36. Pada Waktu Itu

68 21 8
                                    

Manusia bisa melakukan segala cara untuk mendapat apa yang mereka mau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manusia bisa melakukan segala cara untuk mendapat apa yang mereka mau

-o0o-

"Saya sudah mendapat email perihal putra saya lolos seleksi! Jika bapak tidak percaya saya akan memberi bukti!" bentak Hans yang merupakan ayah Kivandra. 

"Kami juga mengakui jika kami pertama kali menyatakan Kivandra lah yang terpilih. Namun, karena satu dan dua hal kami memutuskan untuk mengganti posisi Kivandra sebagai tempat Kyle. Dua belah pihak juga belum menandatangani kontrak, jadi semuanya masih aman," jawab pria itu. 

"Satu dan dua hal itu seperti apa?! Seberapa masuk akal alasannya sampai tega menghancurkan mimpi anak saya!" balas Hans, dia menggenggam tangan Kivandra penuh emosi. Sebenarnya, sudah sejak tadi tangannya ingin meninju pria yang berjabat sebagai CEO ini, tapi dia menahannya karena masih ada Kivandra. 

"Kami mengalami sedikit kebangkrutan. Oleh karena itu, kami hanya bisa menerima talent yang mampu menginvestasikan dananya," jawabnya tanpa beban, seperti tidak ada yang salah dengan ucapannya. 

"Mereka membayar berapa?!" tanya Hans. 

"Dua ratus lima puluh," balas CEO itu. Hans terdiam, jika tentang uang bernominal besar, Hans tak mampu menyelamatkan mimpi putranya. 

"PERUSAHAAN SIALAN! KALIAN AKAN BANGKRUT DALAM HITUNGAN JARI!" Hans menyumpahi CEO itu penuh emosi. Dia mengajak Kivandra untuk segera pergi dari tempat biadab itu. Uang selalu bisa mengantarkan seseorang menuju gerbang kemenangan. 

Kivandra menangis, dia kesal dengan situasi yang tercipta. Seharusnya sejak awal dia tak perlu dinyatakan sebagai pemenang, karena pasti rasanya tidak akan sesakit ini. Dia kecewa dengan kenyataan bahwa uang adalah segalanya. Mati-matian dia berjuang hingga berada dititik pemenang, tapi tahtanya digeser dengan mudah. Dia terlanjur terbang tinggi mendayu di atas langit, membayangkan perasaan luar biasa ketika sudah menjadi bintang, sayangnya sebuah benda langit bernominal besar menghantamnya hingga jatuh. 

"Ayah ...," panggil Kivandra dengan tangisnya. 

Hans mengajak Kivandra duduk di kafetaria. Dia tahu anaknya pasti sangat terpukul. 

"Maafin ayah karena nggak mampu memperjuangkan mimpi kamu," sesal Hans. 

"Kenapa harus Kyle, Ayah? Kenapa Kyle jahat?" tanya Kivandra dengan perasaan sesak yang masih mengarungi hatinya. 

"Kenapa harus sahabat Kivan, Ayah? Udah enam tahun Kivan berteman sama Kyle, tapi kenapa Kyle yang hancurin mimpi Kivan?" tanyanya lagi. Bocah berusia sebelas tahun itu merasa dikhianati untuk pertama kalinya. 

Hans mengusap air mata Kivandra dengan ibu jarinya. Dia paham bahwa anaknya belum terbiasa dengan pengkhianatan karena masih baru lahir di dunia. Berbeda dengan Hans yang sudah berkali-kali merasa sakit hati karena pengkhianatan. 

"Kivan, dunia itu nggak hanya berisi orang-orang baik. Kivan harus siap kalau sewaktu-waktu dikalahkan karena kejahatan," ucap Hans. Dia sendiri juga kesal setengah mati, tapi apa boleh buat, Hans tak memiliki banyak kuasa seperti orang tua Kyle. 

"Tapi Kyle bukan orang jahat," bantah Kivandra. Kyle yang dia kenal memang bukan orang jahat, dia sahabat Kivandra yang sejak dulu menemani Kivandra. 

"Ayah nggak pernah bilang Kyle jahat, Kiv. Tapi, manusia itu serakah. Manusia bisa melakukan segala cara untuk mendapat apa yang mereka mau. Contohnya seperti Kivan yang memperjuangkan menjadi penyanyi. Sayangnya, ada cara lain selain berjuang dengan tenaga," tutur Hans. Benar, semua orang memiliki cara masing-masing untuk meraih tujuannya, termasuk jalur kekayaan. 

"Kivan, ayah yakin suatu hari nanti Kivan bisa menjadi penyanyi terkenal. Tapi, nggak sekarang ya, Nak." Hans berkata 'tidak sekarang' karena Kivandra memang sudah kalah. 

Kivandra menunduk, dia menggeleng pelan. "Percuma, Yah. Kalau hari ini Kivan kalah karena uang, besok pasti Kivan akan kalah oleh sebab yang sama. Kivan menyerah saja, Yah." 

Hari itu adalah patah hati terbesar seorang Kivandra karena mimpinya dipatahkan oleh kenyataan. Ada sebuah pepatah mengatakan, jangan takut bermimpi, tapi hari ini semesta membuktikan pada bocah berumur 11 tahun bahwa bermimpi itu menyeramkan. Kivandra tidak siap kalah karena uang, sayangnya ketidaksiapan itu bukan sebuah alasan untuk orang di luar sana berhenti mengalahkannya.  

-o0o-

Sejak mengejar mimpi menjadi penyanyi, Kivandra mengesampingkan sekolahnya. Namun, mulai hari ini dia kembali memprioritaskan sekolah ketimbang mimpinya. Dulu Kivandra pikir sekolah adalah hal membosankan, tapi sekarang dia kembali ke sekolah dengan membawa nama sebagai penyanyi cilik yang dibanggakan para guru. Kivandra memang bukan penyanyi sukses terkenal di negeri ini, tapi kabar bahwa dia merupakan seorang penyanyi telah didengar seluruh warga sekolah. Meski tak bisa merasakan menjadi bintang ternama, Kivandra sudah cukup merasakan bagaimana menjadi bintang sekolah. 

Hari ini kantin sedang ramai karena ada Kivandra. Semua orang nampak membicarakan Kivandra karena prestasi yang diraih. Semuanya telah mengetahui pengumuman resmi di akun Melody Entertainment tentang Kivandra yang lolos dan akan direkrut menjadi talent. Namun, mereka belum mengetahui kabar terbaru dimana posisi Kivandra telah digeser oleh sahabatnya sendiri. 

"Kivan! Selamat ya, semoga sukses jadi penyanyi!" ucap seorang pria bernama Bagas. 

"Kivan keren banget udah ngalahin ratusan orang!" imbuh temannya. 

"Nanti kalo udah jadi penyanyi sukses jangan lupain kita, ya!" Begitu kata orang-orang yang menyemangatinya. Kivandra rasanya ingin menangis. Dia sangat malu untuk mengaku bahwa posisi itu telah diambil orang lain.

"Kiv! Nanti jangan sombong ya!" Kali ini Kivandra menoleh, menatap teman-temannya dengan mata memerah menahan tangis.

Saat Kivandra menyapu pandang, kebetulan sekali seseorang baru saja masuk di area kantin. Sahabat yang sejak minggu lalu membuat Kivandra uring-uringan. Dengan tidak tahu malu dia masih menampakkan wajah di depan Kivandra.

"Aku kalah karena uang," ucap Kivandra. Tangannya mengepal kuat menahan emosi hingga kuku jarinya memutih.

"Aku kalah karena dia!" teriak Kivandra sambil menunjuk Kyle yang baru saja datang. Suasana kantin mendadak hening, dia tak bisa mengontrol emosinya.

"Seharusnya aku yang menang! Tapi dia malah bayar biar jadi pemenang! Dia curang! Dia kubur mimpiku!" bentak Kivandra.

Kini semua mata tertuju pada seseorang yang ditunjuk Kivandra. Dia Xabiru Kyle Alsaki, sama terkenalnya dengan Kivandra, semua orang mengenal siapa itu Kyle.

"Kamu nyogok, Kyle?" sahut seorang siswi dengan berani.

"Enggak! Aku nggak nyogok! Itu karena perusahaan yang keliru nunjuk pemenang!" bantah Kyle.

"Kamu nggak bisa bohong, Kyle! Sekarang semua orang sudah tahu! Semua orang bakal benci kamu! Kehadiranmu nggak akan diharapkan! Karena kamu emang nggak pantas!" teriak Kivandra.

Setelah mengatakan itu, dia berlari meninggalkan kantin. Suasana kantin bertambah runyam, seiring orang-orang membicarakannya. Tak peduli dengan air mata yang terus menetes, bahkan Kivandra sendiri menganggap dirinya gila. Ada rasa penyesalan karena mempermalukan Kyle, tapi ada sedikit dendam karena Kyle benar-benar menghancurkan mimpi yang sejak dulu telah dibangun.

Alunan Sajak XabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang