[34] Mimpi Ayah

13 1 0
                                    


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Allahuakbar
Subbhanallah
Lailahaillah
Astaghfirullah.

Sebelum baca, kirimkan sholawat kepada Baginda kita dulu.

Allahumma sholli ala sayydina Muhammad, wa ala ali sayydina Muhammad.

Alhamdulilah.

Sebelumnya aku minta maaf ga bisa nepatin janji aku buat end-nya bulan juli, aku bener" ga bisa bagi waktu saat di asrama, bener" padat, aku baru beradaptasi soalnya, so yuk kita menuju end-nya.

Saran aku baca part sebelumnya dlu, tkut kalian lupa alur ><
*emng iya lupa alur

>>>__________<<<

Cahaya matahari pagi menyapa jendela kamar Zayan, ia kini sedang merapikan tempat tidurnya, semalam Zayan benar-benar lelah hingga ia tertidur pulas, tapi untungnya ia masi bisa bangun melaksanakan sholat subuh.

"Laper" batinnya.

Zayan bergerak keluar dari kamarnya, ia mencari sesuatu yang bisa di makan.

"Cari makan?." Gyra yang baru saja masuk kedalam dapur, lantas mendapati sang Kakak yang sedang mencari makanan.

Zayan menoleh, "cari calon." Candanya.

Gyra menggeleng tertawa, "tuh Ainin, kosong." Goda Gyra.

Zayan menahan senyumnnya, ia salting dalam diam.

"Setelah sekian lama, lo akhirnya bisa bercanda juga, mesir bawa perubahan ya?." Sekarang Gyra yang membalikan candaan.

"Zayan."

Gyra dan Zayan menoleh ke sumber suara, itu adalah Wati, ia baru saja keluar dari kamarnya.

"Udah sarapan?." Wati kemudian mendekat kearah Zayan dan Gyra.

Zayan ingin menjawab, tapi Gyra sudah lebih dulu memotongnya, "baru aja tadi ka Zayan nyari makanan." Gyra terkekeh kecil.

Zayan menatap tajam adiknya itu, Wati tersenyum, "ya sudah nanti Mama masak untuk sarapan, oh iya Zay, ada yang perlu mama omongin sama kamu, ayo." Wati kemudian menarik Zayan tanda untuk mengikutinya.

Gyra hanya menatap kepergian Zayan dan ibunya, Wati, ia lalu beralih berjalan keluar.

_________

Zayan menatap dalam sang Ibu, wajah Wati begitu serius menurut Zayan, ini sepertinya hal yang penting untuk di bicarakan.

Wati bergerak mengambil sebuah kertas yang berada di sakunya, ia kemudian menaruhnya di atas meja.

Tatapan Zayan menyelediki kertas itu, itu seperti kertas yang sudah lama. Warnanya sudah pudar, kertasnya sangat kusut.

"Kamu sayang sama ayah kan?." Wati membuka pembicaraan.

Zayan cukup kaget mendengar pertanyaan Wati, "Zayan udah pasti sayanglah, kenapa Mama tanya kaya gitu?." Zayan masi tak habis pikir dengan pertanyaan Wati, sebagai anak pasti menyayangi orang tuanya.

JARAK DAN DOATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang