39

1.6K 302 87
                                    

"ara lu bisa duduk ga? pusing gue liat loe mondar mandir kayak setrikaan" omel sisca karena sedari tadi ara hanya mondar mandir, sudah 1 jam dokter melakukan tindakan, namun belum ada tanda tanda tindakan itu telah selesai

"ara takut kak, pasti sakitt" ara menggigit jarinya cemas, yang dipikirannya sekarang adalah keadaan christy

"ya sakitlah namanya juga dijait" sewot sisca "duduk ga loe sekarang" ucap sisca sambil berkacak pinggang

"duh gabisaa ara khawatir" ara sedikit mengintip ke ruangan tindakan walaupun sebenernya hasilnya sia - sia karena gordennya tertutup

"nin adek loe tarik suruh duduk, capek gue liat dia berdiri kayak gitu, mana darah semua lagi" ucap sisca sambil melihat ke arah ara yang masih penuh dengan darah christy

anin pun berdiri dan menarik ara untuk duduk "duduk diem, kamu berdiri terus apa ga capek"

"ara takut christy kenapa - kenapa kak anin"

"gapapa, christy baik - baik aja, udah kita tunggu aja disini" ucap anin membuat ara mengangguk mengertii

"kak anin, kak chika masih gabisa dihubungin ya?" tanya ara membuat anin hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya

"belum" ucap anin singkat

pintu ruang tindakan terbuka membuat semuanya berdiri 

"dok christy ga kenapa - kenapa kan?" tanya ara panik membuat dokter itu terkekeh pelan

"angelina christy udah gapapa kok, tindakannya lancar. lukanya sudah dijait, walinya bisa bantu urus administrasi didepan ya. pasien sudah bisa dijenguk" jelas dokter itu sambil tersenyum

anin pun berjalan mengikuti dokter tersebut, sedangkan sisca, shani, feni dan ara langsung masuk kedalam ruang rawat christy, christy yang sudah sadar itu pun tersenyum ketika mendapati teman dan pacar kakaknya itu berada diruangannya

"kamu gak kenapa - kenapa kan?" tanya ara mendekat, ara mengusap lembut kepala christy, melihat perban itu membuat ara bergidik ngeri. mengingat banyaknya darah yang ada ditangannya membuat ara memejamkan matanya

"kak ara kenapa?" tanya christy membuat semuanya menoleh ke arah ara

ara pun hanya menggelengkan kepalanya "engga engga papa, kak ara cuman inget darah kamu tadi banyak banget" jelas ara "kamu gapapa kan? sakit ga?"

"ngilu dikit sih kak, tapi kan christy kuat" ucap christy sambil tersenyum, membuat ara ikut tersenyum lega

christy pun meneliti orang - orang yang ada didalam ruangannya itu namun dia tidak menemukan kakaknya

"kak chika mana kak? ci? kok dia ga kesini?" tanya christy dengan wajah penuh tanya

"kayaknya kak chika masih kerja kelompok deh" jawab ara

"kak chika kerja kelompok terus, dia sering gapulang kak" ucap christy membuat ara hanya terkekeh karna ia tau christy sedang meluapkan kekesalannya

"maafin kak chika ya, kan kak chika kerja kelompok biar pinter" ucap ara mencoba menenangkan christy

shani, feni dan sisca hanya bisa mengumpat dalam hati. secinta itukah ara sama chika sampai - sampai anak itu sama sekali tidak menaruh curiga apa - apa ke chika, ingin rasanya mereka mencuci otak ara agar tidak terlalu bucin dan tolol

"oiya kemaren kak vivi ada kerumah aku ci, kak" ucap christy ke shani, feni dan sisca. membuat ara mengerutkan dahinya, mencoba mengingat nama itu yang seperti tidak asik ditelinganya

"vivi? vivi mantan nya kak chika?" tanya ara membuat semuanya menoleh ke arah ara 

"kamu kenal vivi?" tanya shani hati - hati

Janji YaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang