16

3.9K 398 14
                                    

Makan dengan suasana canggung setelah adegan menangis sambil memeluk rasanya mendadak kenyang. Tapi kalau tak dihabiskan, sayang membuang makanan. Chavali mengangkat kepalanya, memperhatikan Jarrvis yang hanya meminum kopi.

"Mas nggak makan? Yakin?"

"Habiskan kamu saja."

"Saya kenyang," ucap Chavali.

Jarrvis mengambil alih piring di hadapan Chavali tanpa bicara, lalu memakan dan menghabiskannya. Chavali melongo, tanpa basa-basi Jarrvis menghabiskan makanannya. Lebih tepatnya, sisa makanan.

"Kenapa? Kamu masih lapar?"

"Bukan, tapi itu kan makanan sisa."

"Sayang kalau dibuang. Lagian, sisa makananmu bukan sisa orang lain. Mau pulang sekarang?"

...

"Ada apa?" tanya Jarrvis lagi karena Chavali masih menatapnya.

"Masih boleh di sini?" tanya balik Chavali.

"Boleh. Tapi saya tinggal sebentar."

"Mas mau ke mana?"

"Mau ngecek pekerjaan sebentar."

"Malam-malam kerja?"

"Sebentar."

Chavali menahan Jarrvis yang hendak bangkit. Meraih pergelangan tangan pria itu agar kembali duduk.

"Mas di sini saja sebentar, setelah itu saya pulang."

Kembali duduk, Jarrvis hanya diam, sementara Chavali salah tingkah sendiri. Sudah meminta duduk, tapi dia sendiri tidak berani membuka pembicaraan.

"Ya, sudah. Saya pulang sekarang aja, Mas."

"Kalau kamu masih mau di sini, silakan. Saya temani di sini. Mau nonton?" Jarrvis menyalakan TV besar di depan mereka. "Mau nonton apa? Pilih sendiri saja." Jarrvis menyerahkan remotnya.

Menerima remot TV, Chavali juga tidak tahu ingin nonton apa. Bahkan, dia sudah mengganti berulang kali channel TV, tapi tak ada yang bagus di matanya. Hanya Jarrvis yang menjadi objek bagusnya malam ini.

Akhirnya, layar TV berhenti di salah satu channel. Bukan karena Chavali suka, tapi daripada terlihat aneh di mata pemilik apartemen.

Acara tentang polisi dan detektif yang mencari pembunuh berantai, nyatanya justru membuat Chavali menguap berulang kali. Bosan, karena sebenarnya, Chavali hanya ingin lebih lama pberdua bersama Jarrvis. Berdua yang serasa sendirian, Jarrvis dengan tampang super kaku melihat ke arah layar, tanpa menoleh padanya sedikit pun. Tapi membuatnya merasa nyaman dibanding sendirian di kamar.

***

Jam di dinding kamar menunjukkan pukul 2 dini hari. Chavali meregangkan ototnya. Dia merasa haus dan ingin minum teh dingin. Tapi saat membuka mata, dia bingung, karena bukan berada di kamarnya. Kamar itu terlalu lebar dan terkesan maskulin. Chavali melihat pakaiannya, lengkap. Lalu melihat sekitar, tidak ada siapa-siapa.

Dengan langkah jinjit, Chavali keluar kamar dan akhirnya tahu, di mana dia sekarang. Masih di apartemen Jarrvis. Tapi bosnya itu tidak tampak sejauh mata memandang. Chavali mencarinya, melihat ke setiap ruangan.

"Mas..."

"Mas... kamu di mana?" panggil Chavali lagi.

"Astaga!"

"Kenapa bangun?" Jarrvis muncul dari ruangan sebelah dan mengagetkannya.

"Ada apa?"

"Kenapa saya tidur di sini?"

Office RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang