34

5.1K 254 17
                                    



Segala hal selalu ada hikmahnya. Hindari untuk selalu mengambil dari sisi buruknya, tapi sesekali, lihatlah dari sisi yang lain. Ada indah dan bahagia menanti. Setiap langkah kita memang telah tertulis oleh takdir, tapi bagaimana kita menjalaninya, haruslah optimis, hingga semua terasa bermakna dan mencapai kebahagian.

Ketika akhirnya cinta datang karena terbiasa, maka saat cinta teruji, akan ada rasa nyaman yang mengikat dan membuat kita sulit untuk saling menjauh. Ada momen yang membuat kita merasakan cinta, dan cinta berulang kali seiring berjalannya waktu. Menikmati momen yang sebelumnya belum pernah terjadi, dan mengulang momen yang jadi kenangan indah.

Seperti yang dialami oleh Jarrvis dan Chavali. Cinta datang seiring kebersamaan. Datang bersama momen demi momen yang mereka lewati. Lalu mengulang momen yang dulu pernah terlewati.

"Mas, ngapain di sini?"

"Nunggu kamu. Udah selesai?" balas Jarrvis yang berdiri di depan Kafe Coffe dengan kedua tangan di dalam saku pea coat, jaket yang melekat pas di tubuh jangkungnya.

"Ya, ampun. Berasa dejavu," ucap Chavali.

"Hai, Bos," sapa Damar di belakang Chavali.

"Halo, Pak Bos," sapa Mila yang berdiri di samping Damar.

"Kenapa kalian hobi sekali rapat bertiga dan tak mengajakku?"

"Karena kami tahu, keberadaan Mas hanya bikin suasana jadi krik krik," jawab Chavali yang kini perutnya sudah cukup besar dengan kehamilan memasuki usia 8 bulan.

Jarrvis meraih tangan Chavali dan mengecupnya. Jawaban Chavali ada benarnya, karena 2 kali Jarrvis ikut, dia sukses merusak suasana.

"Kami duluan," ucap Jarrvis pada Damar dan Mila.

"Hati-hati," seru Damar. Jarrvis pun mengangguk, lalu membimbing Chavali ke parkiran.

"Katanya Mas ketemu klien."

"Sudah pulang. Makanya bisa ke sini."

"Minggu besok juga ketemu klien lagi?"

"Mungkin."

"Ah, sedihnya punya Papa super sibuk. Minggu pun ketemu klien. Waktu buat kita nggak ada ya, Sayang," gumam Chavali, meledek Jarrvis sembari mengusap perutnya seolah berbicara dengan bayi di dalam perutnya.

Sementara Jarrvis hanya tersenyum tipis, ikut mengusap perut Chavali, lalu memasukkan tangan Chavali ke dalam saku jaketnya. Berjalan beriringan seperti ini serasa nostalgia. Ternyata, kenangan ada tak hanya untuk diingat, tapi bisa dirasakan ulang dengan melakukannya lagi, walau di waktu yang berbeda.

Gerimis tiba-tiba datang, Jarrvis membuka jaketnya dan menjadikannya pelindung untuk Chavali. "Jangan lari, jalan pelan-pelan saja," ucap Jarrvis mengetahui Chavali mulai panik hujan mulai turun.

"Nanti keburu hujannya deras."

"Pelan aja daripada jatuh."

Chavali melirik Jarrvis, seketika senyumnya tak bisa ditahan. "Mas, kita serasa lagi main film India, hujan-hujanan di bawah jaket," ucap Chavali lalu terkekeh sendiri.

"Kamu kebanyakan nonton film India sejak hamil."

"Habis pemainnya cantik-cantik. Anak kita ini cowok, makanya sukanya nonton India."

Jarrvis melirik dengan ekspresi datar mendengarnya karena sangat tahu apa yang dilihat Chavali dari nonton film India. Apalagi kalau bukan aktornya yang berbadan kekar dengan wajah percampuran India dan Timur Tengah. Sejak hamil, Chavali memang keranjingan nonton film India. Bahkan sampai memintanya menumbuhkan jambang agar terlihat seperti artis India yang manly dengan jambangnya.

Office RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang