"Pertama, dekati dia."
"Kedua, menikah dan menghamilinya."
"Tiga, buat dia jatuh cinta dan tergila-gila lalu bunuh anak yang sudah ditunggu berdua dengan suka cita tepat didepan matanya. Kehilangan orang paling dicintai tak jauh berbeda dengan orang yang sekarat diakhir batas ujung kematian."
***
Malam itu, dimalam tengah bulan Desember adalah awal di mana lelaki ini mendapat mimpi buruk yang masih pekat membekas diingatannya bahkan sampai didetik sekarang. Awalnya Taehyung tenang didalam rumah menonton tv selagi menunggu kepulangan sang istri yang izin sore pergi untuk menemui seorang teman tapi hingga malam tak terlihat eksistensinya kembali pulang.
Barulah tepat pukul 11 kala itu sebuah sambungan telpon masuk kedalam rumah yang berisi perintah bahwa dia harus segera pergi ke rumah sakit untuk menemui istrinya yang ditemukan dengan luka tusukan dan darah di sekujur tubuhnya.
Taehyung ingat jelas saat dokter menjelaskan padanya dengan tegas terdapat empat tusukan pada perut, dua di dada, dan satu sayatan pada kulit leher Anna. Terlalu dalam dan terlalu banyak darah yang dihabiskan hingga Anna harus berpulang sebelum operasi itu sendiri selesai dilakukan. Helaan napas perempuannya yang terhembus lelah, buram dimatanya, dan bisikan yang hanya Anna berikan padanya menjadi akhir dari kehidupan pernikahan mereka berdua.
'Bunuh ... bunuh perempuan itu untukku. Tolong'
Bisikan terakhir Anna sebelum genap dinyatakan meninggal.
Memang tak ada ekspresi yang terbaca dari paras tampan lelaki berusia 27 tahun dengan marga Shim itu. Dia tak menunjukkan emosi apapun selain raut datar. Bahkan saat dia akhirnya diizinkan untuk menemui sang cinta terakhir kali yang kini terbujur kaku dan mengecup kening Taehyung diam. Upacara pemakaman, jerit tangis orang memekakan, tangisan kerabat, teman, bagaimana mereka kehilangan salah satu putri mereka sungguh mengiris hati bagi siapa saja yang mendengar. Ucapan bela sungkawa, karangan bunga yang serentak memenuhi depan rumah.
Taehyung masih diam. Tak menangis, menjerit, ikut berteriak kehilangan bagaimana istrinya meninggal. Dia tak menanyakan atau melapor polisi untuk mengusut tuntas dan mengejar siapa pelaku dibalik dalang pembunuhan istrinya. Taehyung tak melakukan itu.
Karena untuk apa, dengan tujuan apa dan hasil akhir yang sudah terlihat jelas diawal bahwa dia tak mungkin bisa menang melawan keluarga yang berdiri kokoh dengan kekuasaan sedang dia hidup dengan penuh kesederhanaan. Taehyung tahu betul bahwa uang bisa membeli segalanya. Termasuk hukum serta keadilan di sebuah negara.
Ditengah hening yang tercipta Taehyung berpaling, melihat bagaimana potret cantiknya yang tersenyum dibalik satu pigura berukuran sedang didepan buah lilin yang dihidupkan. Tak ada yang tahu pada saat itulah Taehyung mengikrarkan sebuah janji dibalik kesedihan yang sempurna ia sembunyikan.
Hingga hitungan bulan berlalu, terlalu singkat untuk dijelaskan. Semua dilakukan sendiri tanpa bantuan orang. Berbekal pencarian sidik jari yang menancap pada pisau yang digunakan untuk menarik nyawa istrinya dibantu segelintir teman yang mendukung dendam yang ditinggal Anna. Awalnya ditemukan tiga sidik jari berbeda. Satu milik pegawai rumah, satu samar-samar milik siapa, satu terakhir jelas milik seorang perempuan yang juga meninggalkan bekasnya dileher mendiang Anna. Akhirnya mengantarkan Taehyung pada satu rumah yang ditinggali oleh seseorang yang hidup berdua dengan ibunya.
Dia sang pemilik nama yang gencar bulan belakangan ia dekati, pemilik nama yang sedang berdiri didepan pantri dapur dengan stelan celana mini sepaha dan kaos ketatnya itu adalah dia yang sama yang satu minggu resmi Taehyung pacari.
"Kak coba cicipi ini," panggilnya membuyarkan lamunan. Taehyung langsung turun dari kursi dan mendekat lalu membuka mulut saat dia mulai menyuapkan sendok yang sudah bantu tiupkan. Mereka sedang memasak berdua. "Bagaimana?"
"Enak," jawab Taehyung singkat. Tapi setelah masakan itu tertelan dia menyipitkan mata dan bergidik tidak karuan. Luar biasa asin.
Jelas dibohongi dia memberi tatapan mata datar dengan silangan dua tangan. "Sudah aku bilang aku tidak pernah pandai memakai pisau dapur. Bukan membuat kenyang, makanan ini malah akan membuat kita mati bersamaan."
"Mati saja kau sendiri sialan. Jangan bawa-bawa aku."
Taehyung menggeleng balik mundur kebelakang dan melingkarkan dua tangan erat dipinggang. "Tambahkan sedikit lagi gula agar rasanya seimbang. Percayalah, malam ini akhirnya aku bisa makan masakan dari kerja keras tanganmu."
"Apa itu akan bekerja?"
"Cobalah. Lalu beri aku untuk cicipi kembali."
Dia menurut lalu menambahkan bubuk gula pada wajan yang mendidih dan mengaduknya secara merata. Tak sadar bahwa sebetulnya saat dia memberi punggung setiap senyuman dan mata yang menatapnya dengan binaran itu akan meredup berganti dengan tatapan penuh tusukan yang mengancam. Taehyung mengendus bahu, membauinya wangi dengan iringan batin yang berucap;
"Anna, istirahatlah dengan tenang di sana. Terima kasih sudah mencintaiku. Jangan bersedih, balasan dendammu akan aku yang lakukan. Ayo buat perempuan itu merasakan hal yang sama. Perasaan sakit dan sekaratnya aku saat ditinggal pergi olehmu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
(Im) Perfect Ways to Kill My Wife [TAEKOOK•AU]
Fanfiction"𝑰𝒇 𝒘𝒆 𝒂𝒓𝒆 𝒓𝒆𝒃𝒐𝒓𝒏 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒅𝒂𝒚, 𝒍𝒆𝒕 𝒅𝒆𝒔𝒕𝒊𝒏𝒚 𝒘𝒆𝒂𝒗𝒆 𝒐𝒖𝒓 𝒑𝒂𝒕𝒉𝒔 𝒃𝒂𝒄𝒌 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓. 𝑩𝒖𝒕 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒕𝒊𝒎𝒆, 𝒍𝒆𝒕 𝒐𝒖𝒓 𝒔𝒐𝒖𝒍𝒔 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒕𝒘𝒊𝒏𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒓𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒕𝒉...