33. Kedatangan Papa

91 29 16
                                    

Jangan terlalu lama berteman dengan sepi, di luar masih ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan terlalu lama berteman dengan sepi, di luar masih ramai

-o0o-

Ruangan gelap dan pengap, Magenta tidur di pojok ruangan ditemani sepi. Dia bangun dengan sakit kepala luar biasa. Magenta diam sejenak, mengamati setiap inci ruangan ini. Tiba-tiba saja dia mendengar suara tangis, entah bersumber dari mana. Bukannya takut, Magenta malah merasa sesak luar biasa di lubuk hatinya. Seperti ada rasa tercekat atas tembok tak kasat mata yang entah di mana letaknya. 

"Apa yang bikin kamu nangis, Nak?" ucap seorang pria tanpa wujud. Mendengarnya membuat tubuh Magenta menegang. Suara itu adalah suara yang dirindukan sekian waktu lamanya. 

"Papa di sini?" tanya Magenta kebingungan. 

"Papa di mana? Magenta kangen," tanyanya lagi, kini dia sedikit bersemangat.  Magenta ingin berdiri mencari keberadaan Papa, tapi tidak nampak wujudnya. 

"Kenapa kamu menangis?" kini Papa balik bertanya.

"Magenta nggak nangis, Pa," jawab Magenta. Papa pasti salah dengar. Yang sekarang sedang meraung ini bukan berasal dari bibir Magenta, tapi dari sisi yang entah di mana. 

"Itu jeritan hatimu, Nak. Kamu bisa menahan wajah untuk tidak menangis, tapi kamu selalu gagal menjaga hati untuk berhenti sedih," tutur Papa.  Rasanya semakin sakit. Hatinya dihantam kuat oleh batu bata hingga membuat Magenta kesulitan bernapas. Sesak sekali rasanya.  

"Alunan nada itu adalah jeritan hati kamu yang tertahan. Rasanya sakit 'kan?" ucap Papa. Kini Magenta menangis. Mengeluarkan segala sisa kekesalannya pada air mata. 

"Magenta menyesal, Pa. Magenta hancurin masa depan Kakak. Papa pasti benci banget sama Magenta," ungkap Magenta terbata-bata. Jika bisa memilih, Magenta akan menghancurkan hidupnya sendiri daripada menghancurkan masa depan Laskar. 

"Jangan terlalu lama berteman dengan sepi, di luar masih ramai." 

Ungkapan itu disusul oleh kepala Magenta yang hampir meledak karena pusing. Dia merasakan nyeri luar biasa di kepalanya. Tiba-tiba saja pandangan Magenta kabur, dia berteriak karena kesakitan. Alam bawah sadarnya menghilang, tergantikan oleh bayangan-bayangan pekat.

"MAGENTA!" Teriakan itu membuat Magenta tersentak kaget. Magenta membuka mata dan hal pertama yang dia lihat adalah Kivandra. 

"NGAKU LO SIAPA?!" teriak Bire yang tiba-tiba histeris. 

"Om gue dukun ya! Jangan berani-berani lo sama gue!" imbuh Nala. 

"DIEM! Anaknya baru sadar jangan dibacotin!" bentak Kivandra. 

"Kiv, biasanya kalo orang tidur di kuburan tuh kesurupan. Takutnya Magenta kesurupan," balas Nala. 

"Kesurupan matamu, Njing! Kasih minum cepetan! Badannya hangat," panik Kivandra diselingi emosi. 

Alunan Sajak XabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang