Wacana mengikuti Jarrvis ke luar kota gagal. Chavali harus menemui tamu menggantikan Jarrvis dan Damar. Di sinilah dia sekarang, masih di meja kerjanya setelah bertemu tamu dari PT. Darmawangsa. Chavali melirik CCTV, melambaikan tangan di sana seolah Jarrvis melihatnya. Baru sehari ditinggal, rasanya seperti berhari-hari. Chavali mulai merasakan yang namanya rindu.Melihat jam di tangan kirinya menunjukkan pukul 5 sore, Chavali pun bergegas untuk pulang. Saat akan memasukkan ponselnya ke dalam tas, benda putih 5.5 inci itu berdering. Nama Jarrvis terpampang di sana.
"Halo," sapa hangat Chavali.
"Halo. Sudah mau pulang?"
"Iya. Mas sedang apa?"
"Menelepon istri."
"Oh... Kirain nelepon klien, habis nadanya kaku amat. Nggak ada sapaan sayang, gitu?"
"Sapaan sayang? Contohnya?"
"Akan kuberitahu kalau Mas sudah pulang. Ini nih, susahnya punya suami belum pernah pacaran. Apa-apa harus diajarin dulu."
"Kalau aku pernah punya pacar, nanti kamu nggak bisa tidur."
"Kenapa?"
"Karena penasaran."
"Berarti Mas nggak bisa tidur karena penasaran?"
"Nggak."
"Kok, nggak?"
"Laki-laki dan perempuan itu beda. Laki-laki tak suka menyulitkan diri sendiri, sedangkan perempuan, pekerjaan utamanya adalah menyakiti diri sendiri dengan memikirkan hal yang belum tentu terjadi."
"Malah nyindir."
"Ya, sudah. Pulang hati-hati."
"Kok, udah?"
"Kamu mau di kantor sampai malam?" tanya Jarrvis.
"Nggak."
"Ya, sudah. Segera pulang dan istirahat."
"Tapi kangen," ucap Chavali amat lirih, tapi Jarrvis masih bisa mendengarnya.
"Simpan kangennya sampai lusa."
"Baiklah. Hati-hati di sana, Mas. Aku pulang dulu."
"Ya..."
Menunggu ada kata-kata berikutnya, tapi ternyata tak ada. Chavali pun memutuskan sambungan. Walaupun kesal, tapi Chavali sudah terbiasa, jadi dia tetap tersenyum. Dia yakin, Jarrvis akan mencair seiring berjalannya waktu.
Chavali melangkah lebar ingin segera pulang. Merasakan aroma Jarrvis yang tertinggal di kamar. Membayangkannya saja sudah membuat melayang. Chavali tertawa dalam hati, merasa lucu dengan semua yang telah terjadi.
Karena satu keputusan, hidupnya benar-benar berubah. Memang tak seharusnya terus tenggelam dalam masa lalu. Di depan, terkadang ada hal menyenangkan yang menunggu. Seperti saat ini, Chavali berani melangkah dari kenangan dan mendapatkan kebahagiaan baru.
Kebahagiaan berupa sosok Jarrvis yang dulu tak pernah terlintas di pikirannya. Jarrvis hanyalah bos yang berkarisma, tak banyak bicara, tapi Chavali tak tertarik sedikit pun.
Sesampainya di dalam mobil yang telah menunggunya di lobi, Chavali menengadah melihat hujan yang begitu deras. Seolah alam tengah menyuarakan kemarahan, hujan ditambah angin kencang. Hal itu membuat pengendara, termasuk sopirnya, mengendarai dengan kecepatan rendah.
Chavali hendak mengambil ponselnya, tapi hantaman keras mengenai mobilnya. Sebuah mobil telah menghantam mobilnya hingga mobilnya terpelanting jauh dan menabrak pembatas jalan. Chavali tak sempat kaget atau merasakan apa pun. Semua menggelap begitu saja. Chavali tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Office Romance
RomansaChavali adalah perempuan berusia 28 tahun. Meski sudah lebih seperempat abad, ia terlihat tidak tertarik dengan kehidupan percintaan dan lain-lain. Yang ia jalani hanya bekerja, bekerja, dan bekerja. Hal ini tentu membuat Mila, sahabatnya, ikut gere...