"Selamat siang. Kami perwakilan dari PT. Persada ingin bertemu dengan Bapak Jarrvis. Beliau ada?"
Waktu dan seisi dunia seakan berhenti. Bibir Chavali kelu saat melihat kembali sosok Hanza di depan mata. Hanza dengan jas hitam tampak masih sama seperti terakhir dia lihat.
"Permisi. Bisa kami bertemu dengan Pak Jarrvis?" tanya ulang salah satu perwakilan PT. Persada, setelah mengetuk meja dan membuat Chavali kembali ke bumi.
"Oh, silakan. Beliau sudah menunggu di dalam," ucap Chavali lalu mengantarkan dua orang perwakilan PT. Persada. Salah satunya Hanza, yang hanya diam seolah tak mengenalinya.
Chavali tak sakit hati. Memang itulah yang dia inginkan. Lepas dari Hanza, lalu mereka kembali pada fase tak saling mengenal. Dia hanya kaget bisa bertemu lagi dan baru tahu bahwa Hanza telah pindah kerja.
"Permisi, Pak. Perwakilan dari PT. Persada sudah datang."
"Selamat siang, Pak Jarrvis."
"Siang. Silakan duduk."
Kaki Chavali sebenarnya terasa lemas. Tapi dia berusaha sekuat tenaga berdiri tegak sampai bisa kembali ke mejanya, Dia duduk manis di kursinya dengan pikiran bercampur.
Melihat Hanza lagi tiba-tiba ternyata masih bisa mengganggu pikirannya. Chavali menatap kosong layar komputernya. Terkesiap kaget saat telepon di mejanya berbunyi.
"Tolong masuk," perintah Jarrvis.
Chavali mengambil napas panjang, sebelum kembali masuk. Dia menyiapkan diri melihat seseorang yang tak ingin dilihatnya. Ingin menganggap lelaki masa lalunya itu tak ada, tapi nyatanya masih ada rasa sakit yang terasa.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Tolong jadwalkan pertemuan dengan perwakilan PT. Persada lagi."
"Baik, Pak."
"Nanti Chavali akan menghubungi Anda untuk pertemuan kita lagi."
"Baik. Kami tunggu dan terima kasih."
"Sama-sama. Chavali akan segera menghubungi Anda."
Kaki Chavali terasa semakin lemas dan dia mulai merasa pusing. Dia menunggu Hanza dan temannya segera enyah dari ruangan. Tapi Hanza malah berdiri cukup lama menatapnya. Chavali sedikit terhuyung, lalu mencengkeram ujung meja Jarrvis mencari penyangga.
"Kenapa?" tanya Jarrvis yang langsung berdiri memegangi lengan Chavali.
"Tidak, Pak," balas Chavali lalu mengekori Hanza. Memandang punggung yang dulu sering dia lihat saat dibonceng menggunakan motor.
"Saya ada urusan sebentar. Kamu pulanglah dulu," ucap Hanza pada temannya.
"Oke, Pak."
Langkah Chavali berhenti saat menutup pintu ruangan dan Hanza menoleh padanya. Mereka saling tatap, tapi Chavali tak ingin bicara. Perempuan itu memutuskan pandangan.
"Apa kabar?" tanya Hanza tanpa balasan.
"Ternyata kamu masih bekerja di sini," ucap Hanza lagi sembari tersenyum tipis.
"Chav, tolo—" ucapan Jarrvis terpotong.
Chavali menoleh ke belakang, Jarrvis muncul dari balik pintu dan memanggilnya.
"Bagaimana, Pak Hanza?" tanya Jarrvis pada Hanza, melihat sang tamu masih di kantornya.
"Hanya menyapa Chavali, Pak Jarrvis."
"Kalian saling kenal?"
"Ya," jawab Hanza.
"Tidak," seru Chavali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Office Romance
RomanceChavali adalah perempuan berusia 28 tahun. Meski sudah lebih seperempat abad, ia terlihat tidak tertarik dengan kehidupan percintaan dan lain-lain. Yang ia jalani hanya bekerja, bekerja, dan bekerja. Hal ini tentu membuat Mila, sahabatnya, ikut gere...