Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Last one; Perfect ways to ki̶l̶l̶i̶n̶g̶ loving my wife. . . "If we are reborn someday, let destiny weave our paths back together. But this time, let our souls intertwine and remain together until the end, creating a love that transcends time."
...
Sudah dari jam lima sore sejak kepulangannya bekerja lelaki itu kuat untuk mempertahankan senyum yang terus ingin tersungging ia pamerkan dipahatan wajahnya yang tampan. Hatinya berdegup, dan dia berbunga-bunga mengingat janji kencan yang akan terjadi di tiga jam kedepan tepatnya di salah satu café yang telah ia dan seseorang sepakati sebagai tempat pertemuan. Kencan buta. Ini kali pertama mereka berani saling menunjukkan diri setelah hanya saling berbalas-balas pesan di direct message Twitter. Sudah dari delapan bulan lalu dirinya mengomentari setiap cuitan si cantik unggah. Foto personal, pemandangan alam, meja kantornya, atau jepretan makanan yang dia bagikan saat sedan bersama teman-temannya.
Jujur saja awalnya ingin jadi pengagum dalam diam, namun semakin lama karena terpukau dengan cantik yang orang itu bawa rasa-rasanya jari jemari panas untuk ikut mengomentari bersama akun-akun pengguna Twitter yang lain yang sepertinya juga ikut terpukau pada pahatan gambar wajah yang dimiliki dia. Iseng berbasa-basi di fitur DM. Sudah puas meski tidak pernah dibalas bahkan meluangkan waktu dibaca. Berkali-kali, tiada henti, hingga selasa kemarin pesannya dibalas dan malam sabtu sekarang adalah pertemuan mereka secara nyata.
Antusias? Sangat. Senang? Bukan lagi. Senangnya bahkan sudah mau menyeimbangi ketika dirinya dapat kesempatan untuk ikut test promosi jabatan di kantor. Pun karena ini adalah impression diri pertama sudah barang tentu ia harus menyuguhkan kesan terbaik agar nanti siapa yang dapat mengira kalau seseorang itu akan mempertimbangkan ajakan satu atau pertemuan lain mereka lakukan. Pakaian sudah rapi sejak kemarin malam disiapkan, satu kemeja putih, celana putih, dan luarnya ia pakaikan tuxedo agak gelap. Rambut disisir kebelakang guna menampakkan jidat. Orang bilang ketampanannya berlipat-lipat keluar dengan model rambut seperti ini. Semprotan parfum dibeberapa titik, dompet dan kunci mobil. Ia siap berkencan. Ah- maksudnya bertemu … teman(?)
Masih ada tersisa setengah jam sebelum jam delapan dan pertemuan mereka dilangsungkan. Karena ia lelaki maka sudah tentu ia harus datang lebih dulu dan tak boleh membiarkan si perempuan dibuat … menunggu? Tunggu, dia melangkah mundur, menurunkan sedikit kepala dengan posisi menyamping mencuri pandang apakah perempuan yang duduk di sudut meja café dengan fokus pada layar ponsel adalah si cantik yang menjadi teman di mejanya malam ini. Langkah tegap diambilnya, dirinya memilih mendekat lalu berani menyapa serta menegur lebih dulu.
“Nona Ahn?” ucapnya agak ragu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.