41. Menyambut Kedatangan (TAMAT)

98 21 12
                                    

Perihal segala cerita yang telah usai, terima kasih karena pernah hadir dan memberi bekas abadi tentang catatan kehidupan untuk waktu yang lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perihal segala cerita yang telah usai, terima kasih karena pernah hadir dan memberi bekas abadi tentang catatan kehidupan untuk waktu yang lama

-o0o-

Pesawat melesat pergi, meninggalkan Magenta dan Kivandra di bandara. Hari ini adalah hari perpisahan. Tentang terhentinya kisah dua insan yang pernah saling meramu cinta. Namanya Arshavina Haira Magenta dan Xabiru Kyle Alsaki. Keduanya adalah sosok tak sempurna dengan permasalahan masing-masing.

Biru menitipkan pesan supaya tetap mengenang namanya. Sebuah memori yang tak hanya diingat karena cinta, tapi tentang catatan kehidupan. Biru itu istimewa, bahkan Magenta memberi cintanya penuh tanpa bantahan. Hanya saja, waktu tak sempurna membuat mereka berada diujung perpisahan, yang pada akhirnya memilih menempuh jalan masing-masing. Biru akan menemani Bunda selamanya dan Magenta akan mencari kebahagiaan dengan mencari ketenangan abadi.

"Mau makan dulu?" tanya Kivandra sambil mengusap pelan bahu Magenta.

Magenta tak henti menangis. Rasanya begitu sesak karena kembali bertemu oleh 'selamat tinggal'. Mereka berpisah dengan cara baik, tidak menuai luka karena konflik. Namun, perpisahan tetap menyakitkan. Ditambah lagi Biru berjanji pergi tanpa meninggalkan kontak untuk tetap terhubung. Biru benar-benar memulai segala yang baru.

"Kiv, sakit banget," ucap Magenta dengan isak tangisnya.

"Perpisahan emang sakit, Gen. Tapi, namanya dinamika kehidupan gak bisa berubah. Yang pergi akan tetap pergi dan yang datang akan tetap datang." Begitu kata Kivandra.

Magenta mengangguk setuju. Biarkan Biru tinggal di Australia untuk memperjuangkan kesembuhan Bunda. Itu adalah nyawa Biru yang harus diperjuangkan. Biru sudah menemukan titik bahagianya, dimana hidup bersama Bunda sudah lebih dari cukup untuk bekal bertahan hidup. Kini, sisa Magenta yang harus mencari zona nyaman dan cara bahagia.

"Lo pengen sendiri dulu? Kalau gitu gue pergi aja gak pa-pa, ntar kita ketemuan di toko ayam depan," ucap Kivandra yang sudah bersiap meninggalkan Magenta. Namun, Magenta menahan pergelangan tangannya. Dia menggeleng pelan lalu menatap mata Kivandra.

"Kivi, tolong ajari bagaimana menyambut yang datang," ucap Magenta dengan tatapan memohon.

Magenta yang kemarin menolaknya dengan segala alasan, kini bertanya tentang bagaimana cara menyambut yang datang. Magenta yang kemarin membencinya, kini menatapnya dengan sorot mata teduh. Magenta yang kemarin membentaknya, kini bertanya padanya. Dia adalah Magenta yang Kivandra kenal saat pertama kali bertemu, dengan tatapan menerima yang sekarang bisa dilihatnya lagi.

"Jangan bertanya bagaimana cara menyambut yang datang, tapi tolong terima saja yang datang dengan ikhlas. Urusan sambutan atau nyaman berada di dekatnya, biarkan waktu yang akan menjawab. Hati itu nggak bisa dipaksa, jadi nikmati prosesnya. Kalau suatu hari nanti yang datang malah membawa kesedihan, maka boleh ditinggalkan dengan cara baik." Magenta mendengarkan bagaimana alunan lembut Kivandra terucap. Dengan senyum semanis madu, Kivandra membalas tatapan lekat mata Magenta.

Alunan Sajak XabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang