Besoknya setelah kejadian morgan mengajakku berpacaran, dia menghubungiku pagi - pagi buta jam 06.00. dia mengajakku kerumahnya, supir akan menjemputku pukul 08.00, aku segera mandi dan berganti pakaian, ku buka isi lemari mencari pakaian yang cocok untuk aku pakai bertemu dengannya. Kupakai stelan warna merah maroon, setelah selesai aku segera keluar rumah menghampiri supir morgan yang sedari tadi sudah menungguku diluar.
Sesampainya di rumah morgan.
Aku masuk kedalam ruang tamu yang sangat luas dan megah, ku duduk di sofa yg begitu lebar dan nyaman, sambil menunggu morgan datang.Ku pandangi sekeliling, sepi tak ada orang. Dan tak ada poto satu pun terpajang didinding. Semua hanya sebuah lukisan yang sangat banyak bergantungan di dinding, pasti harganya mahal sekali pikirku sambil melirik kesalah satu lukisan yang aga rumit dari yang lain.
Ku berdiri dari sofa dan ku hampiri lukisan itu tepat di samping jendela. Lukisan apa ini ya pikirannku melayang dan tiba tiba saja dari arah belakang ada yang memegang pundakku.
" Itu lukisan temanku tentang diriku, " ujar morgan mengagetkanku.
Aku berbalik memandangnya yang ternyata sudah ada dibelakangku dari tadi.
" Maaf ya aku rasa lukisan ini aga berbeda dari yang lain." Ucapku penasaran.
" Ia itu tentang aku, dia berikan saat aku berulang tahun " ucap morgan memberitahu.
" Pasti yang melukis perempuan ya?" Tebakku.
" Ko tahu? " Seketika morgan bingung aku bisa menebaknya.
" Lukisan itu menjelaskan isi hatinya kepadamu kan," aku melirik kearahnya, dan dia pun memandangku dengan tatapan kagum karena aku bisa menebaknya dengan benar.
" Kamu cerdas," ucap morgan tersenyum.
Aku duduk kembali disofa, morgan duduk disampingku.
" Sudah sarapan?" Tanyanya lagi.
" Sudah kok, kamu?" Ku tanya balik.
" Belum, aku buatkan nasi goreng mau?" Tanya nya lagi padaku.
" Ehmm aku sedikit kenyang," ucapku menyesali.
" Gapapa aku buatkan sekalian, kamu cicipi ya. " Paksa nya. Aku hanya mengangguk tanda setuju.
Morgan mengajakku ke dapur, aku duduk diruang makan. Sedang morgan sibuk masak. Aku memperhatikannya memotong bahan dan memasukan nasi kedalam penggorengan lalu mengaduknya. Dia pintar memasak. sungguh sempurna lelaki ini. Batinku berbicara.
Sepiring nasi goreng sudah ada dihadapanku.
Wangi nya enak, sepertinya mulutku tidak bisa menolak nasi goreng buatannya. Langsung ku cicipi dan benar saja rasanya benar - benar enak. Aku suka." Kamu pintar masak juga ya," ucapku kagum.
Dia hanya tersenyum dan segera menghabiskan nasi goreng dipiringnya.
Waktu menunjukkan pukul 10.00
Aku masih mengobrol dengannya diteras kamar.
Dia mengajakku kesana. Pemandangannya indah aku suka.
Ditengah pembicaraan aku bertanya padanya." Aku harus manggil kamu apa ya, mas, pak, atau nama" tanyaku padanya serius.
Yang ditanya malah tertawa, senyumnya semakin menawan.
" Apa saja yang penting bukan ayah ya, hahha" dia tertawa. Dan aku ikut tertawa.
" Aku panggil mas ya, gapapa?" Tanyaku kembali.
" Gapapa, bebas." Ucapnya santai.
Aku merasa tidak enak harus memanggilnya nama, sedangkan usia kita terpaut 12 tahun.
Aku diam -diam memandangnya, aku masih tidak percaya diri, lelaki disampingku ini adalah pacarku.Wajahnya sudah bersih dari kumis dan janggut, sepertinya ia segera mencukurnya aga terkesan rapi dan muda. Bagaimanapun morgan, dia selalu tetap terlihat tampan.
Ya Allah sepertinya aku semakin jatuh cinta padanya.
Jantungku berdegup kencang, ku palingkan wajahku untuk tidak memperhatikannya.
Ya allah hampir saja aku lupa, sepertinya aku harus bertanya padanya tentang keyakinannya, aku harus tahu agama apa yang dia anut. Sepertinya aku tidak melihat tanda keislaman dirumah ini.
" Mas.." Panggilku ragu.
" Ya.." ucapnya melirik kearahku.
" Aku boleh bertanya tentang agama yang kamu anut kan?" Tanyaku lagi ragu.
Sepertinya raut wajahnya seketika berubah jadi lebih serius.
" Aku .. beragama islam dari lahir, tapi.." dia menggantung kalimatnya.
Aku agak tenang mendengar agamanya sama denganku.
" Tapi .. kenapa mas? " Tanyaku lagi.
" Sudah lama aku tidak solat," ucapnya dengan raut wajah serius.
" Sejak kapan mas?" Tanyaku semakin penasaran.
Kenapa dia bisa tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang umat muslim." Sejak sibuk berkerja," ucapnya sambil menunduk.
" Tapi mas masih mau solat kan?" Tanyaku lagi padanya.
Dia memandangku, lalu menarikku kedalam dekapannya.
Dia memelukku.aku diam terpaku, tanganku tidak memeluknya. Tetap diposisi yang sama.
Morgan melepas pelukannya, dan membisikkan sesuatu ke telingaku. " Aku ingin menjadi imammu yang rajin solat" ucapnya tegas. Aku terpana mendengarnya." Maksud mas, tanyaku masih bingung"
" Aku ingin menikahimu khei," ucapnya yakin.
Aku masih belum bisa memberikan jawaban, karena sepertinya aku baru mengenalnya. Dan menikah aku masih takut, terlalu dini membicarakan tentang pernikahan.sedangkan kami baru dua hari berpacaran.
" Aku akan menunggu jawabanmu khei, kamu pikirkan saja dulu,tidak usah terburu buru ya," ucapnya sambil tersenyum dan menggenggam tanganku.
" Aku janji akan rajin beribadah mulai detik ini khei," janjinya padaku.
" Syukurlah" ucapku senang mendengarnya.
Kami menghabiskan waktu menonton televisi, dan ketika adzan berkumandang, seperti janjinya padaku dia langsung kekamar mandi berwudhu dan menunaikan solat.
Sebelum dia hendak solat, aku berpamitan pulang. Karena teman kontrakanku ada didepan rumah, mereka lupa membawa kunci.
Supir morgan mengantarku kembali pulang.Jangan lupa bintang nya ⭐

KAMU SEDANG MEMBACA
Morgan {End}
RomansaWah benar lelaki itu tampan sekali ucapku dalam hati. Ku baca nama nya dilayar televisi Morgan prawija. "Khei.... Tidur, jangan nonton televisi nanti sekolahnya kesiangan lagi. Besok kan pertama kamu masuk sma." Teriak ibu dari ruang depan. Ku matik...