Chapter 11.
I can understand the way you feel. The hurt must be so deep. Even though the pain is very real. It's time to put the past to sleep....
Memang betul pernyataan yang terkadang orang sebutkan. Kemewahan tidak menjamin datangnya kebahagiaan. Karena bagaimana tidak lihat bagaimana mengkilat bahan marmer mahal yang dipakai untuk melapisi lantai dan dinding kamar mandi dengan kaca besar didepan wastafel ini semuanya hanya bernilai mewah dan mahal. Tingginya selangit- jika boleh hiperbola. Segala sesuatu yang ada pada hunian ini selalu berhubungan dengan kata mahal yang bersinar.
Namun bagaimana ekspresi itu digambarkan membuat orang bisa menilai sungguh kontras dengan sekelilingnya. Dia terlihat murung, sedih, tak bahagia, dan segala sisi warna kelam lainnya terpancar dalam satu kanvas yang disebut dengan muka. Dia cantik tapi apa cantik itu masih bisa terlihat ketika dia hanya terus menunduk dengan lingkup murung yang memenuhi.
Hela napas itu kembali keluar. Sudah berapakali dia mencoba lalu berharap dan kembali dihadiahi rasa sakit dengan harapan yang ia bawa tinggi seketika langsung terhempas saat tahu hasilnya tak sesuai dengan ekspektasi. Usaha seperti apa lagi yang harus ia lakukan untuk membuat pengecek kehamilan itu bisa memberi dia garis dua. Dua gari saja tidak banyak. Namun lagi dan lagi yang terlihat segaris yang awet ketika dia melakukan percobaan. Jenisnya, mereknya, cara pengecekan mandiri maupun dokter hasilnya selalu kosong; ia sendiri.
Tidak ada bakal bayi yang ia pangku. Tidak ada dua kehidupan yang ia bawa dan tahun ini ia gagal untuk menjadikan rumahnya dalam formasi tiga.
"Masih belum?" tanya seseorang yang berjalan mendekat dan memposisikan diri dibelakang. Ia melirik bagaimana test yang masih dalam pegangan tangan itu menunjukkan garis satu yang merah.
"Tch! Kita masih kurang berusaha ya kak. Apa vitamin yang diberikan dokter Sera tidak begitu bekerja di tubuhku?" dia kembali mengkambinghitamkan keadaan.
Penahan sudah dilepas, usaha sudah rajin dilakukan, upaya dengan dorongan makan dan masa subur yang dihitung akurat sampai dua bulan setelah mereka yakin untuk mendatangkan bayi hasilnya sampai sekarang belum terlihat jelas. Pengecekan kesehatan juga sudah mereka lakukan dua-duanya dalam kondisi yang sehat dan sama sekali tak ada yang kurang. Sudah dalam masa yang sangat menguntungkan pun hambatan itu tetap saja mereka ikut rasakan. Orang-orang yang tak menginginkan justru diberi kepercayaan dengan mudah sedang mereka yang betul ingin menjadi orang tua malah dipersusah. Tak adil. Ini tak adil pikirnya. Bentukan takdir seperti apa yang membingungkan umat ini.
Mengeluh rasanya malu karena mereka sedang merayu Tuhan untuk meminta. Ada keinginan yang ingin dipenuhi dan tentu saja selain usaha mereka juga tidak boleh membuat Sang Pencipta murka dengan pernyataan-pernyataan keluhan yang keluar dari mulut dengan mudahnya. Karena Dia yang menentukan hasil akhirnya.
"Sudah jangan dipaksakan. Ini alasan kenapa baby tidak mau datang karena kau terlalu terburu-buru. Jika memang dia harus hadir itu memang karena keinginannya bukan karena kita yang paksa. Kau juga cepat-cepat ingin bayi karena untuk mengisi kekosongan tempat yang ditinggal ibu saja bukan karena memang kita sudah menginginkannya." Taehyung peluk pinggangnya dan usapi perut itu lembut kasih sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Im) Perfect Ways to Kill My Wife [TAEKOOK•AU]
Fanfiction"𝑰𝒇 𝒘𝒆 𝒂𝒓𝒆 𝒓𝒆𝒃𝒐𝒓𝒏 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒅𝒂𝒚, 𝒍𝒆𝒕 𝒅𝒆𝒔𝒕𝒊𝒏𝒚 𝒘𝒆𝒂𝒗𝒆 𝒐𝒖𝒓 𝒑𝒂𝒕𝒉𝒔 𝒃𝒂𝒄𝒌 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓. 𝑩𝒖𝒕 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒕𝒊𝒎𝒆, 𝒍𝒆𝒕 𝒐𝒖𝒓 𝒔𝒐𝒖𝒍𝒔 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒕𝒘𝒊𝒏𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒓𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒕𝒉...