Tidak ada manusia sempurna di dunia ini. Apabila terlihat ada, hidup mereka pasti terasa sulit karena sibuk menutupi kekurangan itu
-o0o-
Minggu pagi, Magenta selalu antusias untuk menanti hari ini. Jika dulu dia antusias karena Minggu adalah hari libur, maka sekarang Magenta antusias menyambut Minggu karena kehadiran Biru. Hari ini Elisa sudah berpesan bahwa toko tidak menerima pesanan. Sementara ini toko hanya melayani pelanggan yang mengambil pesanan karena pesanan yang masuk sudah melebihi kapasitas. Bulan Agustus ini ada sekolah yang mengadakan diklat, salah satu syarat mengikuti diklat adalah membawa buket bunga untuk kakak pembina. Jadi BiFlower mendapatkan pesanan kurang lebih 36 bucket buket bunga.
"Magenta sekolahnya gimana, Sayang?" tanya Elisa sambil menata bunga.
"Baik, Tan," dusta Magenta. Padahal dia sering ditagih guru karena tugas yang belum terselesaikan. Sebelumnya, Magenta berada di peringkat 15 dari 30 murid. Dia bukan golongan yang rajin, tapi juga bukan yang sangat malas. Tapi, sejak dia bekerja semuanya berubah. Magenta kehilangan fokus hingga kewajibannya sebagai pelajar terlupakan.
Manusia selalu dihadapkan oleh pilihan, untuk sekarang ini Magenta memilih abai dengan sekolah. Dia berpikir bahwa saat-saat ini uang lebih penting untuk bertahan hidup.
"Permisi!" ujar salah seorang wanita yang berpakaian sangat mencolok. Dia mengenakan kaos hijau dipadukan dengan rompi kuning, mengenakan celana merah dan bersepatu merah muda, tak lupa tas berlogo Gucci serta topi pantai di kepalanya, juga berkaca mata hitam. Untuk para kolektor merk Gucci, pasti sadar bahwa tas yang dibawa hanya replika.
"Saya mau ambil pesanan atas nama Lina," ujarnya.
"Oh, iya. Tunggu sebentar ya, Bu," balas Magenta.
Wanita itu melepas kaca matanya. Dia fokus menatap wajah Magenta.
"Magenta?" panggilnya. Spontan Magenta menoleh terkejut. Pikirnya, bagaimana bisa wanita ini mengetahui namanya.
"Maaf, siapa ya, Bu?" tanya Magenta hati-hati.
"Yaampun ternyata benar Magenta. Anaknya Laras, ya? Yaampun sudah besar, cantik! Oh iya, saya Lina. Kalau kamu lupa, saya temannya Laras yang dulu pernah datang di acara ulang tahun Mama kamu. Dulu banget, waktu kamu masih kelas 5 SD," ujar Lina penuh semangat.
Magenta berpikir keras, untungnya dia mengingat siapa wanita ini. Tante Lina adalah teman sosialita Mama yang cukup cetar membahana. Suaranya nyaring dan pakaiannya mencolok.
"Apa kabar Magenta?" tanya Lina basa-basi.
"Baik, Tante," jawab Magenta.
"Kamu tinggal di mana sekarang?" tanyanya lagi.
"Masih sama, Te. Di perumahan Melati tiga," balas Magenta.
"Loh, nggak tinggal bareng Laras?" lagi dan lagi dia bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alunan Sajak Xabiru
Teen Fiction"Katanya setiap manusia berhak mendapat kesempatan yang sama. Tapi, mengapa aku tidak?" Tulis Biru dalam selembar buku catatannya. ----- Magenta adalah sosok tuan putri yang dianugerahi kebahagiaan sebelum Mama berkhianat pada keluarga. Di umurnya...