22

3.4K 342 10
                                    




Hari kedua menjadi pasangan suami istri setelah kejadian memalukan tadi pagi, diisi dengan sarapan dalam kebisuan. Mereka memilih sarapan di restoran hotel walaupun dapat pelayanan antar.

Sebisa mungkin Chavali ingin menghirup udara segar agar pikirannya kembali jernih dan terbebas dari Jarrvis dalam jarak dekat. Makan di restoran pun tak bisa menyembunyikan wajah merahnya yang berusaha bermuka tebal. Kejadian gilanya tak hanya berakhir saat dia lupa membawa ganti baju, tapi juga saat melihat Jarrvis telanjang dada.

Mengingatnya membuat wajah Chavali terus bersemu merah walaupun sudah menepuk-nepuk wajah agar melupakannya. Tapi, tubuh Jarrvis bukan pemandangan yang mudah dilupakan.

Kesadaran Chavali kembali saat Jarrvis memegang pergelangan tangannya, dan mengangkatnya. Ternyata, sejak tadi dia mengiris steak dengan garpu. Jarrvis mengambil alih dan memberikan bagiannya pada istrinya.

"Pakai garpunya saja."

"Ya."

Selepas sarapan, mereka kembali ke apartemen. Chavali kikuk mengikuti Jarrvis dan berhenti mematung di depan pintu kamar.

"Kenapa berdiri di situ?"

"Ini kamar saya?" tanya Chavali.

"Kamar kita."

"Kita?"

"Ya."

"Kita?" ulang Chavali.

"Ya, kita. Pakaianmu semua sudah ada di sini, di sebelah sini."

"Tidak ada kamar lain?" tanya Chavali mengabaikan penjelasan seluk beluk kamarnya.

"Ada, kamar tamu. Kamu istri saya, bukan tamu saya. Jadi di sini kamar kita."

Chavali mengangguk kaku menatap ranjang besar dengan pandangan horor. Lalu menoleh menatap Jarrvis.

"Istirahatlah. Saya di ruang kerja."

"Mas mau kerja?"

"Mau baca buku. Oh ya, boleh saya tanya?"

"Ya?"

"Apa perempuan yang baru bangun tidur suka mengigau dan seperti orang bingung tiap pagi? Maksud saya—"

"Nggak, tadi pagi hanya kaget. Ya, saya kaget."

"Tolong, nanti malam saat tidur, pastikan kamu membuka pakaian dalammu di kamar mandi, kalau tidak ingin saya melakukan sesuatu yang lebih dari melihatmu membuka baju."

Refleks, Chavali menutup dadanya. Tapi Jarrvis melewatinya begitu saja tanpa ada ekspresi tergoda atau apa pun. Tebersit kecewa, ternyata Jarrvis tidak tertarik padanya.

Chavali berjalan lesu ke arah jendela. Menyibakkan tirai hingga sinar matahari siang masuk ke dalam ruangan. Jika Jarrvis menganggapnya istri, berarti dia boleh menggoda suaminya, bukan? Chavali menggelengkan kepalanya cepat, geli sendiri dengan pemikirannya. Ternyata bukan Jarrvis yang mesum, tapi dirinya.

Chavali mendesah lalu mengerutkan kening mengingat perkataan Jarrvis yang memintanya membuka pakaian dalamnya di kamar mandi jika tak ingin sekadar melihat. Itu artinya Jarrvis sudah melihatnya telanjang. Chavali menjerit seketika menyadarinya.

"Ada apa lagi?" tanya Jarrvis yang tergopoh menuju kamar.

"Mas lihat saya telanjang?" tanya Chavali pelan bahkan sangat pelan.

"Iya."

"Jadi, Mas lihat?" Nada suara Chavali meninggi dengan mata melebar.

"Iya."

"Kenapa lihat?" Chavali syok seketika. Dia sudah melupakan apa itu kesopanan dalam berbicara pada bosnya yang kini jadi suaminya.

Ditanya begitu, Jarrvis pun bingung. Jelas saja dia lihat, itu pun langsung membalikkan badan. Tapi Jarrvis belum menemukan cara yang tepat untuk menjelaskan.

Office RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang