29. Sajak-sajak Xabiru

92 31 11
                                    

Lambat laun aku sudah terbiasa hidup tanpa suara, menikmati sepi yang dulu kuanggap menakutkan

-o0o-

Biarkan mereka menyelesaikan pertikaiannya, begitu kata Nala. Kivandra kembali ke ruang band masih dengan tatapan penuh amarah. Dia duduk tepat di bawah AC guna menetralkan kepalanya. Mendinginkan otak yang tadi mengebul karena emosi berlebihan.

"Gue keluar dari Galaksi." Sena beranjak dari duduk, lalu menampar wajah Kivandra.

Suara nyaring terdengar jelas mengisi keheningan ruangan.

"Fusena!" bentak Nala. Dia ada di antara rasa terkejut dan marah, tapi bukan kekerasan yang bisa menjadi solusi permasalahan ini.

"Lo kaptennya, bego!" bentak Sena. Tiba-tiba saja tangisnya berubah menjadi emosi berlebih.

"Gue gak sudi ada manusia kayak dia di tim kita!" ujar Kivandra terkhusus pada Magenta.

"Apa?! Mau mukul?! SINI PUKUL!" teriak Kivandra sambil menepuk-nepuk pipinya.

"Dia salah apa, sampai lo kesetanan kayak gini?" tanya Magenta penuh penekanan.

"Kesalahan dia adalah hidup di dunia!" balas Kivandra.

"Kalau lo marah karena dia cacat. Lo monster, Kiv," ucap Magenta penuh kekecewaan.

Magenta menatap satu persatu temannya. Tatapan terakhirnya tertuju pada Sena. Harusnya hari ini Magenta mengajak Sena berbahagia untuk membuat memori indah. Tapi Kivandra telah mengacaukannya.

"Gue balik dulu. Besok gue antar lo ke bandara," tutur Magenta.

Gadis itu berjalan hendak meninggalkan ruangan.

"Kenapa lo gak pernah lihat gue, Gen? Kenapa lo lebih milih Kyle yang notabenenya orang baru? Padahal gue selalu di samping lo sejak lama," ucap Kivandra. Langkah Magenta terhenti, dia enggan menoleh tapi masih mendengarkan.

"Lo tanya kenapa gue kesetanan gini? Jawabannya karena lo, Magenta. Gue suka sama lo, sejak kita pertama kali Galaksi berdiri. Sejak lo bilang kalau dunia itu kadang suka bercanda, jadi ketawa aja, sejak lo kasih gue solusi-solusi yang bikin gue lebih tenang,"

"Gue pernah benci band, gue pernah benci nyanyi. Sialnya gue kepilih secara random buat jadi perwakilan paduan suara. Tapi, sejak kenal lo, sejak lo cerita seberapa berartinya musik, gue kembali ke dunia musik yang pernah gue takuti,"

"Lo tahu, Magenta? Gue selalu spam chat kak Laskar biar dia ingat harus buka pesan dari lo. Gue selalu ada, kenapa liat yang lain?" kini nada bicara Kivandra semakin pelan.

"Setiap kali lo ngomong butuh sesuatu, gue selalu berusaha penuhi itu. Tapi, itu nggak cukup, Gen?" tanya Kivandra. Tiba-tiba saja matanya berkaca-kaca. Padahal Kivandra paling anti menangis.

Magenta menoleh pada Kivandra. Magenta hanya menatapnya, bingung mau bercerita soal apa. Nyatanya, dia sendiri tak tahu harus mengeluarkan pernyataan seperti apa. Kivandra mengungkapkan rasa, sayangnya hati Magenta sudah dikunci. Hanya Biru pemilik kunci itu.

Setelah saling menatap, Magenta memutus kontak mata, lalu pergi begitu saja. Keadaan ini terlalu rumit, hingga membuat kepala Magenta terasa pening.

"Kenapa harus Kyle? Dari sekian banyaknya cowok, kenapa harus manusia paling gue benci yang lo suka?" gumam Kivandra.

Semuanya seperti puzzle, beberapa persen lagi, bongkahan itu akan menyatu sempurna.

-o0o-

Pulang dari sekolah, pikiran Magenta hanya tertuju pada Biru. Pipi pria itu memar, membuat Magenta meringis ikut merasa sakit. Pasti ulah Kivandra, Magenta sendiri masih bingung tentang Kivandra. Kenapa dia sangat membenci Biru, seakan Biru adalah pembunuh yang pantas dibenci sedalam itu. Ini masih tentang Kivandra, Magenta juga bingung ada apa dengan kepalanya hingga memikirkan ungkapan suka dari Kivandra.

Alunan Sajak XabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang