Jarrvis melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Dia masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi padanya. Untuk pertama kali dia melakukannya dan benaknya bertanya-tanya, apakah Chavali menyesalinya atau tidak. Tapi melihat reaksi Chavali yang manis pagi ini, Jarrvis sedikit tenang.
Setiap mengingat adegan semalam, dia menginginkan lagi dan hanya dengan Chavali. Setiap melihat istrinya itu, peristiwa bersejarah bagi hidupnya teringat dengan jelas.
Bisa dibayangkan, apa yang ada di pikiran Jarrvis saat melihat Chavali memasak sambil bersenandung. Jarrvis menahan diri dan memilih segera mandi.
Jarrvis mengembuskan napas panjang sebelum kelur kamar mandi dan siap berinterksi dengan istrinya. Tapi Chavali tak ada di mana-mana. Dia malah melihat secarik kertas di bawah ponselnya.
Mas, saya di taman. Cari udara segar.
Susulin, kalau udah selesai mandi.Istrimu
Bibir Jarrvis melebar tersenyum melihat kata istrimu. Dia teringat kartu ucapan yang dia kirimkan pada Damar. Kepala sekretarisnya itu tertawa lebar karena dia menuliskan kata your husband pada secarik kertas pesan.
Hidup berjalan ke depan, maka bagaimana dia berusaha menyamankan diri dan menyamankan istrinya. Mereka akan hidup bersama seumur hidup, jadi tak mungkin hubungan mereka hanya stuck, seperti atasan dengan bawahan, sementara Chavali adalah istrinya yang sah. Dia akui, Chavali telah mengambil perhatian dan degup jantungnya.
Jarrvis pun segera menyusul Chavali ke taman. Di sana, dia melihat Chavali duduk dengan sinar mentari pagi yang menyinari. Pagi ini cerah seperti suasana hatinya. Jarrvis tak langsung mendekati Chavali, melainkan mengamatinya dahulu.
Chavali dengan pakaian berwarna pastel duduk menggoyangkan kaki berulang kali, terlihat cantik di mata Jarrvis. Dia memang sudah beberapa kali melihat Chavali tak memakai pakaian kantor, tapi Jarrvis masih saja terpesona.
"Mas..." panggil Chavali seraya melambaikan tangan.
"Sedang apa di sini?"
"Lihat ikan koi. Mas tahu, nggak?"
"Apa?"
"Saya mau seperti ikan koi."
"Kenapa?"
"Karena berumur panjang, jadi bisa nemenin Mas seumur hidup."
Jarrvis mengusap puncak kepala Chavali.
"Mas nggak suka?"
"Suka. Kalau gitu, saya juga mau jadi seperti ikan koi, biar bisa bersamamu lebih lama dari siapa pun."
Pipi Chavali merona tiba-tiba. Dia mengulum senyum, kode yang dia lempar mendapatkan hasil. Tinggal dia bertanya tentang Hiva.
"Mas..."
"Ya?"
"Nggak jadi."
"Kenapa nggak jadi?"
"Lupa."
Sebenarnya, Chavali bukan lupa, tapi memilih menunggu Jarrvis menjelaskan sendiri padanya. Jika Jarrvis menceritakan tentang Hiva padanya tanpa perlu ditanya, berarti Jarrvis tak hanya menganggapnya teman tidur, tapi teman seumur hidup. Chavali mengambil napas panjang lalu berdiri, menarik Jarrvis untuk mengikutinya.
"Mau ke mana?"
"Jalan saja, sambil bergandengan tangan." Chavali memberikan tangannya dan Jarrvis menggenggamnya.
Tanpa bisa ditahan, Jarrvis mengecup punggung tangan Chavali. Tapi yang dirasakan Chavali bukan bahagia, melainkan sesak di dada. Dia berusaha keras untuk mengalihkan pikirannya dari rasa penasaran tentang Hiva. Dia ingin merasa bahagia bersama Jarrvis, tapi nyatanya tetap, alunan lagu patah hati yang menyelimutinya pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Office Romance
RomanceChavali adalah perempuan berusia 28 tahun. Meski sudah lebih seperempat abad, ia terlihat tidak tertarik dengan kehidupan percintaan dan lain-lain. Yang ia jalani hanya bekerja, bekerja, dan bekerja. Hal ini tentu membuat Mila, sahabatnya, ikut gere...