjadi remaja tampan dan pendiam.

Setelah hatinya merasa tenang, Sagam langsung tancap gas kembali ke Jakarta tempat tinggal Sagam saat ini bersama keluarganya. Sebenernya Sagam itu tidak suka tinggal di ibu kota tapi apa boleh buat Sagam tidak mempunyai saudara yang bisa menampungnya. Bukan tidak berani untuk tinggal sendiri tapi Sagam tidak bisa.

Hingga malam pun tiba, Sagam memasukan motor milik Ozie ke dalam garasi dan besok Sagam akan mengembalikan motor Ozie.

"Ngapain Lo pulang?!" Sagan sengaja menyenggol bahu Sagam.

"Untung aja papa udah tidur, kalo gak udah abis Lo di tangan papa pas tau anak sialan kaya Lo baru pulang jam segini!" Ucap Sagan, sedangkan Sagam hanya diam menatap wajah Sagan dengan lekat, jangan lupakan wajah datarnya.

"Tapi Lo jangan kesenangan dulu bangsat! Lo liat aja besok, abis Lo!" Sagan menepuk pundak Sagam










____________________________________

"Setidaknya masih ada Bandung yang masih menerima ku" ------ Sagam

PERTAMA DAN TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang