27

3.3K 316 10
                                    




Restoran dengan pemandangan dari lantai atas gedung jadi tempat Jarrvis dan Chavali makan malam. Dalam bayangan Chavali, akan ada makan malam romantis di atas hotel bintang lima yang terkenal itu. Nyatanya, hal itu hanya ada di angan. Memang tak seharusnya berharap lebih pada seorang Jarrvis. Tak ada candle light dinner atau sejenisnya. Hanya ada makan malam biasa di restoran yang tak biasa. Untung saja, restorannya sudah menyajikan pemandangan yang luar biasa. Jadilah bisa membayar kekecewaan Chavali atas harapannya yang terlalu tinggi.

Jarrvis yang bisa tertawa tak serta-merta jadi romatis. Dia tetaplah Jarrvis yang kaku dan tak tahu basa-basi. Chavali memendam harapannya yang sudah terjun bebas. Dia memilih menikmati suasana yang sudah romantis tanpa bunga dan lilin-lilin. Lagi pula pemandangan yang disuguhkan sudah sangat indah. Ditambah pemandangan sosok suami yang tampan.

"Suka, nggak?" tanya Jarrvis.

"Suka. Mas sering ke sini?"

"Ini pertama kali."

"Pertama kali?" Ulang Chavali yang tak percaya. Untuk pria berduit seperti Jarrvis, datang ke Pokahos adalah hal mudah. Banyak orang dengan kelas sosial tinggi datang ke sini untuk sekadar menikmati senja.

"Iya."

"Mas pernah makan malam dengan pacar sebelumnya?" tanya Chavali lagi.

"Saya ... maksudku, aku nggak pernah punya pacar."

"Mas hidup di zaman apa, sih? Kenapa nggak punya pacar?"

"Nanti bikin cemburu istriku, kalau aku pernah punya pacar."

Chavali langsung kehabisan kata-kata, apalagi cara menjawab Jarrvis yang super datar. Tapi beberapa saat kemudian, Jarrvis tersenyum tipis.

"Kamu lucu kalau blushing."

"Sebenarnya aku dulu termasuk cowok nerd. Nggak ada yang tertarik dengan cowok nerd pada zamannya. Semakin ke sini, aku semakin terobsesi untuk sukses selagi muda daripada hanya memikirkan tentang pacar."

"Mas pasti pernah patah hati ya, makanya bersikap antipati pada pacaran."

"Pernah."

Raut wajah Chavali langsung berubah.

"Katanya Mas belum pernah punya pacar."

"Memang belum pernah."

"Berarti Mas pernah suka pada seseorang?" tanya Chavali dengan penuh rasa penasaran.

Jarrvis diam. Lagi-lagi mendapatkan pertanyaan yang jawabannya akan melukai si penanya, apa pun jawabannya. Berbohong salah, jujur juga salah.

"Diam berarti pernah. Aku nggak pa-pa kok, Mas. Beneran. Itu kan masa lalu, aku juga punya masa lalu."

"Iya, pernah."

"Oh..." balas Chavali, lalu diam sepanjang makan malam.

Jarrvis sudah tahu hal ini akan terjadi, tapi dia belum punya solusinya. Andai ada aplikasi kamus tentang perempuan, dia akan mengunduh sekarang juga.

Makan malam berakhir tak sesuai harapan. Jarrvis menyesal telah menjawab pernah. Ranjangnya akan terasa dingin lagi malam ini.

"Chav..." panggil Jarrvis sesampainya di apartemen.

"Ya."

Jarrvis menarik tangan Chavali dan menangkupnya. Kini mereka saling berhadapan dengan jarak yang tak berarti.

"Pernah bukan berarti masih."

"Siapa dia?"

"Temanku waktu masih sekolah."

Office RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang