Marah lagi. Jarrvis masih diam pada posisinya. Bingung dalam menghadapi Chavali. Tanya lalu menyimpulkan sendiri, padahal dia belum menjawabnya.
Tak pernah memiliki pacar saja sudah membuat Chavali sering marah, bagaimana jika punya banyak mantan pacar. Mungkin tiap detik dia harus mencari cara melukuhkan hati istrinya.
Jarrvis mengikuti Chavali ke dalam kamar. Di sana, Chavali sedang meringkuk di atas kasur. Jarrvis pun melangkah lebar mendekati Chavali.
"Chav..."
"Hmm..."
"Marah?"
"Nggak, cuma ngantuk."
Jarrvis melirik jam di dinding, menunjukkan pukul 10 lebih 45 menit. Termasuk masih pagi untuk hari libur.
"Masa udah ngantuk lagi?"
"Aku mau tidur seharian. Kalau bisa sampai Senin," balas Chavali.
"Memang nggak lapar?"
Chavali yang sempat ingin mengabaikan karena ingin merenung sendiri jadi gemas oleh pertanyaan Jarrvis. Seolah Jarrvis tak merasa bersalah sedikit pun, bertanya sesantai itu.
"Kalau lapar, nanti aku makan."
"Terus kalau aku yang lapar bagaimana?" tanya Jarrvis.
"Nanti aku masakin," jawab Chavali tanpa mengubah posisinya.
"Jadi mau tidur beneran?"
"Iya."
"Ya, sudah. Aku ke ruang kerja, ya?"
"Ya."
Setelah mencium pipi Chavali, Jarrvis keluar meninggalkan bunyi pintu ditutup. Chavali menggertakkan giginya. Harus sesabar apalagi dia dalam menghadapi Jarrvis? Bagaimana bisa, ada pria setidak peka itu?
Chavali meraih ponselnya dan mengirimkan pesan pada Damar. Dia perlu bekerja sama demi menemukan masa lalu Jarrvis yang tak jelas. Jika bertanya langsung, yang ada dia mendapatkan jawaban yang tak jelas, membuatnya melambung tapi berakhir dengan dilempar ke jurang.
Setelah memasak untuk makan siang, Chavali pun pergi bertemu Damar tanpa sepengetahuan Jarrvis. Dia hanya mengatakan akan bertemu teman, dan Jarrvis memberinya izin semudah itu. Padahal, sebenarnya Chavali berharap Jarrvis bertanya lebih detail. Walaupun akan menyusahkan, tapi dia akan merasa diperhatikan.
Chavali dan Damar bertemu di salah satu kafe yang tak jauh dari apartemennya. Kafe yang mengambil konsep foodtruck. Di mana pengunjung seolah memasuki bus, dan di ruang no smoking mengambil konsep halte dengan warna cerah.
"Maaf, sudah lama nunggu, Pak?" tanya Chavali.
"Nggak. Aku juga baru sampai. Jangan panggil Pak, ingat."
"Maaf. Sudah terbiasa."
"It's ok. Jadi, bagaimana? Apa yang bisa aku bantu?"
"Aku ingin info tentang Hiva. Apa bisa membantuku mencarikan?"
"Gampang. Ada lagi?"
"Kalau Diva, apa kamu kenal?"
"Diva? Siapa dia?"
Chavali mendesah menyenderkan punggungnya. "Diva itu cinta pertama Jarrvis."
"Jadi Jarrvis pernah jatuh cinta? Kupikir dia berhati batu."
Chavali menyerahkan surat yang sudah diremas pada Damar. Berharap lelaki itu bisa membantunya memecahkan masa lalu Jarrvis.
"Ah, perempuan itu berulah lagi. Kuharap kamu tidak memercayainya."
![](https://img.wattpad.com/cover/346760655-288-k395993.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Office Romance
RomanceChavali adalah perempuan berusia 28 tahun. Meski sudah lebih seperempat abad, ia terlihat tidak tertarik dengan kehidupan percintaan dan lain-lain. Yang ia jalani hanya bekerja, bekerja, dan bekerja. Hal ini tentu membuat Mila, sahabatnya, ikut gere...