Penampilan Jarrvis tentu memukau dengan pakaian lapis tiganya. Tapi Chavali tak sempat terpesona karena langsung menarik Jarrvis setelah membuka pintu. Dia refleks melakukan itu karena ingin memberi tahu tamunya terlebih dahulu tentang papanya.
"Ada apa?" tanya Jarrvis heran Chavali.
"Pertama, tolong jangan diambil hati ucapan atau sikap Papa, nanti. Kedua, seperti itulah Papa karena dia terlalu sayang pada saya. Ketiga, jangan pecat saya ya, Pak."
"Pertama, berhenti memanggil saya Pak di luar kantor. Kedua, kamu calon istri saya, jadi tidak mungkin saya memecatmu, kecuali kamu yang ingin berhenti," balas Jarrvis.
Chavali langsung menutup bibirnya rapat. Salah tingkah sendiri oleh pernyataan Jarrvis. Akhirnya, dia pun membawa Jarrvis bertemu kedua orang tua. Tangannya semakin terasa dingin. Apalagi saat melihat Baskoro berhenti membaca majalah dan menengadah menatap ke arah Jarrvis.
"Selamat malam, Om. Apa kabar? Maaf, saya baru bisa datang berkunjung."
"Malam, Jarrvis. Kami semua baik. Bagaimana dengan kedua orang tuamu?"
Kening Chavali bertaut mendapati Jarrvis seolah telah kenal lama dengan papanya. Raut wajah Jarrvis masih sama, kaku walau sempat ada gurat senyum saat menyalami Baskoro. Sementara pemilik rumah terlihat lebih hangat, tapi tetap saja mengeluarkan aura mengerikan, menurut Chavali.
"Kedatangan saya kemari ingin mengajak Chavali makan malam di luar. Tapi sebelum itu, saya ingin meminta restu Om Baskoro agar mengizinkan saya serius menjalin hubungan dengan putri Om, Chavali. Saya ingin segera melamar putri Om, bersama keluarga saya."
"Saya senang dengan niat baikmu. Tapi saya belum bisa tenang melepaskan Chavali sepenuhnya. Apa jaminanmu tidak akan meninggalkan Chavali?"
Chavali melirik Jarrvis yang terlihat tenang, sementara ekspresi perempuan itu jelas mengisyaratkan kegelisahan atas pertanyaan Baskoro. Chavali takut Jarrvis salah menjawab, lalu semuanya gagal. Tak ada lagi hidup yang hanya menghirup udara dan makan.
"Maaf. Melihat masa lalu Chavali, sepertinya janji apa pun yang saya berikan akan sulit untuk meyakinkan. Tapi saya bisa bilang bahwa saya yakin untuk menikahi putri Om, Chavali Elvarette. Karena itu, tolong restui saya."
Mata Chavali berkaca-kaca. Dulu tak seharu ini saat Hanza akan melamarnya. Tak ada permohonan izin dari Hanza pada papanya secara pribadi. Mereka berpacaran, lalu Chavalilah yang mengatakan pada Baskoro bahwa Hanza akan datang bersama keluarganya untuk melamar. Jadi, orang tua Hanzalah yang melamarnya.
Tak terasa, air mata Chavali menetes tanpa ada isakan tangis. Mengalir begitu saja tanpa bisa dicegah.
Tanpa pernah berharap, bahkan tak pernah ada di pikiran, sebuah peristiwa telah terjadi. Jarrvis Dash melamar langsung pada orang tuanya. Lalu, Baskoro yang dingin itu terlihat jelas oleh Chavali, juga terharu. Suasana yang kaku telah mencair, menyisakan suasana haru nan sendu.
***
"Makasih ya, Pak," ucap Chavali, setelah akhirnya mereka makan malam di sebuah restoran.
"Ya."
"Apa Pak Jarrvis sudah tahu tentang masa lalu saya yang gagal menikah?"
"Kamu sudah mengatakan hal itu berkali-kali."
"Apa Pak Jarrvis tahu yang sebenarnya terjadi?"
"Untuk apa? Jika hal itu bisa memengaruhi masa depan kita, silakan diceritakan."
"Semua orang tahunya, sayalah yang membuat pernikahan kami gagal. Memang saya yang membatalkan. Tapi dialah yang membuat saya mengambil keputusan sulit itu. Dia mengkhianati saya. Tapi saya tak mau semua orang tahu. Biar saya saja yang tahu. Karena itu, Papa marah besar pada saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Office Romance
RomanceChavali adalah perempuan berusia 28 tahun. Meski sudah lebih seperempat abad, ia terlihat tidak tertarik dengan kehidupan percintaan dan lain-lain. Yang ia jalani hanya bekerja, bekerja, dan bekerja. Hal ini tentu membuat Mila, sahabatnya, ikut gere...