Tidak ada sebuah masalah sepele, karena setiap manusia memiliki cerita dengan versi berbeda
-o0o-
"Lo gak bisa melabeli dia bakal jadi beban, Kivandra! Lo gak kenal sama dia, tapi lo bersikap seakan-akan tahu semuanya!" kesal Magenta.
"Mana yang gue gak tahu, Gen? Gue tahu! Semua orang tahu! Dia bisu, Magenta! Dia gak bakal bisa!" balas Kivandra tak kalah kesal.
"Gak bisa apa? Coba sebutin! Apa yang gak dia bisa?! Ngomong? Kita butuh drummer, bukan butuh vokalis!" bentak Magenta. Kini Magenta berdiri, raut wajahnya memerah karena menahan marah.
Kivandra ikut berdiri. Dia mencengkram bahu Magenta.
"Kita gak butuh orang cacat, Magenta," nada bicara itu terkesan halus. Namun langsung mendapat tamparan keras oleh Magenta.
"OTAK LO YANG CACAT!" bentak Magenta.
Bire yang sedari tadi hanya melihat untuk memberi mereka ruang berdiskusi, kini maju dan menarik Magenta mundur.
"Udah Magenta! Lo mundur Kiv!" perintah Bire.
Dalam aula hanya tersisa Bire, Kivandra, dan Magenta, sedangkan Nala dan Sena mengembalikan peralatan yang mereka pinjam ke tempat semula.
"Udah puas bersikap kekanak-kanakan gini?" tanya Bire dengan aura intimidasi.
Bire memang humoris, dia terbilang ramah dan jarang marah. Namun sekalinya marah, semua akan tunduk karena auranya.
"Bire, lo tahu 'kan kalau Kivi salah," ujar Magenta dengan nada suara pelan. Emosinya mulai mereda seiring pelukan Bire di bahunya.
"Kiv, lo gak seharusnya ngomong gitu, seakan lo paling sempurna. Magenta, gue tahu lo marah, tapi gak gitu cara hadapi Kivi yang lagi emosi. Kita itu satu tim, kalau gak satu suara, yaudah bubar aja!" tekan Bire yang juga sama kesalnya.
"Ayo adu argumen lagi, gue dengerin. Sekalian kita ambil keputusan mau bubar kapan," ancam Bire.
"Kalian pulang! Biar gue yang urus semuanya," tukas Bire.
"Gak pa-pa, Bir. Biar kita bantu," jawab Kivandra.
"Kalau kalian masih ketemu dengan keadaan sama-sama egois, kita bisa bubar hari ini," tekan Bire.
Tanpa pamit, Magenta menggendong tasnya lalu pergi dari aula. Malam ini, biarkan Magenta membenci Kivandra.
-o0o-
"Kenapa aku harus nikah sama kamu?! Kenapa hidupku sial! Kamu udah gak berguna! Nyusahin! Gak pantes hidup!" bentak Mama pada Papa yang jatuh dari kasur.
Teriakan Mama mengundang kedua buah hatinya ke kamar. Laskar dan Magenta sangat terkejut mendapati Papa terbaring lemah tak berdaya di lantai.
"Papa kenapa?!" Magenta berlari memeluk Papa, dia menangis karena melihat cinta pertamanya hanya bisa diam tak berekspresi mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alunan Sajak Xabiru
Teen Fiction"Katanya setiap manusia berhak mendapat kesempatan yang sama. Tapi, mengapa aku tidak?" Tulis Biru dalam selembar buku catatannya. ----- Magenta adalah sosok tuan putri yang dianugerahi kebahagiaan sebelum Mama berkhianat pada keluarga. Di umurnya...