"Biru, terima kasih untuk segala cerita indah dan waktu berharganya"
MAGENTA
"Dan Magenta, terima kasih atas rasa cintanya pada pria yang tak pernah dianggap ada"
BIRU
-o0o-
Magenta hanya diam mendengar bagaimana Biru mengenang masa lalunya. Segala yang diucap Biru menghangatkan hati Magenta. Bagaimana bisa seorang penyanyi memilih untuk menjadi bisu supaya mengobati rasa sakit akibat trauma? Jika itu adalah Magenta, maka dia tak akan sanggup hidup.
"Biru, bagaimana cara hidup saat hal yang kamu anggap semesta sudah direbut paksa?" tanya Magenta dengan mata berkaca-kaca.
"Tentang musik, ya?" tanya Biru sambil tersenyum tipis.
"Musik memang semestaku, Magenta. Tapi, aku masih bisa hidup tanpa musik," imbuhnya.
Magenta menatap nanar pada Biru. Dia tak pernah membayangkan berada di posisi Biru. Pasti terasa sesak karena tak bisa melakukan yang diinginkan. Juga, terasa sangat sakit jika mengasingkan pada orang-orang yang dicintainya. Parahnya lagi itu bukan karena ingin, tapi karena dipaksa oleh keadaan. Kalimat paling mudah untuk mendefinisikan posisi Biru adalah, pergi tapi menahan rindu, atau datang malah akan menambah luka.
"Jika musik adalah semestaku, maka Bunda adalah nyawaku. Tidak masalah jika aku kehilangan semesta, asal Bunda tetap ada. Setiap detik aku menyayangi Bunda. Sialnya, setiap detik juga aku merasa sakit di masa lalu akan kembali datang," tutur Biru. Dia menggenggam pergelangan tangan bunda dengan penuh kasih.
"Aku selalu mencintai Bunda dengan cara yang tak pernah diuntaikan oleh lisan. Melalui mawar-mawar yang tak henti diberikan. Dengan secarik kertas penuh cinta dan harapan," imbuhnya lagi. Rasa cinta Biru pada Bunda tak akan pernah berhenti. Diikuti oleh dosa-dosa yang membuatnya ingin segera membayar semua supaya cepat berlalu.
"Apa maksud semesta dan nyawa?" tanya Magenta tak paham.
"Aku masih bisa bernyanyi, tapi hanya dihari Minggu dengan melakukan di siaran media sosial tanpa memperlihatkan identitas. Aku masih ingat bagaimana suaraku adalah petaka, namun berhenti bernyanyi pun tak bisa menebus dosa-dosa itu. Aku juga senantiasa mengingat bagaimana ayah berkata 'Suaramu indah, Kyle. Kamu bisa menyembuhkan seseorang dari keistimewaan itu', hingga aku sadar bahwa aku bisa menebus sedikit dosaku dengan bernyanyi,"
"Melodi, orang yang kamu idolakan adalah aku. Semesta akan selalu ada 'kan? Sama seperti suaraku yang akan selalu ada. Meski bersembunyi di balik koral dasar samudera supaya tidak didengar Bunda, tapi alunan itu akan tetap ada. Namun, tidak untuk nyawa. Aku telah melabeli Bunda sebagai nyawaku, jadi akan aku pertahankan segalanya termasuk jiwaku supaya tetap hidup," ucap Biru. Air matanya menetes tanpa di sengaja. Biru menatap Magenta dengan seutas senyum tipis yang dibalut oleh tetes air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alunan Sajak Xabiru
Teen Fiction"Katanya setiap manusia berhak mendapat kesempatan yang sama. Tapi, mengapa aku tidak?" Tulis Biru dalam selembar buku catatannya. ----- Magenta adalah sosok tuan putri yang dianugerahi kebahagiaan sebelum Mama berkhianat pada keluarga. Di umurnya...