"Pintar sekali anak ayah ini ya, membawa dia kembali ke tangan ayah," ucapnya sembari mengelus kepala Erik. Malam ini mereka berpesta di rumahnya karena berhasil mengambil kembali hak yang sudah menjadi milik mereka."Apapun akan aku lakukan buat ayah."
"Oh ya ayah selanjutnya ayah akan apakan dia?"
"Ayah tidak akan apakan dia, hanya menyimpannya saja," ucapnya.
"Terus kenapa ayah menyuruh Erik buat bawa dia kalo ayah gak melakukan apapun?"
"Erik ayah itu cuma takut barang ayah di ambil sama mantan pekerja ayah dulu yang kabur, makannya ayah suruh kamu buat bawa dia biar dia aman di tangan ayah."
"Ayah apakah aku boleh bermain dengannya?" Tanya Erik.
"Boleh, sana."
Erik berjalan gembira ke salah satu ruangan rahasia, Erik itu sebenarnya anak polos hanya saja dia terlahir dari keluarga yang kejam sehingga mau tak mau Erik harus menjadi seperti mereka.
Di ruangan gelap itu, Erik berjalan gembira karena dia merasa punya teman baru untuk di ajak main. Perlahan dia membuka gembok jeruji besi itu dan duduk di samping Sagam yang tengah duduk di pojokan.
"Kenapa?" Erik memegang pundak Sagam tapi lihatlah reaksi anak itu, tubuhnya semakin meringkuk di pojokan dan bergetar ketakutan.
"Hey, jangan takut, aku saudaramu."
Sagam tidak mendengar suara Erik yang dia dengar malah suara bising jeritan, dan tangisan, bahkan yang dia lihat sekarang itu di sekitarnya hanya mayat-mayat anak kecil atau bisa di bilang temannya dulu.
"Sagam mari bermain," ucap Erik. Dia menatap bingung kepada Sagam kenapa dia bisa ketakutan.
"Ah kamu tidak asik! Aku kurung kamu di sini!" Erik kembali keluar dari tempat itu meninggalkan Sagam sendirian.
_________Sedangkan Ina kini sudah berada di kediaman Erik, dia berteriak dan menangis menanyakan Sagam tapi Yunan adik dari Baim itu malah acuh sekali.
"DI MANA SAGAM YUNAN?!!"
"AKU TIDAK TAU! LAGIAN UNTUK APA KAMU MEMPERTANYAKAN ANAK YANG SUDAH KAMU BUANG HAH?!"
Ina seketika diam, kenapa Yunan berbicara seperti itu di saat seperti ini.
"Aku sudah menelpon mas Baim, dia akan segera menjemput wanita gila seperti mu!" Ucap Yunan.
"Tante! Tante mau ketemu dia? Ayo ikut sama Erik!" Erik menarik tangan Ina, sedangkan Yunan hanya menghela nafasnya saja lagian kenapa Erik membawa Ina bertemu dengannya yang ada nanti dia malah membawa Sagam.
Ina dia menatap sekeliling tempat ini yang gelap dan pengap, awalnya dia tidak curiga sama sekali dengan Erik karena dia kira Erik akan mempertemukan Ina dengan Sagam namun ternyata salah. Erik malah mendorong Ina masuk ke salah satu jeruji besi.
"Tante akan bertemu dengannya di sini," ucap Erik setelah itu dia pergi.
"ERIK! ERIK KELUARKAN SAYA DARI SINI!"
"TOLONGGGG!! ERIKKK!!"
"YUNANN!! TOLONG SAYA!!"
"SIAPAPUN TOLONGGG!!"
Ina takut dengan suasana di ruangan ini yang gelap gulita sekali, tidak ada pencahayaan sama sekali di tempat ini.
"Mas Baim, tolong aku mas," lirih Ina.
Karena tidak bisa melihat apapun, Ina mencoba memegang apapun di sekitarnya mengelilingi jeruji besi itu hingga di ujung tempat ini dia seperti menginjak sesuatu sehingga Ina menjerit ketakutan, tapi dia tidak mendengar suara apapun. Untuk memastikan Ina memberanikan diri lagi untuk mendekat meraba apa yang di injaknya tadi.
"Kamu siapa? Apa kamu masih hidup?" Ucap Ina. Tidak ada jawaban sama sekali, tapi karena ruangan ini sangat sunyi sekali Ina bisa mendengar suara deru nafas yang tersengal-sengal.
"Hey kamu kenapa?" Ina mencoba memegang kepala orang itu yang dia rasakan hanya basah mungkin itu hanya keringat sama bukan apa-apa.
"ERIKK!! YUNAN!! NYALAKAN LAMPUNYA!!"
"YUNANN!!"
"HEY JAWAB SAYA KAMU KENAPA!!"
Ina semakin kalang kabut sendiri, dia mencoba untuk mendekat tapi orang itu malah mendorong Ina hingga Ina terjungkal ke belakang.
"Hey tenang lah, saya mau menolong kamu," ujar Ina.
"Kamu siapa? Kenapa kamu ada di sini?" Tanya Ina tapi dia tidak menjawab sama sekali.
"Kenapa kamu diam saja? Cepat sebut siapa namamu?" Ina berusaha untuk mendekat ke arah dia tapi tetap saja hanya penolakan yang Ina dapatkan hingga akhirnya Ina hanya pasrah saja dia mencoba menjauh dari dia karena sebenarnya juga Ina takut jika dia bukan orang.
_________"Yunan di mana istri saya?" Ujar Baim sedikit berteriak di rumah sang adik.
Pagi ini Baim sengaja datang ke kediaman Yunan karena semalam Ina pergi dan Yunan mengabari jika istrinya ada di rumahnya. Awalnya malam itu juga Baim akan menyusul istrinya ke rumah Yunan tapi Sagan tiba-tiba demam tinggi dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang serius.
Dan pagi ini Baim baru bisa ke rumah Yunan untuk menjemput Ina.
"Om bisa tidak jangan berteriak! Erik kaget!" Ucap Erik yang baru keluar dari kamarnya setelah mendengar teriakan Baim.
"Erik di mana istri saya?! Bisa-bisanya dia enak-enakan menginap di sini di saat Sagan tengah sakit!"
"Erik dan ayah tidak tau Tante di mana, kemarin malam Tante sudah pulang ko om," ucap Erik polos.
"Kalo dia pulang om tidak kan datang ke sini Erik," ucap Baim.
"Ya Erik sama ayah tidak tau om, mungkin Tante menginap di rumah selingkuhannya," ucap Erik.
"Dasar wanita gila! Awas saja kalo ketemu sama saya habis kamu Ina!" Lirih Baim.
Tidak tahukan Baim jika di dalam hati Yunan dan Erik kini tengah tertawa terbahak-bahak karena berhasil menghasut Baim.
"Udah lah om jangan terlalu di pikirkan lebih baik sekarang kita makan saja ya," ucap Erik menggandeng tangan Baim. Dan entah kenapa Baim pun nurut sekali dengan Erik.
"Om nanti kalo Tante kembali om langsung ceraikan saja tenta Ina, anggap saja itu sebagai hukuman Tante Ina karena sudah menyakiti perasaan om."
Baim tentu saja merenung di tempat, bagaimana bisa dia menceraikan Ina sedangkan Ina adalah cinta pertama dan terakhir untuk Baim.
Tapi Ina sudah mengecewakannya, orang yang selama ini Baim percaya, orang yang selama ini menemani Baim menjadi istri yang baik dan seorang ibu yang bertanggung jawab berani melakukan itu. Dia berani meninggalkan suami dan anaknya demi selingkuhannya.
Padahal jika di pikirkan Ina kekurangan apa dari Baim? Uang bulanan selalu Baim berikan lebih, uang untuk dirinyapun selalu Baim pisahkan dan apapun yang Ina mau pasti Baim kabulkan tapi kenapa Ina melakukan itu semua.
Baim tidak habis pikir dengan sikap istrinya yang semakin hari semakin berbeda. Apakah Baim harus menceraikan Ina dan mencari teman hidupnya yang baru.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
PERTAMA DAN TERAKHIR
Teen FictionRumah itu statis, manusia itu dinamis, lantas bagaimana kita menjadikan seseorang rumah sedangkan sifatnya saja berubah-ubah. JANGAN LUPA FOLLOW YA KAWAN